Zaid bin Abdurrahman bin Yahya
www.sufinews.com
Sesungguhnya kebutuhan dunia dengan berbagai ragam kepada dimensi kesucian tasawuf terus silih berganti dibawa dan diselami oleb orang-orang yang benar, sepanjang zaman tak bisa dipungkiri.
Hal ini karena arus syetan dan pembangkangan telah menghanyutkan banyak sekali manusia menuju fenomena buruk dan sifat kebinatangan melalui seni dalam industri senjata yang mematikan seperti senjata nuklir dan senjata biologi serta senjata-senjata lainnya dan mengabaikan sisi-sisi ruhani manusianya. Peran keluarga tidak berfungsi, orang tua, kerabat dan handai taulan tidak berada pada posisi yang sebenarnya. Munculnya fenomena sekumpulan manusia yang tercerabut dari kemanusiaannya menuju pengkultusan materi, yang menjadi dasar peradabannya.
Dan, betapa manusia sangat butuh untuk mendengarkan pencerahan penyucian diri (tasawuf) yang harum seperti firman Allah Swt:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.“ (QS. Asy-Syams(91):7-1O)
Mereka butuh pencerahan dan penjelasan lewat lisan, yang tidak berbicara berdasarkan hawa nafsu. Mereka butuh curahan dan tegukan nafa-nafas ahli ma’rifat seperti ucapan Shofiyuddin bin Ulwan yang menuliskankannya di papan, yang ia sampaikan kepada ahli thariqah.
Pandangan seorang kekasih kepada kekasihnya adalah kedamaian
Diam di antara orang-orang yang arif adalah ucapan.
Mereka ungkapan dengan isyarat yang ada di antara mereka
Lalu pemahaman mereka sama
Mereka saling mengulangi dengan hati, bukan lisan
Karenanya jiwa mereka meraih Ilham
Di sana ada, disana pula, ketika engkau lihat
Rahasianyau melalui rahasia isyarat yang ada
Saling menyambut, saling merindukan dan saling berpelukan
Batin mereka, walau jasad berpisah
Ia akan katakan ini, dari ini, dan ini berasal dari ini, dengan sesuatu
Yang dilontarkankan kepadanya, lalu ditetapkan oleh pena
Perbedaan dan hal-hal yang menyertainya lenyap dari ungkapan mereka
Dan dengan huruf kesirnaan mereka ungkapkan
Mereka saling berkinasih, bersahut padu dan menyatu
Karena tidak, dan tak ada kemuliaan yang dilarang
Panji-panjinya, akhlak mereka
Adalah akhlak kenabian
Merekalah Robbaniyyun yang mulia
Hawa nafsu, kesenangan dan selera-selera sudah ditinggalkan
Di depan hanyalah tindak kebajikan
Mereka bentangkan kebaikan dengan pemberian
Dengan langkah yang teguh
Perjalanan adalah ilmu, akal yang menunjukkan
Tuhan adalah tujuan dan Rasul adalah pemimpinnya
Barangkali hal ini yang mendorong saya dalam revolusi akhlaq sebagai tanggung jawab besar dalam menghadapai seluruh kawasan, apalagi ia telah mengetuk kehausan bagi setiap orang yang memiliki hubungan dalam membangkitkan jiwa yang telah disiapkan bagi metode-metode ruhani agar ia dapat tersebar Iuas. Hal ini karena kondisi kekeringan ruhani telah memalingkan jiwa untuk mendalami, dalam menyingkap kerusakan metode-metode modern dengan segala kekurangannya, dan tasawuf sangat membantu mengatasi hambatan dan gangguan itu semua.
Bahwa tasawuf memang mendapat serangan yang membabi buta berupa klaim buruk terhadap misi, konten dan tujuannya, tetapi hal ini justru menambah daya sensitifitas kita terhadap kewajiban menampakkan kebenaran, meluruskan pemahaman-pemahaman yang salah dan membersihkannya dari hal-hal serupa agar semua orang melihat, agar sampai kepada mereka yang menyerang, yaitu orang-orang yang memusuhi tasawuf. Karena mereka pada umumnya tidak beretika dan karena kebodohan mereka tentang hakikat tasawuf.
