Perkembangan dunia yang kian modern,
menambah seribu satu tantangan terhadap
penghuninya. Perkembangan material meningkat,
namun sudut kerohanian insan mundur dan
hampir hilang. Segenap alat-alat canggih
terwujud untuk memudahkan hidup, namun
terasa dihimpit oleh hari-hari yang mendatang.
Tak sedikit yang berduka di setiap ketentuan
yang melanda, dan terus bertambah duka karena
tidak berdaya menghadapinya. Tak sedikit orang
terus bersedih dalam menghadapi hidup yang
dirasa kian pedih. Hari ini mempunyai kemodernan
di mana-mana, tetapi dirinya lebih tipis dari rumah
laba-laba ketika menghadapi bencana.
Bukanlah hidup itu yang menyempit, wahai
diri yang terasa dihimpit. Tetapi diri itulah yang
merasa kesendirian, dalam menghadapi
kehidupan. Manusia sebagai hamba yang lemah
secara hakikatnya, bagaimana mampu
menghadapi hidup yang semakin menantang
secara bersendirian. Makhluk-makhluk di sekeliling
yang juga lemah, bagaimana diharapkan untuk
terus menemani dalam waktu senang dan sukar.
Mencarilah teman, sebaik-baik teman. Mencarilah
kebersamaan, sebaik-baik kebersamaan.
Hakikat kebahagian adalah, pada rasa
kebersamaan Allah s.w.t. yang tidak pernah
terpisah. Hati kesunyian, di tengah-tengah
kesibukan, karena tiada rasa kehadiran Tuhan,
dalam hati yang semakin kegersangan.
Kebersamaan Allah s.w.t. lah penawar sebaik-
baik yang menyembuhkan.
“...Sesungguhnya dengan dzikrullah, hati
menjadi tenang...” (Qs. Ar-Ra’du: 28)
Dzikrullah yang menyebabkan hati terus
tenang dengan sebenar-benarnya adalah:
ingatan Allah s.w.t. kepada diri. Kalau Allah s.w.t.
tidak mengingati diri kita dengan penuh
kecintaan, niscaya Dia tidak akan menggerakkan
hati kita untuk mengingatinya. Oleh sebab itulah
Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam mengajar
doa: “Ya Allah... Bantulah aku dalam mengingati
Mu, mensyukuriMu dan baik ibadahku...”.
Ungkapan Rasulullah -shollallahu ‘alaihi
wasallam- ini mempunyai inti tauhid yang murni,
karena menisbahkan kelemahan diri hatta dalam
beribadah, lalu menlahirkan rasa memerlukan
hanya Allah s.w.t., untuk membantu diri yang
lemah, termasuklah dalam melaksanakan tugas
kehambaan dan dalam mengingati Allah s.w.t..
Andai bukan karena pandangan ridha Allah
s.w.t., niscaya hati tidak terlintas untuk
mengingati Allah s.w.t.. Malah, tak sedikit orang
yang membaca ayat Al-Qur’an berusaha
menggerakkan lisan untuk dzikrullah, namun
tanpa hadir rasa kelemahan bahwasanya diri
tidak dapat mengingati Allah s.w.t, melainkan
dengan bantuanNya, akhirnya gerak lisannya
turut tidak akan membawa hati yang mengingati
Allah s.w.t..
Dzikir lisan ada nilai ibadahnya tersendiri,
tidak dapat dinafikan. Pahala banyak sudah
dijanjikan. Namun kehadiran hati dalam dzikir
merupakan kualitas dzikir itu sendiri. Seseorang
itu, ingatannya adalah di hati. Oleh itu, kehadiran
Allah s.w.t. dalam hati itulah nadi yang membawa
seseorang menghadapi kehidupan seluruhnya
tanpa duka lara.
Menghadirkan adab hamba. Menghadirkan
rasa, diri memerlukan bantuanNya untuk
mengingatiNya, mudah-mudahan dengan itu Al-
lah s.w.t. memperkenankan diri untuk
mengingatiNya. Dan akan membawa diri kepada
mengingati kebersamaanNya dalam hidup.
