Setiap yang bernyawa adalah "camat" (calon mati). Kematian merupakan sebuah kemestian yang harus siap dihadapi oleh setiap orang, karena kita ini adalah "camat" . Allah -Ta’ala- berfirman di dalam Al-Qur’an Al-Karim,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian (QS. Al Imran:185)
Ya, setiap yang berjiwa itu akan mati. Apakah kematian itu? apakah engkau pernah berpikir tentang "perusak segala kenikmatan" dan segala misterinya? Apakah engkau merasa diperingatkan dan dinasehati olehnya, ketika ia mengambil dan mencabut kenikamatan-kenikmatan itu; ia melangkahimu untuk mendatangi orang lain dan esok ia akan mendatangimu?

Jadi, semua orang akan mati; engkau telah melihat dan mendengarnya. Orang yang bahagia adalah orang yang selalu mengambil peringatan dari orang lain atau mungkin engkau lupa akan ungkapan populer: “Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat”.

Hendaklah engkau mempersiapkan dengan seluruh desah nafasmu, sehingga engkau menjadi orang yang apabila berada di pagi hari, dia tidak menunggu waktu sore; apabila berada di sore hari, dia tidak menunggu waktu pagi. Namun ia akan beramal sholeh untuk mengisi setiap jam yang sedang dijalaninya, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Umar ketika mendengar Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

كُنْ فِيْ الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيْبٌ أَوْ آبِرُ سَبِيْلٍ

"Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau seorang pengembara".

Ibnu Umar-radhiyallahu ‘anhu- berkata, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu waktu pagi. Apabila kamu berada di pagi hari, maka janganlah menunggu waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, dan masa hidupmu sebelum matimu”.[HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya(6053), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2333), Ibnu Hibban dalam Shohih-nya (698)]

Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambaliy-rahimahullah- berkata, Sesungguhya seorang mukmin tidak sepantasnya untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggalnya dan merasa tenang di dalamnya akan tetapi sepatutnya dia di dalam dunia ini bagaikan orang yang sedang melakukan perjalanan. Sungguh wasiat para nabi dan pengikutnya telah sepakat atas hal ini. [Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam (hal. 379) ]

Wahai calon penghini kubur, apa yang menyebabkan terpedaya oleh dunia? Tidak engkau mengetahui bahwa kamu akan meninggalkan duniamu dan duniamu akan meninggalkanmu? Mana rumahmu yang megah, pakaianmu yang indah, aroma wewangianmu, para pembantumu, dan keluagamu? Mana wajahmu yang tampan, kulitmu yang halus? Bagaimana keadaanmu setelah tiga hari di kubur? Saat itu tubuhmu telah ditumbuhi ulat dan cacing, mengoyak kafanmu, menghapuskan warnamu, memakan dagingmu, masuk ke dalam tulangmu, mencerai-beraikan anggota tubuhmu, merobek sendi-sendimu, melelehkan biji matamu dan pipimu.

أَكْثِرُوْا ذِكْرَ هَاذَمُّ اللَّذَّاتِ يَعْنِيْ الْمَوْتُ

“Perbanyaklah kalian mengingat penghancur kenikmatan, yaitu kematian”.[HR. At-Tirmidziy (2307), An-Nasa'iy (1824), dan Ibnu Majah (4258). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Takhrij Al-Misykah (1607)]

Cukuplah kematian membuat hati besedih, menjadikan mata menangis, perpisahan dengan orang-orang tercinta, penghilang segala kenikmatan dunia, pemutus segala angan-angan. Wahai orang-orang yang berpaling dari Allah, wahai orang yang tengah lengah dari ketaatan kepada Rabbnya, wahai orang yang setiap kali ia dinasehati, hawa nafsunya menolah nasihat ini, wahai orang yang dilalaikan oleh nafsunya dan tertipu oleh angan-angan panjangnya, tahukah kamu apa yang akan terjadi pada dirimu di saat kematianmu? Mungkin engkau bergumam dalam hati, “Saya akan mengucapkan la ilaha illallah”. Belum tentu wahai saudaraku!! Jika engkau masih tetap lalai dan berpaling dari Allah hingga tiba saat kematianmu, tentu engkau tidak akan mengucapkannya, bahkan kamu akan berharap untuk dihidupkan kembali.