Sebaiknya kita tidak perlu malu dengan istilah tasawuf, yang didalamnya ada metoden keagamaan yang telah disepakati di muka bumi, baik prinsip dan substansinya. Apalagi tasawuf adalah ilmu yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Saw, bersumber dari biografi keluarga nabi, para sahabatnya yang mulia dan para pengikutnya yang baik, bahkan keberadaan tasawuf yang baik ini yang dijelaskan di dalam hadits shahih merupakan keagungan dan puncak Risalah Muhammad Saw dengan tidak memandang asal kata dari tasawuf itu sendiri, sekaligus sebagai tempat tumbuhnya orang-orang yang memiliki sifat yang baik.
Memperhatikan substansi dan inti (yang ada di dalam tasawuf) jauh lebih besar (manfaatnya) dari hanya sekedar memperhatikan asal kata dan bungkusnya. Banyak hati yang menempel pada ilmu ini hanya yang hanya berupa cacian dan tipuan dan bantahan yang tajam dan sebagian kita tidak memberikan buahnya.
Kekuasaan Allah Swt yang besar ini telah banyak menggiring banyak orang yang tidak beragama Islam untuk berhubungan dan menerima nilai-nilai ruhani yang luhur ini melalui buku-buku terjemahan yang dilakukan oleh sebagian ahli tasawuf khususnya Syaikh Jalaludin Rumi yang karya-karyanya mendapatkan sambutan luar bisaa yang tidak pernah ada sebelumnya di Dunia Barat, bahkan sambutan ini melebihi karya-karya tulis modern. Hal ini barangkali merupakan pengantar dan mukaddimah untuk memindahkan penerimaan, kekaguman dan kelembutan menuju keistiqamahan yang sempurna melalui masuk mereka ke dalam agama Islam.
Marilah kita singgung klaim buruk yang menimpa dunia tasawuf, tariqah-tariqahnya, serta orang-orang yang berhubungan dengan dunia sufi, sehingga tasawuf seakan merupakan suatu kesalahan atau kejahatan di dalam pandangan sebagian orang. Dan tasawuf juga merupakan sulap, sihir atau perbuatan makar di dalam pandangan sebagian yang lainnya. Akan tetapi serangan ini merupakan bagian dari upaya klaim buruk terhadap risalah agama Islam secara keseluruhan sehingga agama Islam menjadi agama yang identik dengan kekerasan, pertumpahan darah, keterbelakangan serta agama yang bersinggungan dengan peradaban serta klaim buruk lainnya. Hal ini merupakan dorongan lain yang membawa kita untuk menampakkan hakikat sebenarnya mengenai apa itu tasawuf dengan jiwa-jiwa pengikutnya yang harum, akhlak mereka yang suci serta sifat-sifat para malaikat yang melekat pada mereka, bahkan sifat pengabdian pada Tuhan ini merupakan bentuk pembenaran dan pemahaman terhadap agama Islam (secara keseluruhan) sebelum pembenaran terhadap pemahaman tasawuf itu sendiri.
Saya ingin di sini menyinggung upaya-upaya reformatif yang dilakukan oleh para ahil tasawuf di banyak penjuru dunia di antaranya:
Perhatian ahli tasawuf terhadap penyebaran ilmu-ilmu keislaman melalui pembangunan sarananya yang terdiri dari serambi, asrama, sekolah, dan masjid-masjid, membiayai serta memberikan wakaf demi keberlangsungan perannya dan ini pasti dirasakan oleh salah seorang dari kita sekarang.
Keterikatan kaum Sufi pada prinsip-prinsip kerakyatan lebih besar dibanding ikatan mereka pada penguasa.