Nikmat cinta bukan sekedar mengingati yang
dicintai. Akan tetapi, nikmatnya pada mengingati
bahwasanya dirinya diingati oleh yang dicintai.
Andai terasa diri mengingati yang dicintai, itu
belum suatu kemurnian cinta abadi. Cinta abadi
lagi hakiki yang akan menjadi kekuatan dalam diri
adalah, apabila diri mengingati ingatan yang
dicintai terhadap diri kita. Itulah maknanya, cinta
sudah mula mekar mewangi.
Apa lagi andai diri mengerti, bahwasanya
Allah s.w.t. sudah terlebih dahulu mengingati diri
kita sebelum diri mengingatiNya. Ini terlebih indah
dalam menghayati makna cinta. Rupa-rupanya,
Dialah yang terlebih dahulu senantiasa
mengingati kita, sebelum kita mengingatiNya.
Malah, Dialah yang menggerakkan kita untuk
mengingatiNya agar kita menikmati rasa indah
diingati olehNya...Allah Dialah Maha Pencinta,
sebaik-baik Pencinta.
Benar bagai dikata, bahwa merasai diingati
oleh Allah s.w.t. adalah nilai kebahagiaan abadi.
Apalah nilai ingatan kita terhadapNya berbanding
ingatanNya terhadap kita. Dengan melihat
ingatanNya kepada kita, niscaya akan terasa
kebersamaanNya dalam setiap kehidupan kita.
Inilah penenang jiwa abadi.
Pernah Rasulullah saw dicaci oleh orang
Yahudi, yang menuduh Tuhan Baginda sudah
meninggalkan Baginda, karena sudah lama tidak
turun wahyu kepada Baginda s.a.w.. Kepiluan
Baginda kian terasa. Bukan karena celaan si
pencela. Tetapi karena takut ditinggalkan Allah
,Sang Kekasih yang tercinta.
Maka Sang Kekasih Sebaik-baik Pencinta
yang tidak pernah membiarkan para kekasihNya
terus berduka, langsung menampakkan nilai
cintaNya yang Agung nan Mulia seraya
berfirman:
“Tuhanmu (Hai Muhammad) tidak pernah
membiarkanmu dan tidak pernah membenci...”
Sang Kekasih terus memujuk kekasihNya
yang tulus dalam cinta, agar terus memupuk
kehadiran dan kebersamaan Sang Kekasih Agung
dalam jiwa. Itulah sebaik-baik penawar dalam
jiwa, bagi menghadapi dunia yang penuh gelora.
Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- dipujuk
dengan mengingatkan bahwasanya diri Baginda
senantiasa dalam ingatan Tuhan segala kejadian.
Inilah kekuatan abadi, yang menjadikan
Rasulullah saw terus tenang dan bahagia dalam
menghadapi hidup yang mengajar seribu satu arti.
Ingatlah ketika mereka berdua di dalam gua,
tatkala orang-orang kafir mulai mencari-cari
mereka, maka Abu Bakar r.a. mulai terasa takut
dan gundah-gulana. Ketika itulah Rasulullah -
shollallahu ‘alaihi wasallam- mengajarkan hakikat
kebahagiaan di dunia, yang akan membawa
seseorang bahagia sehingga ke syurga, yaitu
merasai kebersamaan Allah s.w.t. setiap masa:
“Jangan kamu sangka kita berdua, Allahlah yang
ketiga, bersama-sama kita yang kamu sangka
sekedar berdua”.
“...di waktu baginda berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu bersedih, sesung
guhnya Allah bersama kita." Maka Allah
menurunkan ketenangan-Nya kepada (Muham-
mad) dan membantunya dengan tentara yang
kamu tidak melihatnya...” (Qs. At-Taubah: 40)
Inilah kunci menikmati hidup. Semoga Allah
s.w.t. menganugerahkan rasa kebersamaan Al-
lah s.w.t. dalam hati kita. Amin.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.