Allah SWT menciptakan makhluk untuk
beribadah kepada-Nya. Ibadah yang mencakup
cinta kepada-Nya dan mengutamakan ridha-Nya,
serta yang menuntut adanya makrifah terhadap-
Nya.
Allah menganugerahkan ilmu kepada hamba-
hamba-Nya yang tiada kesempurnaan bagi
mereka tanpanya, sehingga semua gerak-gerik
mereka sesuai dengan apa yang dicintai dan yang
diridhai Allah SWT.
Allah mengutus para rasul-Nya, menurunkan
kitab-kitab-Nya, dan menetapkan syariat-Nya.
Kesempurnaan hakiki seorang hamba adalah
kalau gerak dan aktivitasnya selaras dengan apa
yang dicintai Allah SWT.
Allah menjadikan ittibaa' (mengikuti) rasul-
Nya sebagai bukti cinta kepada-Nya.
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar)
mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali
Imran: 31)
Orang yang benar-benar cinta akan
menganggap dirinya berkhianat kepada
kekasihnya apabila dia bergerak dengan
seenaknya sendiri di luar keridhaan kekasihnya.
Dan apabila ia melakukan suatu perbuatan yang
dibolehkan karena dorongan tabiat manusiawi
dan instingnya sendiri, ia pun bertaubat seperti
taubat karena dosa.
Hal ini makin menguat pada dirinya sampai
akhirnya segala hal yang dibolehkan baginya
berubah menjadi bernilai taat dan ibadah. Tidur,
makan atau istirahatnya berpahala seperti nilai
tahajud, puasa, dan amalan lainnya. Senantiasa
berada antara kebahagiaan yang ia syukuri dan
malapetaka yang ia sabar menghadapinya. Selalu
berjalan menuju Allah SWT kala tidur maupun
sadar.
Orang yang benar-benar jatuh cinta, bila
berkata, ia berkata karena Allah SWT, dan bila
diam juga diam karena Dia. Jika bergerak,
geraknya itu adalah karena perintah Allah SWT;
dan apabila diam, maka diamnya itu untuk
mengumpulkan tenaga guna melaksanakan
ibadah. Dirinya untuk Allah SWT, karena Allah
SWT, dan bersama Allah SWT.
Tanpa ilmu tidak dapat membedakan mana
gerak yang dicintai Allah SWT dan yang dibenci,
mana diam yang disukai Allah dan mana yang
dibenci. Saat ditanya siapakah orang yang hina-
dina itu, Dzun Nun menjawab, "Orang yang tidak
mengetahui jalan menuju Allah SWT dan tidak
berupaya mengetahuinya."
Siapa yang telah mengetahui jalan
kebenaran, maka terasa mudah baginya
menempuhnya. Tidak ada petunjuk di jalan itu
selain mengikuti Rasulullah saw. dalam
perkataan, perbuatan, dan sikap beliau.
0 komentar:
Posting Komentar