Muhammad sebagai seorang utusan Allah (Rasul) yang menjadi penutup dari para Nabi. Tidak seorangpun Nabi yang diutus oleh Allah sesudah Nabi Muhammad saw. Dalam konteks pendidikan beliau merupakan gurunya para guru, karena Allah telah mendidik dan mengajarnya dengan sebaik-baik pendidik dan pengajaran. Beliau sendiri dalam hal ini menegaskan bahwa, “adabanī rabī fa ahsana ta’dībī”[1] (Tuhanku telah mendidik dan mengajarku, maka dialah yang membaikkan pendidikanku). Hadits ini memberikan informasi tentang pengajaran dan pendidikan yang dilakukan oleh sang guru agung, Muhammad yang kemudian menjadi sumber inspirasi bagi pendidikan Muslim. Tidak berlebihan jika dikatakan kehidupan Muhammad sendiri merupakan refleksi pendidikan bagi umatnya.
Sebagai seorang rasul, Muhammad memiliki hak istimewa mengajar mereka yang mempercayai misinya, yakni kitab dan hikmah. Dalam menjalankan tugas ini, sebagaimana rasul-rasul sebelumnya, Muhammad tidak meminta upah atas pekerjaannya dari manusia, karena yang diharapkannya hanya pahala dari Tuhan.[2]
Nabi diutus tidak untuk menumpuk harta, melainkan diutus sebagai penunjuk jalan (hidayah), pemberi kabar gembira dan peringatan, penyeru kepada Allah dan sebagai pelita. Inilah inti yang menjadi tugas para Rasul dan Nabi dengan cara memberikan pengajaran dan pendidikan. Dalam menyampaikan peringatan kepada manusia Nabi dibekali mukjizat berupa al-Quran, yang dijadikan sebagai bukti kerasulannya.
Tentang tugas Nabi Muhammad saw. yang diutus Allah kepada segenap manusia, dalam al-Quran telah dinyatakan dengan jelas, di antaranya terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 45-48:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُّنِيرًا وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ بِأَنَّ لَهُم مِّنَ اللَّهِ فَضْلًا كَبِيرًا وَلَا تُطِعِ الْكَافِرِينَ وَالْمُنَافِقِينَ وَدَعْ أَذَاهُمْ وَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ وَكِيلًا
“Hai Nabi, sesungguhnya kami mengutusmu untuk menjadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan jadi cahaya yang menerangi. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang-orang mukmin bahwa sesunggunya mereka karunia yang besar bagi Allah. Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan bertakwalah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pelindung”.[3] (QS. Al-Ahzab 45-48)

Ayat di atas menunjukkan bahwa tugas dan kewajiban Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah sebagai berikut:
1)     Menjadi syahid, yang menyampaikan semua amanat yang diserahkan oleh Allah kepadanya untuk disampaikan pada manusia.
2)     Menjadi mubasyir, yang selalu menyampaikan berita gembira kepada manusia dengan menerangkan pahala yang akan dibawakan kepada orang yang mau beriman.
3)     Menjadi nadzir, yang selalu memberi peringatan atau mengancam kepada manusia dengan menerangkan siksa yang akan ditimpakan kepada orang-orang yang tidak mau beriman.
4)     Menjadi dai, yang tidak ada berhentinya menyampaikan seruan kepada manusia supaya mengikuti agama Allah dengan cara yang diizinkan oleh-Nya.
5)     Menjadi sirajan muniiraa, yang terus-menerus menerangi dengan pelita yang terang benderang kepada manusia.[4]
Tegasnya, Nabi Muhammad saw. diperintahkan oleh Allah supaya menyampaikan segala sesuatu yang telah diturunkan kepada beliau, yaitu al-Quran kepada umat manusia. Adapun cara-cara Nabi menyampaikan tugas kewajibannya, dinyatakan dalam surat Al-Jumu’ah ayat 2-3, yaitu:
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِّنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ وَآخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
“Dialah yang mengutus kamu kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Jumu’ah: 2-3). [5]