Para ahli tasawuf telah memberikan rasa aman kepada masyarakat di mana mereka hidup di dalamnya dari berbagai macam masalah pemikiran dan tenggelam di dalamnya karena mereka tidak mengajak masyarakat untuk menebarkan pemikiran filsafat melainkan mereka mengajak masyarakat untuk meluhurkan jiwa, dan membebaskan sifat kemanusiaan mereka yang sempit.
Para ahli tasawuf telah melakukan tindakan nyata dalam mencegah permusuhan dan ini merupakan syiar terbesar dari risalah agama Islam.
Perhatian para ahli tasawuf terhadap kaum papa, anak-anak yatim dan janda-janda serta orang-orang sejenisnya melalui pemberian wakaf dan amal jarlyah mereka yang banyak.
Para ahli tasawuf telah melaksanakan perbuatan amar ma’ruf dan nahi munkar di mana saja mereka melanglang buana dan di mana saja mereka bertempat tinggal.
Para ahli tasawuf memiliki perhatian khusus terhadap kaum wanita yang merupakan bagian anggota masyarakat sekaligus sebagai partner bagi kaum laki-laki melalui pendidikan dan pengajaran dan setelah itu kaum wanita juga lah yang melaksanakan peran amar ma’ruf nahi mungkar tersebut di dalam ruang lingkup mereka.
Saya juga ingin menyinggung beberapa pandangan pemikiran dan pembaharuan yang dilSayakan oleh para ahli tasawuf di antaranya:
Para ahli tasawuf mengikat sisi ilmiah syari’ah mereka dengan sisi penyucian diri (tariqah), etika dan dakwah sehingga seakan-akan sisi-sisi ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat berdiri sendiri. Oleh karena itu mereka menamakan tempat kajian mereka dengan arbithah (ikatan-ikatan) untuk menunjukkan keterikatan jihad (fisik) dan suluk (jihad ruhani). Dengan demikian sesungguhnya mereka telah terlebih dahulu menggunakan pemahaman mcngenai keterkaitan antara pendidikan, dan pengajaran yang diserukan di masa-masa terakhir ini.
Keyakinan para ahli tasawuf dengan internasionalisasi dakwah dan prakteknya. Oleh karena itu mereka pergi melanglang buana ke kawasan timur dan barat membawa obor cahaya dan hidayah. Sekarang mereka melanjutkan perjalanan tersebut di negara-negara Barat, Amerika, Australia di samping negara-negara lain yang telah mereka jelajahi sebelumnya.
Para ahli tasawuf telah menanamkan dan mempraktekkan kehidupan kemasyarakatan yang baik dengan orang lain. Mereka telah menciptakan suri tauladan yang terbaik di dalam kehidupan bersama dengan para pemeluk agama samawi dan agama non samawi Iainnya di Indonesia, India dan Thailand. Hal yang sama juga terjadi di bagian Timur Afrika yang menjadikan mereka diyakini memiliki sisi-sisi kebaikan, kehormatan dan manfaat dari semua pihak dan dapat melepaskan masyarakat dari pertikaian kelompok yang dikeluhkan oleh sebagian masyarakat.
Para ahli tasawuf memandang kelompok-kelompok yang ada di dalam agama Islam dengan pandangan sebagai kelompok-kelompok yang saling menyempurnakan satu sama lainnya. Dengan asumsi bahwa kelompok-kelompok ini semua adalah umat Islam dan masing-masing kelompok ini akan mengerti isi-isi yang ada pada agama ini dan mereka membangun pengertian bahwa seorang muslim harus mengagungkan kemuliaan kalimat (Tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad Saw adalah Rasulullah Saw) lalu mereka mengetahui kehormatan dan kedudukan mereka masing-masing.
