Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasul yang diutus sebagai rahmat bagi semesta alam, keluarga dan para sahabatnya.
Bermacam bentuk aksi jihad yang dilakukan kaum muslimin sebagai pembelaan kepada agamanya dan perlawanan terhadap kekufuran dan kemungkaran. Hanya saja, sebagian aksi tersebut  tidak diikuti dengan pertimbangan syar'i dan strategi yang matang. Kurang memperhatikan Fiqih Syar'i dan fikih realitas sehingga lebih banyak menimbulkan kemudharatan daripada kemaslahatan.
Satu kata yang disepakati, jihad sangat dibutuhkan umat ini. Ia menjadi syarat kemuliaannya. Tanpa jihad, pasti umat ini dihinakan dihadapan umat-umat yang lain. Namun, jihad tersebut bukan sembarang jihad. Jihad yang ditegakkan dengan ikhlas dan benarlah yang dapat meninggikan kalimatullah.
Dalam pelaksanaan jihad, khususnya jihad modern sekarang ini, sangat dibutuhkan keluasan ilmu dan pemahaman akan realitas sehingga pertimbangan dalam mengambil keputusan matang. Bukan hanya melihat ini boleh atau disyariatkan saja, tapi lebih dari itu harus mempertimbangkan juga fikih aulawiyah (priorotas), mana yang lebih mendesak dan lebih mendatangkan manfaat. Keputusan yang diambil harus dipertimbangkan benar-benar menjanjikan kemanfaatan bagi jihad dan mujahidin. Bukan sebaliknya, aksi jihad malah mencoreng nama baik jihad dan kaum mujahidin. Jika demikian, maka jihad semacam ini tidak boleh dilakukan. Ingatlah, terdapat dalam Shahihain, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menolak usulan sebagian sahabat untuk membunuh kaum munafikin yang sudah menampakkan kenifakannya. Semua itu dilakukan untuk melunakkan hati manusia dan untuk mencegah rusaknya citra beliau dan kaum muslimin. Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Biarkan mereka (agar) manusia tidak membicarakan bahwa Muhammad membunuh para sahabatnya."
. . . jihad sangat dibutuhkan umat ini. Ia menjadi syarat kemuliaannya. Tanpa jihad, pasti umat ini dihinakan dihadapan umat-umat yang lain. Namun, jihad tersebut bukan sembarang jihad. . .   
Syaikh Al Mujahid Abdul Mun’im Musthofa Halimah atau yang lebih dikenal Abu Basheer Ath Tharthusy dalam situs Mimbar al-Tauhid wa al-Jihad menjelaskan beberapa bentuk-bentuk jihad yang beliau anggap tidak tepat dan tidak benar. Beliau menuliskannya dengan, "Bentuk Jihad yang Tidak Kita Kehendaki". Berikut ini penjelasan dari beliau yang sudah diterjemahkan oleh saudara kami Abu Izzuddin FuadAl Hazimi:
لَا نُرِيْدُ الْجِهَادَ الَّتِي تَكُونُ بَوَاعِثَهُ الضَّجْرُ  وَقِلَّةُ الصَّبْرِ عَلىَ الْوَاقِعِ  فَيَحْمِلُ صَاحِبَهُ عَلَى اسْتِشْرَافِ مَوَاطِنِ الْهَلَكَةِ وَالْمَوْتِ  لِيَسْتَرِيحَ  
Kami tidak menghendaki jihad yang timbul akibat kebosanan dan kurangnya kesabaran menghadapi realitas perjuangan,  sehingga membuat seseorang bersikap berlebihan dalam menyebabkan kerusakan dan kematian.  Semua itu dilakukannya karena ia ingin segera beristirahat dari perjuangan.” 
لَا نُرِيْدُ الْجِهَادَ شَهْوَةً سَاعَةً  لِيُقَالَ فُلَانٌ جَاهِدٌ فِي مَكَانٍ كَذَا أَوْ كَذَا  فَإِذَا انْقَضَتْ  اِنْطَفَأَتْ جَذْوَةُ الْجِهَادِ فِي النَّفْسِ  وَانْتَهَى كُلُّ شَيْءٍ
"Kami tidak menghendaki jihad karena hawa nafsu sesaat supaya dikatakan si fulan telah berjihad di sana atau  di sini, sehingga apabila nafsu itu itu telah terpuaskan, mati-lah bara jihad dari dalam jiwanya, habis, tidak  bersisa sedikit pun".
لَا نُرِيْدُ الْجِهَادَ  الَّذِي يَحْمِلُ صَاحِبَهُ عَلَى الْاِسْتِعْجَالِ  وَقَطَفَ الثِّمَارَ قَبْلَ أَوَانِهَا  فَمَنْ تَعَجَّلَ شَيْئًا قَبْلَ أَوَانِهِ عُوْقِبَ بِحِرْمَانِهِ  فَأَمْرُ الْجِهَادُ عَظِيْمٌ  لَا يُتْقِنُهُ إِلَّا الرَّجُلُ الْمِكِّيْثُ  
"Kami tidak menghendaki jihad  yang membuat pelakunya menjadi  tergesa-gesa dalam bertindak serta ingin segera memanen buah sebelum waktunya matang. Karena barangsiapa tergesa-gesa dalam suatu amalan sebelum tiba waktunya, diharamkan baginya untuk memperoleh buahnya.  Jihad adalah perkara yang agung, tidak ada yang dapat itqan (teguh, cermat, tsabat, bersungguh-sungguh dan penuh perhitungan) di atasnya kecuali seseorang yang sabar dan teguh dalam pendirian."
