Bila kita sepakat bahwa pendidik yaitu orang yang sengaja mengantarkan murid untuk menjadikannya manusia terdidik yang mampu menjalankan tugas kemanusiaan dan tugas ketuhanan.[1] Sedangkan pendidikan diartikan sebagai sebuah ilmu yang membahas tentang tujuan pengembaraan individu dari segi jasmaniah, pikiran, moral, metode-metode, dan media lainnya yang digunakan untuk merealisasikan tersebut.[2] Maka dalam konteks pengertian ini Nabi Muhammad dapat dikatakan sebagai sosok pendidik agung bagi umat manusia. Meskipun pendidik pertama diyakini dalam umat Islam langsung dari Allah SWT. sedangkan para rasul merupakan manusia sempurna, insan kamil, yang dipilih Allah SWT. menyampikan wahyu melalui bimbngan dan pendidikan. Praktik kehidupan Nabi Muhammad saw. sarat dengan muatan pendidikan, karena pada dasarnya diutusnya Nabi Muhammad saw. Untuk membimbing manusia yang ini berarti beliau berperan sebagai pendidik.

Nabi Muhammad saw. memberikan dorongan kepada para sahabat dalam menuntut ilmu. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi:

“Dari Abi Darda r.a., ia telah berkata saya telah mendengar bahwa Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang keluar menempuh jalan dengan niat semata-mata menuntut ilmu, maka Allah akan benar- benar meletakkan sayapnya untuk mencari ilmu sebagai tanda ridha (senang) terhadap apa yang dia lakukan itu. Sesungguhnya orang yang alim itu akan selalu dimintakan pengampunan oleh para malaikat yang ada di langit maupun yang ada di bumi, sampai-sampai ikan yang ada di dalam air pada kelebihan dan keutamaan orang yang lain dibanding dengan orang yang gemar beribadah (abid) adalah bulan dengan seluruh bintang-gemintang, para ulama itu memang pewaris para Nabi sedangkan semua Nabi itu tidak mewariskan uang dinar atau dirham. Sesungguhnya yang mereka tinggalkan tiada lain hanyalah ilmu. Maka siapa saja yang melaksanakan warisan para Nabi berarti ia telah memperoleh bagian kebaikan yang baik sekali”.[3] (HR. At-Tirmidzi).

Beliau juga menjelaskan keutamaan mengembangkan ilmu, seperti yang dijelaskan dalam sabdanya:
“Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata: saya telah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Allah mengelokkan rupa seseorang yang mendengar hadits kami, kemudian dia menghafalnya dan menyampaikannya. Kadang-kadang orang yang belajar fikih lebih paham dari pada yang mengajarnya, dan acapkali orang yang mengajar fikih dia sesungguhnya bukanlah ahli fikih”.[4]

Muhammad telah mengangkat kelas derajat ilmu ke tingkat yang tertinggi dan menjadikannya sebagai kewajiban pertama bagi kaum muslimin untuk memilikinya. Nabi Muhammad saw. bangkit dari tengah-tengah kaumnya dan mengajarkan mereka supaya manuntut ilmu yang pada hakikatnya adalah merupakan tolok ukur peradaban dan kemajuan. Beliau menanamkan semangat supaya mereka, termasuk keluarga dan para sahabat menuntut ilmu dalam berbagai aspeknya sesuai kemampuan yang dimiliki.
Anjuran Nabi Muhammad terhadap ilmu pengetahuan, khususnya tulis menulis menjadi penting pada saat itu. Ini dikarenakan wahyu yang diturunkan Allah tidak hanya dihapalkan saja, tetapi perlu ditulis agar dapat dipelajari oleh generasi dan umat berikutnya.
Allah SWT. memang memberi kemampuan yang sempurna kepada Rasul-Nya untuk mengajarkan kepada kaumnya seluruh pengetahuan yang diajarkan Allah kepadanya, meskipun dia seorang ummi, tidak bisa membaca dan menulis.
Athiyah al-Abrasyi menyebut Nabi Muhammad saw. sebagai guru pertama dan pendidik umat manusia yang mengajarkan kebenaran dan keadilan sejati[5]yang menjadi tugas dan kewajibannya sebagai pemimpin, pendidik dan utusan Allah sebagai tugas utamanya. Dalam segala hal Nabi Muhammad saw. merupakan seorang guru, pemberi nasihat, penunjuk jalan kebenaran dan pengajar. Majelis beliau sangat luas, di mana saja dan kapan saja beliau dapat memberi pelajaran. Namun karena beliau dan para sahabat lebih banyak menghabiskan waktunya di masjid dalam melakukan aktivitas peribadatan, khususnya shalat, maka beliau menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan pendidikan dan pengajaran. Sejak permulaan Islam, masjid telah menjadi bagian integral dari sistem peribadatan Islam.
Bahkan Nabi memandang bahwa pelajar dan pengajar di dalam masjid digolongkan seperti orang yang jihad di jalan Allah.[6] Bagi Nabi Muhammad saw. masjid merupakan madrasah dan sekaligus kampus tempat beliau duduk di kelilingi sahabat dalam khalaqah menyampaikan pelajaran membaca al-Quran, dzikir, dan aktivitas lain. Pendidikan al-Quran menjadi prioritas utama pendidikan yang diberikan Nabi kepada para sahabat di masjid. Pendidikan al-Quran mencakup bacaan, pemahaman, dan penafsiran. Sedangkan pendidikan membaca al-Quran bagi anak-anak, oleh Nabi menyediakan tempat khusus yang disebut Kuttab. Bahkan Nabi mensyaratkan kepada orang-orang Badui setelah masuk Islam untuk membaca al-Quran.[7] Meskipun di dalam khalaqah Nabi mengajarkan ilmu-ilmu lain, pengajaran al-Quran tetap menempati posisi terpentng karena sumber ilmu pengetahuan yaitu al-Quran.
Tradisi tulis-menulis juga menjadi perhatian lain dari Nabi. Beliau memerintahkan Abdullah ibn Sa’id ibn Ash untuk mengajar keterampilan menulis kepada penduduk Madinah. Ubadah ibn Shamit telah mendidik para penghuni Suffah (emperan masjid Nabawi) tulis-menulis dan membaca. Nabi juga menjadikan pengajaran tulis menulis dan membaca sebagai persyaratan tebusan tawanan perang Badar. Kiranya dari gambaran di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. merupakan sosok pendidik, guru dan pemimpin umatnya.



[1] Abidin Ibnu Rusn, Op.Cit., hlm. 64
[2] Ali Abdul Halim Mahmud, Pendidikan Ruhani, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), hm. 20
[3] At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, jilid 4, (Beirut: Dar al-Fikr, 1994), hlm. 312
[4] Ibid., hlm. 298
[5] M.Athiyah Al abrasyi, Op.Cit, hlm. 133
[6] Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 35
[7] Ibid., hlm. 57

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.