Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid, seorang pemuka agama papan teratas sepanjang sejarah pulau Lombok. Melalui organisai Nahdlatul-Wathan (NW) yang beliau dirikan, keindahan Islam dapat dinikmati umat manusia setempat. Dalam buku "Visi Kebangsaan Religius" diceritakan bahwa TGH. M. Zainuddin Abdul Majid ketika menunaikan ibadah haji, beliau didatangi oleh Saidina al-Khidlr As. sewaktu beribadah di Masjid Nabawi di Madinah, Saidina al-Khidlr menyampaikan salam untuk beliau dari Nabi Ibrahim As. yang menyatakan bahwa NW akan menjadi organisasi yang sempurna apabila sudah memiliki tarekat. Berdasrkan pengalaman spiritual ini, maka beliau mendirikan sebuah tarekat yang dinamakan dengan Tarekat Hizib Nahdlatul-Wathan pada tahun 1964.
Penamaan tarekat ini dilatarbelakangi oleh keinginan beliau untuk melengkapi Hizib Nahdlatul-Wathan yang disusun pada tahun 1940. Kelahiran tarekat ini juga diilhami oleh maraknya aliran-aliran tarekat yang dianggap sesat karena meninggalkan ajaran-ajaran syari'at. Beliau pernah mengatakan dalam buku "Wasiat Renungan Masa" :
Tarekat Hizib harus berjalan,
Bersama tarekat yang murni haluan,
Membenteng syari'at membenteng iman,
Menendang ajaran tarekat setan.
Wahai anakku jamaah tarekat,
Janganlah lupa pada syari'at,
Ingatlah selalu kandungan bai'at,
Mudahan selamat dunia akhirat.
Banyak sekali membisikkan hakekat,
padahal mereka buta syari'at,
Sehingga awam banyak terpikat,
Menjadi zindiq menjadi sesat.
Keberadaan Tarekat Hizib NW ini juga sebagai respon terhadap praktek pengamalan Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqsyabandiyah di Lombok yang terkesan terlalu berat dan memiliki persyaratan yang cukup ketat. Tarekat Hizib tersusun secara ringkas dan praktis tanpa mengesampingkan makna esoteriknya sehingga dapat diamalkan oleh setiap orang dalam kondisi apapun, baik pada waktu khusus maupun pada waktu melaksanakan berbagai macam aktifitas keseharian.
Bacaan yang diamalkan dalam Tarekat Hizib NW terdiri dari ayat-ayat al-Qur'an, selawat, do'a-do'a mu'tabar dari Rasulullah dan para wali. Prosesi ini tidak membutuhkan waktu yang panjang dibandingkan bacaan tarekat-tarekat lainnya. Disamping bacaan yang simpel, tarekat ini juga memiliki syarat dan ketentuan yang ringan dan fleksibel bagi seseorang yang ingin mengamalkannya, sehingga tarekat ini dimungkinkan untuk diamalkan dan diadaptasi dalamm konteks modern. Oleh karena tarekat ini dapat merespon tuntutan masyarakat modern, maka ia dinamakan sebagai tarekat akhir zaman. Berkaitan dengan ini beliau mengisyaratkan :
Tarekat Hizib tarekat terakhir,
Dengan bisyarah al-Basyir al-Nadzir,
Kepada bermi al-faqir al-haqir,
Dan ditaukidkan oleh al-Khidir.
Praktisnya, cara mengamalkan Tarekat Hizib NW bisa dijadikan alternatif bertarekat dalam kehidupan modern dewasa ini, sehingga seseorang dapat melaksanakan tugas-tugas kesehariannya tanpa ketinggalan akan kepuasan rohaninya. Dan sebaliknya, ia dapat hidup damai secara batiniah dalam suasana kedekatan kepada Allah Swt. tanpa kehilangan atau terasing dari kehidupan dunia.
Adapun syarat keanggotaan tarekat ini adalah sebagai berikut :
1. Ketaatan kepada mursyid tarekat,
2. Pengamalan tarekat setiap selesai solat lima waktu,
3. Kesediaan membantuu perjuangan NW, dan
4. Kesediaan membayar selawat.
Sementara ketentuan ijazah dan bai'at dalam penerimaan tarekat ini, adalah merupakan aqad sebagai syarat sah mengamalkannya, yang diberikan oleh TGH. M. Zainuddin Abdul Majid sendiri atau wakil beliau, TGH. M. Muhsin Maqbul yang ditunjuk secara resmi sebagai Koordinator Wirid Khusus NW, diberi izin dan dipercaya untuk mengijazahkan dan membai'at calon anggota tarekat.
Selanjutnya dalam perkembangannya dewsa ini, Tarekat Hizib NW yang berada di bawah pimpinan TGH. M. Muhsin Maqbul ini terus mengalami perkembangan di berbagai pelosok tanah air dan beberapa tempat di luar negri seiring dengan perkembangan organisasi NW seperti di NTB, NTT, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bogor, Riau, Batam dan Malaysia.
Demikian sekelumit pengenalan terhadap Tarekat Hizib NW yang penulis kutip dari buku "Visi Kebangsaan Religius, Refleksi Pemikiran dan Perjuangan TGH. M. Zainuddin Abdul Majid" karya Muhammad Nur, Muslihan Habib dan Muhammad Harfin Zuhdi. Penulis sendiri sempat menjadi anggota aktif tarekat ini dan rutin mengamalkannya, namun setelah tiba menuntut ilmu di Mesir, penulis dipertemukan Allah Swt. dengan sebuah tarekat sufi number one dan mulai mengikuti dan bersuluk melaluinya, ialah Tarekat Dusuqiyah Muhammadiyah yang tidak kalah modern, kontemporer, tinggi, besar, praktis, ampuh, simpel, fleksibel, penuh madad dan ilmu laduni serta diakui seluruh isi langit dan bumi.
Disamping menjunjung tinggi semua tarekat sufi warisan para wali, penulis yakin bahwasanya pindah tarekat tidak selalu bertanda telah melanggar bai'at, khususnya perpindahan itu melalui sebab dan tujuan yang jelas, mulia dan tidak sembarangan, ditambah dengan pembolehan para ulama' terhadap hal perpindahan tersebut, sekaligus restu dari sejumlah pemuka NW sendiri kepada penulis. Semoga Allah Swt. senantiasa memberkati semua dan mengilhami ke jalan yang sebaik-baiknya. Amien!
Sumber : Abdul Aziz Sukarnawadi, Lc.
Assalamualaikum..
BalasHapussangat bermanfaat dan menarik sekali tulisannya ustad. mohon petunjuknya dimana saya bisa menemukan naskah/ teks tarikat hizib NW tersebut, karna tertarik untuk belajar. terimakasih.