Ayat di atas menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. Diutus oleh Allah dari golongan mereka, dengan diberi petunjuk untuk:
1)     Membacakan ayat-ayat Allah, yaitu al-Quran kepada mereka.
2)      Menyucikan/membersihkan jiwa dan kelakuan mereka dari segala kekotoran
3)     Mengajarkan atau menjelaskan al-Quran kepada mereka sampai diterima dan dimengerti oleh mereka.
4)     Mengajarkan akan hikmah atau tuntutan yang benar kepada mereka supaya menjadi umat yang tidak ummi, umat yang berpengetahuan dan umat yang terpimpin ke jalan yang lurus.[6]
pada intinya diutusnya Nabi Muhammad saw untuk menyampaikan tuntutan kepada umat manusia yaitu al-Quran. Sementara itu sebagai pemimpin, pendidik dan segala yang disandang Nabi lainnya, beliau mempunyai hak-hak atas umatnya, di antaranya[7]:
a.      Mengimani ajaran yang dibawa Nabi Muhammad saw.
b.     Kewajiban menaati Nabi saw. dan dilarang maksiat kepadanya.
c.      Menjadikan Nabi saw. sebagai panutan.
d.     Mencintai Rasul melebihi cintanya pada keluarganya, anak, orang tua dan semua orang.
e.      Menghormati, memuliakan dan menolong Nabi saw.
f.      Shalawat kepada Nabi saw.
g.     Kewajiban menjadikan Rasulullah saw. sebagai hakim dan menerima segala keputusannya.
h.     Menempatkan kedudukan Nabi saw. secara proporsional.
Penghormatan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad saw selayaknya dilakukan oleh seorang muslim yang selalu mengharapkan pertolongannya kelak di hari akhirat. Hal tersebut menunjukkan sebagai bukti bahwa kita umat yang bertakwa kepada Allah dan rasul – Nya.
Dalam konteks pendidikan Nabi Muhammad saw. berperan sebagai guru, pendidik yang diartikan sebagai satu-satunya guru pertama dalam literatur Islam yang hujjah-nya diteladani oleh seluruh manusia. Ini juga dapat diartikan bahwa Rasulullah saw. secara tidak langsung berperan sebagai pemimpin yang bertugas mendidik dan mengajar ummatnya.
Kepemimpinan Nabi Muhammad saw. dalam pendidikan telah nampak dengan tugasnya sebagai syahid, mubasyir, nadzir, dai, juga sebagai siraajan muniira, di mana semua kewajiban yang menjadi tugasnya ini mencerminkan bahwa beliau merupakan pemimpin yang mempunyai peran yang sangat kompleks. Pada intinya kewajiban-kewajiban itu semua bermaksud untuk mengajak,menuntut dan mengarahkan membimbing orang lain dalam mencapai tujuan bersama yakni kebahagiaan dunia dan akhirat. Sedangkan inti dari ajakan, seruan dan ancaman yang beliau bawa dan sampaikan merupakan pelajaran yang berharga yang mengandung unsur pendidikan. Sehingga tidak dapat disangkal lagi bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. salah satunya yaitu untuk menjadi pemimpin dengan memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik.


[1] Jalal Al Din Al-Suyuti, Al-Jami Al-Sagir Fi Ahadis Al-Basyir Al-Nazir, (Qahirah: Dar al-Qalam, 1996), hlm. 13
[2] QS. Yunus: 72, artinya: “Jika kamu berpaling (dari peringatanku), aku tidak meminta upah sedikiitpun dari padamu, upahku tidak lain hanyalah dari Allah belaka, dan aku disuruh supaya aku termasuk golongan orang-orang yang berserah diri (kepada-Nya)”.
[3] Soenaryo, et.al., Op.Cit, hlm. 675
[4] Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw., (Jakarta: Gema Insani Press), Cet.-1, 2001, hlm. 554
[5] Soenaryo, et.al., Op.Cit, hlm. 932
[6] Moenawar Chalil, Op.Cit, hlm. 555
[7] Said bin Ali bin Muhammad al-Qaththani, Pesan-pesan Rasulullah Menjelang Wafat, Terj. Edi Bahtiar, (Yogyakarta: Mitra Pustaka), 2002, hlm. 167-168.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.