“Tidaklah seseorang menyia-nyiakan (tidak
membantu) orang muslim ketika dalam posisi
harga dirinya dilecehkan dan kehormatannya
dirampas, kecuali Allahpun tidak akan
membantunya ketika ia dalam posisi berharap
sekali Allah menolongnya.” (HR. Abu Dawud)
***
Sejarah mengkisahkan bahwa ketika Sa‘id
bin ‘Amir diangkat menjadi gubernur bagi
penduduk daerah Himsh, rakyatnya
mengadukannya kepada ‘Umar bin Khathab.
Mereka menyayangkan beberapa sikapnya,
di antaranya ia terlalu tertutup dan mudah sekali
pingsan, ini memberatkan mereka. Ketika Sa‘id
ditanya, ia menyampaikan alasannya:
“Dulu aku melihat sendiri bagaimana Khubaib
bin ‘Adi Al-Anshori dieksekusi di Mekkah. Kala itu
orang-orang Quraisy menyayat-nyayat
dagingnya dan memasangnya di kayu salib,
mereka mengatakan:
‘Maukah seandainya posisimu sekarang ini
digantikan oleh Muhammad dan kamu bisa
berkumpul dengan keluarga dan hartamu?”
Dengan tegas Khubaib menjawab: “Demi
Allah! Hai kaum Quraisy, aku tidak akan merasa
bahagia jika Muhammad harus menggantikanku
walaupun hanya dengan tertusuk duri di kakinya,”
Sa‘id melanjutkan: “Setiap kali aku ingat
pemandangan yang kulihat itu padahal saat itu
aku berada di tengah kaum musyrikin lantas aku
ingat mengapa aku dulu tidak menolong Khubaib,
aku menggigil ketakutan, aku takut adzab Allah
menimpaku, lalu akupun pingsan seperti itu.”
***
Sebuah hadits yang diriwayatkan Abu
Hurairah, beliau menceritakan dulu ada seorang
sahabat Rasululloh SAW melewati lembah
bermata air tawar, ia berkata:
“Seandainya aku mengasingkan diri dari
manusia dan tinggal di lembah ini. Aku tidak akan
melakukannya sebelum aku meminta izin kepada
Rasululloh SAW.”
Setelah meminta izin, beliau justeru
bersabda: “Jangan lakukan itu, sesungguhnya
tempat kalian di jalan Allah itu lebih baik daripada
sholat yang ia lakukan selama 70 tahun; tidak
sukakah kalian kalau Allah mengampuni dosa-dosa
kalian dan memasukkan kalian ke surga?
Berperanglah di jalan Allah, barangsiapa yang
berperang di jalan Allah sebentar saja, maka
wajib baginya surga.”
Yunus bin ‘Ubaid Rahimahullah ketika
menjelang wafat beliau memandangi kedua
kakinya sembari menangis, lalu orang-orang
bertanya: “Apa yang membuatmu menangis
wahai Abu Abdillah?” “Kedua kakiku ini...” kata
beliau, “...belum pernah berdebu di jalan Allah.”
Jumat, 20 Januari 2012
0 komentar:
Posting Komentar