Saudaraku, kemanakah engkau akan lari?? Apakah engkau akan mendaki gunung yang tinggi, atau menyelami lautan yang dalam, ataukah bersembunyi di benteng yang kokoh supaya dapat lolos dari intaian Malaikat Maut? Wahai saudaraku…. Engkau tidak akan dapat melarikan diri dari al-maut, sebab Rabb kita -Tabaraka wa ta’ala- berfirman,

أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِكُكُمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنْتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ

"Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang Tinggi lagi kokoh" (QS. An-Nisa : 78)

Jika begitu, persiapkanlah dirimu dalam menghadapinya. Perbanyaklah bekalmu, karena perjalanan kita masihlah panjang. Janganlah engakau terlena dengan angan-angan yang kosong lagi menipu. Mengharap umurmu masih panjang, ternyata kematian sudah berada di ambang pintu. Janganlah engakau merasa cukup dengan kebaikan yang ada pada dirimu dan merasa ujub dengannya, sebab para salaf (pendahulu) kita dari kalangan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik adalah orang-orang yang paling banyak melakukan ibadah, ketaatan dan amal shalih. Namun ternyata mereka tidak begitu saja mengandalkan amal perbuatan mereka, bahkan mereka senantiasa merasa khawatir jangan sampai apa yang mereka lakukan itu masih belum diterima oleh Allah, sehingga terus merasa kurang dalam beramal dan tak henti-hentinya memohon ampunan kepada Allah.

Ibnu Syaudzab berkata, " Tatkala Abu Hurairah berada di ambang kematian, tiba-tiba beliau menangis. Orang-orang bertanya, "apa yang membuatmu menangis? Beliau menjawab : "jauhnya perjalanan, sedikitnya perbekalan dan banyaknya rintangan yang menghalang. Sementara saya tidak tahu akan dimasukkan ke neraka ataukah ke surga". [Lihat Shifatush Shofwah (1/694) oleh Ibnul Jauziy]

Qabishah bin Qais Al Anbariy berkata, "Adh-Dhahhak bin Muzahim apabila datang sore hari beliau menangis. Ada orang yang bertanya, apa gerangan yang membuatmu menangis? Beliau menjawab,

لَا أَدْرِيْ مَا صَعُدَ الْيَوْمَ مِنْ عَمَلِيْ

"Aku tidak tahu, amalanku yang mana yang naik ke langit (diterima Allah) pada hari ini". [Lihat Shifatush Shofwah (17/150)]

Subhanallah !!! Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan. Lihatlah diri kita dan bandingkan dengan mereka. Apa yang telah kita kerjakan untuk mengisi hari ini? Berapa banyak hari yang berlalu, berapa umur yang telah kita lewati? Namun sedikit di antara kita yang menghitung diri. Bahkan kebanyakan dari kita membiarkan hari-harinya lewat, sedang dia tenggelam di dalam lautan kelalaian dan gelombang panjang angan-angan.

Bertaubatlah sebelum datangnya hari yang telah dijanjikan dan kita berkata,

رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ …

"Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia), walaupun sebentar saja. Niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti Rasul-Rasul….". (QS. Ibrahim : 44)

Maka kita akan mendapatkan jawaban,

أَلَمْ تَكُنْ آَيَاتِي تُتْلَى عَلَيْكُمْ فَكُنْتُمْ بِهَا تُكَذِّبُونَ

"Bukankah ayat-ayatku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu mendustakannya?" (QS. Al Mukminun :105)

Sungguh jika al-maut telah datang, maka ia tidak akan menangguhkan kita untuk bertaubat. Dia tidak dapat diundur, walaupun hanya sehari, sejam, bahkan sedetik pun.

Allah -Ta’ala- telah berfirman,

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapar mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula memajukannya". (QS. An-Nahl :61)

Umar bin DzarAl-Kufiy berkata, "Wahai pelaku kezhaliman! Sesungguhnya kamu sedang berada dalam masa penangguhan yang kamu minta itu maka mamfaatkanlah sebelum akhir masa itu tiba dan beresegeralah sebelum ia berlalu. Batas akhir penangguhan adalah ketika kamu menemui ajal, saat sang maut datang ketika itu tidak berguna lagi penyesalan". (HR. Abu Nu’aim Al-Ashbahaniy dalam Al Hilyah (5/115-116).

