Masjid 230
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ تُكْثِرُوا الْكَلاَمَ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ،
فَإِنَّ كَثْرَةَ الْكَلاَمِ بِغَيْرِ ذِكْرِ اللهِ قَسْوَةٌ لِلْقَلْبِ،
وَإِنَّ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنَ اللهِ الْقَلْبُ الْقَاسِي

“Janganlah memperbanyak pembicaraan selain dzikrullah. Karena banyak bicara selain dzikrullah akan membuat hati menjadi keras. Sesungguhnya manusia yang paling jauh dari Allah adalah (yang memiliki) hati yang keras.” (Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2411; Al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab no. 4951; Malik dalam Al-Muwatha’, II/986. Hadits ini dishahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Umdatut Tafsir, I/168 dan dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth dalam Jami’ Al-Ushul, XI/737).
Menjaga Lisan Adalah Tanda Baiknya Keislaman Seseorang
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَالاَ يَعْنِيْهِ

“Termasuk kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya.”(Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no. 2239 dan Ibnu Majah, no. 3966. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shohiih Ibni Majah, no. 3211)
Lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu untuk dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penerjemah hati dan pengungkap isi hati. Oleh karena itulah, setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan istiqomah, beliau mewasiatkan untuk menjaga lisan. Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لاَ يَسْتَقِيْمُ إِيْمَانُ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ قَلْبُهُ،
وَلاَ يَسْتَقِيْمُ قَلْبُهُ حَتَّى يَسْتَقِيْمَ  لِسَانُهُ،
وَلاَ يَدْخُلُ رَجُلٌ الْجَنَّةَ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

“Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan tidak akan masuk Surga, seseorang yang tetangganya tidak aman dari kejahatan-kejahatannya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, no. 12636 dan dihasankan oleh Syaikh Salim Al-Hilali dalam Bahjatun Nazhirin, 3/13).
An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah, setiap orang harus menjaga lisannya dari seluruh perkataan, kecuali ucapan yang jelas manfaatnya. Apabila belum jelas manfaatnya, maka ditekankan baginya agar lebih memilih diam. Sebab ucapan yang mubah itu bisa menyeret kepada yang haram dan makruh. Bahkan kenyataan seperti ini sangat banyak dan sering terjadi. Sedangkan keselamatan tidak dapat dinilai dengan apapun.” (Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 284).
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang hendak berbicara, maka hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika ia yakin bahwa ucapan itu tidak merugikannya, maka bicaralah. Jika ia yakin bahwa ucapan tersebut mengandung muhdharat atau ia masih ragu-ragu, maka hendaklah ia menahan (lesannya).” (Al-Adzkaar, karya An-Nawawi, 2/713-714)
Ada seseorang yang datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meminta nasehat. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا قُمْتَ فِي صَلاَتِكَ فَصَلِّ صَلاَةَ مُوَدِّعٍ،
وَلاَ تَكَلَّمْ بِكَلاَمٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ،
وَأَجْمِعِ الْيَأْسَ عَمَّا فِيْ أَيْدِي النَّاسِ

“Jika engkau mengerjakan sholat, maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh seolah-olah itu adalah sholat terakhirmu. Janganlah engkau berbicara dengan ucapan yang nantinya engkau akan menyesal karenanya. Singkirkanlah keinginanmu terhadap apa yang ada di tangan manusia.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah, no. 4161 dan dihasankan oleh al-Albani dalam Shohih Ibni Majah, no. 3363).
Apakah Semua Ucapan Itu Tercatat?
Seluruh ucapan yang keluar dari lisan manusia akan dicatat oleh Malaikat pencatat amal, baik itu ucapan yang bernilai pahala maupun ucapan buruk yang bernilai dosa. Lalu, bagaimanakah dengan ucapan mubah, yang tidak bernilai pahala dan dosa? Apakah dicatat?!
Ada perbedaan pendapat diantara para ulama kita berkaitan dengan masalah ini. Ada ulama kita yang mengatakan bahwa yang dicatat hanyalah ucapan yang bernilai pahala dan dosa. Sedangkan ulama yang lain berpendapat bahwa semua ucapan, termasuk yang mubah, akan dicatat dan dimasukkan dalam lembaran catatan amalan. Wallahu Ta’ala a’lam, pendapat terakhirlah yang lebih kuat berdasarkan firman Allah Ta’ala:

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلاَّ لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ

“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf: 18)
Yakni tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya, baik yang bernilai pahala, bernilai dosa, maupun yang mubah (tidak bernilai pahala dan dosa), melainkan dicatat oleh Malaikat pencatat amal. Bahkan rintihan orang yang kesakitan juga akan ditulis dalam lembar catatan amal.
Imam Ahmad rahimahullah pernah dijenguk oleh seseorang tatkala sedang sakit. Ketika beliau merintih karena sakit yang dideritanya, ada seseorang (yakni Thowus, ulama terkenal generasi Tabi’in) yang berkata kepadanya, “Sesungguhnya rintihan sakit juga dicatat (oleh Malaikat)”. Setelah mendengar ucapan itu, Imam Ahmad langsung diam dan tidak merintih lagi. Beliau takut jika rintihan sakit itu akan dicatat oleh Malaikat. (Silsilah Liqo’at al-Bab al-Maftuh, 11/5)
Bahaya Tidak Menjaga Lisan
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثَرُ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ النَّارَ اْلأَجْوَفَانِ : اَلْفَمُّ وَالْفَرْجُ

“Yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka adalah dua lubang : mulut (lisan) dan farji (kemaluan).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Ahmad, II/291; At-Tirmidzi, no. 2040; Ibnu Majah, no. 4246; al-Hakim, no. II/342)
Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan jaminan masuk Surga bagi setiap muslim yang mampu menjaga lisan dan kemaluannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa memberi jaminan untuk menjaga apa yang ada di antara dua jenggotnya (yakni mulut) dan dua pahanya (yakni kemaluan), aku jamin baginya Surga.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6474 dari Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu).
Orang yang bijak adalah orang yang menjaga lisannya dari ucapan-ucapan batil dan menggunakannya untuk perkara yang bermanfaat. Ada seorang hamba yang datang membawa kebaikan setinggi gunung, namun ia dapati lesannya telah mengharcurkan semua kebaikannya itu. Sebaliknya, ada hamba yang datang membawa dosa setinggi gunung, namun ia dapati lisannya telah merobohkan tumpukan dosa-dosa itu karena banyaknya ia beristighfar, berdzikir dan bermunajat kepada Allah Ta’ala. (Al-Jawaab al-Kaafi, karya Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, hal. 276-281)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا فِي النَّارِ
أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَ الْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan sesuatu perkataan yang tidak ia perhatikan (baik dan buruknya) menyebabkan tergelincir ke Neraka dengan jarak yang lebih jauh dari jarak timur dan barat.”(Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, no. 6477 dan Muslim, no. 2988).
Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia! Tidak ada sesuatu yang lebih perlu dipenjarakan dalam waktu yang lama selain lisanku.” Beliau juga mengatakan, “Wahai lisan, ucapkanlah yang baik-baik, niscaya kamu akan beruntung! Berhentilah dari mengucap yang buruk-buruk, niscaya kamu akan selamat sebelum menyesal!” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rojab al-Hambali, hal. 241–242)

Sumber : Buletin at-Taubah edisi ke-51
Sebagian artikel ini kami ambil dari tulisan Ust. Muh. Abduh Tuasikal di www.rumaysho.com artikel dengan judul: Faedah Surat Qaaf, Setiap yang Terucap Akan Masuk Catatan Amal.


Nas alullaaha wal 'aafiyah.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.