Sebagai seseorang yang baru menjadi Muslim, Anda menemukan bahwa Anda semacam memiliki kesamaan dari para sahabat Nabi. Ini karena mereka semua juga seorang mualaf. Dan, saya merasakan adanya kesamaan dengan Hamzah, seorang tentara Muslim.
Sebelum menjadi Muslim, ia sering minum minuman keras dan hidup yang keras, serta ia sangat menikmati hidupnya. Ternyata, dia lebih menikmati hidupnya dengan penuh setelah ia menjadi seorang Muslim. Saya sangat memiliki kesamaan dengannya, dan merasa ada hubungan di antara kita.
Kebersamaan kami terus berlanjut hingga saya memutuskan untuk berhaji. Ketika itu saya sempat mendatangi tempat terjadinya Perang Uhud. Ketika itulah saya merasakan dorongan emosional yang kuat.
Ketika turun dari bus dan berjalan, rasanya saya seperti sedang berjalan melalui ketenangan. Saya merasa sangat emosional, dan air mata hanya mengalir di wajah saya, dan saya tidak bisa menghentikan mereka, tidak tahu mengapa.
Jadi saya terus berjalan, dan ketika saya turun di jalanan berpasir, saya merasakan kesedihan saya sirna. Aneh, pikir saya. Tapi, saya terus berjalan menuju pemakaman. Aku berdoa untuk para tentara saat Perang Uhud, termasuk untuk Hamzah.
Ketika waktu pergi tiba dan sedang berjalan melintasi jalanan berpasir, perasaan itu muncul lagi. Saya hanya bisa menangis. Seseorang bertanya kepada saya "Ada apa?" Dan saya mengatakan semuanya kepada dia, petugas penerjemah rombongan kami.
Dia mengatakan, "Ketika Nabi kami tahu apa yang terjadi kepada pamannya ia menangis, dan hanya menangis dan menangis."
Saya berkata "Saya merasa di sini, di dada saya, untuk Hamzah dan saya merasa terpukul dan terharu sepenuhnya.''
Ketika saya pulang, saya berkata pada istri saya, yang sedang hamil saat itu."Jika kita memiliki seorang putra, saya ingin memanggilnya Hamzah.''
Rupanya, kami mendapatkan seorang gadis kecil. Jadi sebelum saya pergi menemui ibuku, saya melihat di internet untuk melihat apakah ada perempuan yang memiliki hubungan dengan Hamzah, agar dapat memberinya nama perempuan tersebut.
Sayang, saya tidak bisa menemukan sesuatu. Istri saya mengatakan "Tanyakan ibumu". Jadi saya bertanya pada ibuku dan ibuku mulai mencari. Beberapa hari kemudian, dia bilang dia mencari melalui internet dan menemukan tiga nama untuk kita. Yang paling kami suka adalah Safiyya. Jadi kami berpikir "Baiklah, kita akan memberinya nama Safiyya".
Beberapa bulan setelah kami melakukan itu, saya merasa sangat tertekan dan frustrasi. Saya punya buku dan membaca tentang kisah setelah Uhud. Di lembar awal, buku itu hanya menceritakan tentang proses kematian dan penguburan para tentara Muslim dan Hamzah sendiri. Kemudian buku itu mulai berbicara tentang adik Hamzah yang datang dengan dua potong kain. Dan, nama adik Hamzah adalah Safiyya!
Redaktur: Endah Hapsari
Reporter: aghia khumaesi REPUBLIKA.CO.ID,
0 komentar:
Posting Komentar