Suatu hal yang patut kita renungi adalah bekal kita untuk menghadapi kematian ini. Seorang yang cerdik akan mempersiapkan berbagai amalan yang dapat menyelamatkan dirinya dari huru-hara kematian, dan padang mahsyar.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

وَأَكْيَسُهُمْ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لَهُ إِسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

"Mukmin yang paling cerdik adalah yang paling banyak mengingat mati, dan paling baik persiapannya untuk mati. Itulah orang cerdik". [HR. Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4259). Di-hasan-kan oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (1384)]

Pernahkah kita mengitung diri atas apa yang telah kita ucapkan dan kita perbuat? mari segera kita jawab sebulum datang waktunya bagi kita untuk mengucapkan,

قالَ رَبِّ ارْجِعُونِ (99) لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ

“Ya Rabbku kembalikanlah aku ke dunia, agar aku berbuat amal yang shalih terhadap apa yang aku tinggalkan”

Kemudian kita dapat jawaban,

كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

“Sekali-sekali tidak sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan” (QS. Al Mu’minun:99-100)

Saudaraku, janganlah engkau merasa aman ketika menuju pembaringanmu. Boleh jadi dia adalah tidur terakhirmu di dunia; engkau tidak bangun lagi setelahnya, dan ketika bangun tahu-tahu engkau telah berada di dalam kubur. Selayaknya kita bersiap-siap selagi masih berada di dunia ini. Siapkanlah bekal aqidah, iman, ibadah, dan akhlaq yang baik, didasari ilmu wahyu dari Al-Qur’an, dan sunnah. Itulah yang akan mempermudah jawan kita di alam kubur, dan padang mahsyar. Semoga Allah -Ta’ala- menolong kita untuk selalu berzikir mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya, dan memperbaiki ibadah hanya kepada-Nya.

Wahai saudaraku, perhatikanlah matahari yang terbit dan tenggelam. Sudahkah engakau renungkan hari yang kau lalaikan? Tanyakanlah, apa yang sudah engkau persembahkan untuk menyambut hari yang tidak bermamfaat harta dan anak-anak? Amat banyak manusia yang tidak memiliki perhatian terhadap berlalunya waktu, padahal nafasmu wahai anak Adam sesuatu yang dihitung dan tertulis.

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

لَا تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْئَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيْمَ فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَ أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيْمَ أَبْلَأَ

"Tak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ia ditanyai tentang umurnya dimana ia habiskan; tentang ilmunya dalam perkara apa ia gunakan; hartanya dari mana ia perolehm dan kemana ia infaqkan; dan tentang jasadnya dimana ia gunakan". [HR. At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2417),Ad-Darimiy dalam Sunan-nya (537), dan Ath-Thobroniy dalam Al-Kabir (111). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih At-Targhib (126)]

فَلَوْ أَنَّا إِذَا مِتْنَا تُرِكْنَا لَكَانَ الْمَوْتُ رَاحَةَ كُلِّ حَيٍّ

وَلَكِنَّا إِذَا مِتْنَا بُعِثْنَا وَنُسْأَلُ بَعْدَهُ عَنْ كُلِّ شَئٍ

Jikalau seandainya kita mati kita dibiarkan begitu saja
sungguh kematian adalah perkara yang menyenangkan, 
akan tetapi apabila kita mati, kita akan dibangkitkan 
dan akan ditanya tentang segala sesuatu

wahai jiwa yang lalai mengingat kematian……. 
sebentar lagi engkau akan dikubur bersama mayat-mayat 
maka ingatlah tempatmu sebelum engkau menempatinya 
dan bertaubatlah kepada Allah dari sendagurau dan kesengan 
sesungguhnya kematian itu ada waktunya 
maka ingatlah musibah-musibah yang menimpa hari-harimu 
janganlah engkau tenang dengan dunia serta hiasannya 
karena semua itu tidak akan dibawa mati

Sumber : Buletin Jum’at Al-Atsariyyah edisi 28 Tahun I. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas. Alamat : Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Layout : Abu Muhammad Mulyadi. Untuk berlangganan/pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary (085255974201). (infaq Rp. 200,-/exp)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.