Keengganan mereka dan kehausan untuk berada di belakang kursi pemerintahan karena perhatian mereka dengan tugas yang lebih agung dan lebih besar di mata dan hati mereka. Ia adalah tugas pendidikan dan pengajaran kepada masyarakat disertai dengan keyakinan mereka terhadap pentingnya pelaksanaan hukum Islam. Oleh karena itu mereka memiliki kontribusi terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka sendiri yang terdiri dari para pejabat pemerintah dengan memberikan nasehat, arahan, petunjuk dan pembenaran terhadap apa yang telah ada pada mereka untuk menghasilkan apa yang mereka telah lontarkan kepada mereka untuk dilaksanakan di dalam masyarakat yang terdiri dari kebaikan dan amal shaleh tanpa memperdulikan pendeskriditan yang akan mereka alami di balik harta duniawi dan nafsu untuk menjabat di pemerintahan. Kebangkitan para ahli tasawuf di dalam membangun masyarakat melalui perbaikan individu, baik individu tersebut sebagai pemimpin atau sosok yang dipimpin. Seorang hakim menjadi obyek dakwah mereka dari sisi individunya di mana ia sebagai bagian dari anggota masyarakat dan bukan dari posisinya sebagai seorang hakim.
Sifat komprehensif dakwah para ahli tasawuf pada seluruh lapisan masyarakat bahkan dalam membangun panti-panti sosial. Para ahli tasawuf memiliki kontribusi dalam melakukan ekspansi pada daerah-daerah yang ada di mana mereka berdiam diri di sana dengan memiliki pandangan yang luas dalam kerangka paham akidah ahli sunnah wal jamaah melalui materi-materi pembelajaran dan karya-karya mereka yang memiliki perhatian penuh dalam menanamkan akidah yang bersumber dari ayat-ayat al-Quran dengan menjauhi problematika yang ada di dalam ilmu kalam dan filsafat. Contoh konkritnya adalah buku-buku akidah yang murni yang menjadi buku wajib dan dipelajari di banyak pesantren dan tempat pendidikan.
Para ahli tasawuf juga menanamkan masalah cinta kepada para sahabat, ahlul bait dan kepada para isteri mereka dengan tanpa memberikan pemahaman yang berlebihan atau meremehkan. Pemahaman terhadap realitas ini mirip dengan jalan di mana banyak orang tergelincir kepada perbaikan jalan tersebut (secara membabi buta) atau menolak perbaikan sama sekali.
Berprasangka baik terhadap para pemeluk agama Islam dan memberi peringatan agar tidak cepat-cepat mengungkapkan kata-kata kafir, fasik, bid’ah dan sejenisnya di mana mereka sangat memperhatikan penanaman penghormatan terhadap perbedaan dan penghormatan terhadap berbagai pandangan yang beragam serta penghormatan terhadap orang-orang yang memiliki hubungan dengan mereka dalam berbagai masalah dengan menyatakan bahwa sesuatu yang mereka pandang benar, maka pasti mengandung kesalahan dan apa yang dipandang oleh orang lain salah, maka ia mengandung kebenaran. Ini merupakan cara pandang mayoritas paham ahli Sunnah wal Jamaah di dalam masalah-masalah syariat pada umumnya didasarkan pada Dzon (asumsi).
Terakhir, sesungguhnya penjelasan mengenai keutuhan masyarakat kita sekarang ini terhadap hal-hal yang istimewa ini (baca:prinsip-prinsip tasawuf) dan nilai-nilai lainnya yang dibawa oleh tasawuf sulit dikumpulkan dalam kertas-kertas ini. Saya memohon kepada Allah Swt agar memberikan pertolonganNya kepada umat Islam untuk mendapatkan pembelajaran dan mengikuti para pendahulu mereka dengan baik. Sesungguhnya Allah Swt Maha Kuasa untuk mengabulkan doa ini. Semoga Allah Swt memberikan rahmatNya kepada nabi Muhammad Saw, keluarganya serta salam sejahtera dan segala puji bagi Allah SM Tuhan semesta alam.
Selasa, 14 Februari 2012
0 komentar:
Posting Komentar