لَا نُرِيْدُ الْجِهَادَ  الَّذِي يكون ذريعة للفرار من الواقع الذي يجب أن يُجاهد  أو الفرار من تحمل المسؤوليات الشرعية الملقاة على عاتق العباد  
"Kami tidak menghendaki jihad karena alasan melarikan diri dari kondisi dan realitas yang seharusnya dihadapi dengan jihad (kesungguhan dan keteguhan) atau lari dari  amanah syar’iyyah yang seharusnya diemban dengan penuh tanggung jawab oleh setiap hamba Nya.” 
لا نريد الجهاد  الذي لا يُحسن تقدير المصالح من المفاسد  ولا لما يجب أن يُقدم أو يؤخر  ولا يُلقي بالاً لعواقب الأمور المعتبرة شرعاً وعقلاً
"Kami tidak menghendaki jihad yang tidak mengedepankan pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan mafasid (kerusakan), yang tidak menimbang mana prioritas dan mana yang harus diakhirkan dan juga tidak peduli dengan dampak dari jihadnya itu dengan penuh pertimbangan baik secara  syar’i maupun pemikiran yang matang."
. . . Kami tidak menghendaki jihad yang tidak mengedepankan pertimbangan mashlahat (kebaikan) dan mafasid (kerusakan), yang tidak menimbang mana prioritas dan mana yang harus diakhirkan dan juga tidak peduli dengan dampak dari jihadnya itu . . .
لا نريد الجهاد  الذي تنطلق قوافله لساحات القتال قبل أن تستوفي الحد الأدنى من الإعداد  فتكون لقمة سائغة سهلة للعدو
"Kami tidak menghendaki jihad yang pasukannya menuju medan perang dengan tidak memenuhi batasan minimum i’dad (persiapan), sehingga menjadi makanan empuk bagi musuh dan dengan sangat  mudahlah dikalahkan oleh mereka."
لا نريد الجهاد  الذي تسيره رغبات ومصالح الطواغيت الظالمين  فإذا أذنوا له ـ لغايةٍ في نفوسهم ـ انطلقت قوافله  وإن لم يأذنوا له أمسكت قوافله وتوقفت
"Kami tidak menghendaki jihad hanya demi kemaslahatan para thaghut yang zalim. Apabila para thaghut itu mengijinkan –karena suatu tujuan dan strategi tertentu -  berangkatlah kafilah jihad itu dan jika mereka tak mengijinkan, berhenti pula kafilah itu dan membatalkan amaliyah mereka." 
لا نريد الجهاد الذي يميز أهله بين طاغوت وطاغوت  فيوالون طاغوتاً ويُعادون طاغوتاً  
"Kami tidak menginginkan jihad yang hanya untuk membedakan antara thaghut yang satu dengan thaghut lainnya, sehingga mereka  berwala’ (loyal) kepada thaghut yang satu untuk memusuhi thaghut yang lainnya."
لا نريد الجهاد الذي يستبدل طاغوتاً بطاغوت  وكفراً بكفرٍ آخر  ونظاماً فاسدٍ بنظام فاسدٍ آخر
Kami tidak menghendaki jihad untuk melengserkan kekuasaan thaghut agar digantikan dengan taghut lainnya, kekufuran dengan kekufuran bentuk lain, sistem negara yang rusak dengan sistem negara yang rusak lainnya."
لا نريد الجهاد الذي تنتهي تطلعاته وآماله عند حدود العطاء والاستشهاد  وليكن بعدها ما يكون  ومن غير تطلع إلى مراحل التأسيس والبنيان  وتحقيق الأهداف
"Kami tidak menghendaki jihad yang tujuan dan cita-cita akhirnya hanya untuk menggugurkan kewajiban jihad dan semata-mata hanya untuk meraih mati syahid, kemudian tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tidak mau tahu dengan kelangsungan perjuangan berikutnya, tidak peduli pada fase-fase pembangunan pondasi dan tegaknya bangunan Islam serta langkah-langkah dan strategi untuk mewujudkan tujuan-tujuan jihad (menjadikan kalimah Allah dan syari’ah-Nya menjadi yang tertinggi di muka bumi -pent)."
لا نريد الجهاد الذي يقطف ثماره الطواغيت الظالمون  وكأنه من المفروض علينا أن يكون منا العطاء والفداء  والاستشهاد  وعليهم ـ وهم على أريكتهم يتسامرون ويتآمرون ـ جني الثمار  وفق أهدافهم ومآربهم  ومخططاتهم الهدامة
"Kami tidak menghendaki jihad yang buahnya hanya akan dipetik oleh para thaghut zhalim, sehingga seakan-akan kita lah yang diwajibkan memberikan seluruh apa yang kita miliki demi jihad ini, harta benda, pengorbanan dan jiwa kita sebagi syuhada’ sedangkan nantinya, justru para thaghut itu yang akan memetik buah jihad kita dan menentukan strategi, tujuan dan langkah-langkah ke depan pasca kemenangan, sementara di saat para mujahidin berjihad, mereka justru saling berseteru dan bersaing satu dengan lainnya untuk memperebutkan “kue” kekuasaan manakala jihad memperoleh kemenangan." 
Kemudian beliau tutup, dengan kalimat: "Inilah jihad yang tidak kami inginkan, yang tidak kami serukan, dan tidak kami usahakan untuk meneguhkannya." Wallahu Ta'ala A'lam


sumber

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.