JAKARTA– Drama kebiadaban pasukan Densus 88 kembali dipertontonkan di pentas negeri yang mengaku menjujung tinggi HAM (Hak Asasi Manusia). Hal tersebut terjadi ketika Densus menangkap terduga Teroris bernama Dian Adi Priyana (DAP) di Pasar Nyamuk Cipondoh Tangerang Selatan, Sabtu (12/11/2011) lalu.
Kepada voa-islam.com, Ummu Yasmin, istri dari terduga teroris Dian Adi Priyana yang menyaksikan penangkapan dan penyiksaan terhadap suaminya menceritakan detik-detik kebiadaban Densus.
Pagi itu, sekira pukul 07.30 WIB, terduga teroris Dian Adi Priana yang disebut polisi terkait dengan jaringan Abdullah Omar sedang mengantar istri dan dua anaknya dengan mengendarai motor ke pasar untuk belanja. Ketika sampai di dekat SDN 3 Cipondoh, sekitar 50 meter dari rumah kontrakannya, tiba-tiba motornya diberhentikan secara paksa oleh Tim Densus 88. Setelah dihentikan paksa kemudian motornya dibelokkan ke arah got, lalu salah seorang anggota Densus 88 menodongkan senjata ke arah Dian dengan sangat kasar. Sementara itu, anggota Densus lainnya menyeretnya dari motor, memukul, menendang dan menginjak-injaknya sampai mulutnya berdarah.
Biadabnya, penganiayaan yang tak manusiawi tersebut dilakukan di depan istri dan dua anak Dian yang bernama Azzam (4,5) dan Syamil (1,5).
Tak sampai di situ, dengan kejinya, kedua anak balita itu juga mendapatkan perlakuan kasar dari tim Densus 88, sama seperti ayah mereka. Azzam yang terluka karena motor terjatuh ke got itu terus menangis melihat ayahnya dipelakukan kasar. Semantara Syamil yang baru berumur 1,5 tahun direnggut dengan paksa oleh tim Densus 88 sampai pelipisnya legam.
Sesaat kemudian, puluhan petugas dari Detasemen Borgol tersebut mengerubuti terduga teroris Dian Adi Priyana bersama istri dan kedua anaknya yang terus menangis karena ketakutan. Tak mau ambil pusing, Ummu Yasmin dan kedua anaknya pun diangkut ke dalam mobil Avanza warna putih, sementara Dian sendiri dinaikkan ke mobil lain warna hitam. Dari dalam mobil, Ummu Yasmin dan kedua anaknya mendengar teriakan takbir dari Dian yang sedang disiksa oleh anggota Densus 88. Teriakan takbir tersebut membuat anggota Densus 88 marah kemudian mereka mengambil lakban dari mobil yang ditumpangi oleh Ummu Yasmin dan kedua anaknya.
“Dengan lakban itulah mulut suami saya dibungkam, mungkin karena mereka membenci suara takbir,” ujar Ummu Yasmin kepada voa-islam.com, Senin (15/11/2011).
Setelah itu, Ummu Yasmin dan kedua anaknya dibawa ke Polsek Cipondoh sedangkan Dian sendiri entah dibawa ke tempat lain, entah ke mana.
Rupanya polisi tidak puas mempertontonkan kebiadaban dalam menyiksa Dian di depan istri dan kedua anaknya. Hari itu juga polisi menjemput dua anak perempuan Dian yang bernama Syifa (11) dan Yasmin (9) yang sedang bersekolah untuk dibawa ke Polsek Cipondoh. Ummu Yasmin dan keempat anaknya pun ditahan di Polsek Cipondoh dari jam 8 pagi sampai larut malam. Jam 21.00 WIB mereka baru diantar pulang.
Selama di penjara, Ummu Yasmin dan keempat anaknya, dua di antaranya masih balita, dipaksa untuk menonton drama kebiadaban Densus 88 yang menyiksa suami dan ayah mereka.
Dampak dari peristiwa tak manusiawi itu, jelas Ummu Yasmin, keempat anaknya, terutama Azzam dan Syamil yang masih balita, sampai sekarang masih trauma dan sering menangis jika mengingat kejadian penyiksaan yang menimpa ayah mereka.
Sangat disayangkan, anak-anak kecil itu adalah generasi bangsa yang tidak berdosa dan tidak mengerti apa itu teroris. Tapi Densus telah menyuguhkan tindakan teror kepada anak-anak suci itu. Anak-anak yang masih polos itu menjadi korban teror dan intimidasi dari negara melalui aparatnya yang katanya menjunjung tinggi HAM.
Soal tudingan bahwa Dian adalah anggota teroris jaringan Abdullah Omar alias Zulfikar yang memiliki senjata api, Ummu Yasmin meragukan tudingan itu. Sebagai istri Dian, ia tidak pernah melihat ataupun mengetahui adanya senjata api di tangan suaminya.
Melalui berita ini, Ummu Yasmin berharap agar jeritan hatinya didengar oleh para aktivis pendekar HAM atau Komisi Nasional Perlindungan Anak. SUMBER
0 komentar:
Posting Komentar