RESEP HIDUP BAHAGIA
Pendahuluan 
Segala puji bagi Allah yang hanya milik-Nya pujian-pujian seluruhnya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan Yang Haq untuk disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adlah hamba dan rasul-Nya. Semoga Allah senantiasa melimpahkan shalawat dan salam-Nya kepada beliau, keluarga dan para shahabat beliau.


Ketenteraman dan kesenangan hati serta hilangnya keresahan dan kesedihannya adalah tujuan setiap manusia. Dengan itu kehidupan bahagia menjadi realita dan kesenangan serta kegembiraan yang sebenarnya pun terwujud.

Hal ini tergapai lantaran tiga sarana:
  • Sarana melalui pembenahan kehidupan religi,
  • Sarana yang bersifat alami, dan
  • Sarana praktis yang dijalani dengan kesungguhan.

Ketiga sarana ini hanyalah mungkin dimiliki para mukmin. Sedangkan selain mereka, kalaupun tergapai oleh mereka satu sisi kebahagian dan karena suatu sarana yang diupayakan keras oleh orang-orang bijak di kalangan mereka, tidaklah dapat tergapai oleh mereka sisi-sisi lain yang lebih tinggi manfaatnya, lebih mantap dan lebih bagus nilainya, baik yang dirasakan secara langsung di dunia ataupun kelak di Hari Kemudian.

Melalui buku kecil ini penulis akan memaparkan, sebatas ingatan penulis, beberapa sarana untuk menggayuh tujuan luhur ini, yang setiap orang berupaya untuk meraihnya.

Sebagian manusia ada yang beruntung meraih banyak dari sarana-sarana itu. Dengan itu, ia hidup dan menjalani kehidupan dengan bahagia. Sebagian yang lain gagal meraih apapun. Karenanya, ia hidup dan menjalani kehidupan dengan sengsara. Sedang sebagian yang lain tidak begini dan tidak begitu. Mereka hanya meraih sebatas yang dapat mereka raih.

Hanya Allah semata Pemberi Taufiq. Kepada-Nya kita memohon pertolongan dalam meraih segala kebagian dan menangkis semua keburukan.


RESEP HIDUP BAHAGIA

  1. Beriman dan Beramal Shaleh dengan Sebenarnya

Sarana yang paling agung yang merupakan sarana pokok dan dasar bagi tergapainya hidup bahagia ialan beriman dan beramal shaleh. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
Barangsiapa melakukan amal shalihi, baik lelaki maupun perempuan, sedangkan ia beriman, maka sesungguhnyaakan Kami karuniakan kepadanyakehidupan yang baik dan sesunguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dengan apa yang telah mereka lakukan.” (QS. An-Nahl: 97)
Kepada orang yang memadukan antara iman dan amal shalih, Allah Ta’ala memberitahukan dan menjanjikan kehidupan yang baik di dunia dan pahala yang baik di dunia maupun di akhirat.
Sebabnya jelas. Karena, orang-orang yang beriman kepada Allah dengan iman yang benar lagi membuahkan amal shalih yang mampu memperbaiki hati, akhlaq, urusan duniawi dan ukhrawi, mereka memiliki prinsip-prinsip mendasar dalam menyambut datangnya kesenangan dan kegembiraan, ataupun datangnya keguncangan, kegundahan, dan kesedihan.
Mereka menyambut segala hal yang menyenangkan dan menggemberikan dengan menerima, mensyukuri dan menggunakannya untuk sesuatu yang bermanfaat. Jika mereka menggunakannya demikian, niscaya hal itu akan melahirkan nilai-nilai agung di balik kegembiraan karenanya, pendambaan kelanggengan dan keberkahannya, dan keberharapan pahala seperti pahala yang diperoleh para hamba yang bersyukur. Nilai-nilai itu, dengan setumpuk buah dan keberkahaannya, justru mengungguli wujud kegembiraan-kegembiraan itu, yang itu pun bagian dari buahnya.
Mereka hadapi cobaan, mara bahaya, kegundahan dan kesedihan dengan melawan apa yang mungkin dilawannya, menepis sedikit apa yang mungkin ditepis, dan bersabar terhadap apa yang harus terjadi tidak boleh tidak. Dengan demikian, di balik cobaan-cobaan itu lahirlah nilai-nilai agung berupa sikap melawan yang penuh arti, pengalaman dan kekuatan, serta kesabaran dan ketulusan untuk hanya berharap pahala Ilahi. Dengan melekatnya nilai-nilai agung itu di hati, kecillah di mata mereka aneka cobaan berat. Sedang yang bersemayam di hati justeru kesenangan, cita-cita mulia dan dambaan untuk menggapai karunia dan pahala dari Allah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menggambarkan ini dalam hadits shahih, beliau bersabda:
عجبا لأمر المؤمنإن أمره كله خيرو إن أصا بته سرء شكر فكان خبرالهو إن أصا بته ضراء صبر فكان خبرالهوليس ذلك لأحد إلا للمؤمن.
Sungguh mengagumkan perihal mukmin. Semua hal yang dialaminya adalah baik. Jika ia mendapatkan hal yang menyenagkan, ia bersyukur. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Jika ia tertimpa hal yang menyakitkan, ia bersabar. Maka hal itu menjadi suatu kebaikan baginya. Sifat itu tidak dimiliki siapapun kecuali oleh seorang mukmin.” ii
Baginda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menerangkan bahwasanya keberuntungan, nilai kebaikan dan buah perilaku mukmin berlipat ganda pada saat mengalami kesenangan ataupun cobaan. Oleh sebab itu, bisa jadi Anda jumpai dua orang yang sama-sama mengalami ujian berupa keberuntungan dan bencana. Namun, antara satu dan yang lain berbeda jauh dalam menghadapi ujian itu, sesuai dengan kadar iman dan amal shalih yang ada pada diri masing-masing.
Orang yang beriman dan melakukan amal shalih menghadapi keberuntungan dengan rasa syukur dan sikap perilaku yang membuktikan kesungguhan syukur itu, dan menghadapi bencana dengan bersabar dan sikap perilaku yang membuktikan kesungguhan kesabaran itu. Dengan demikian, hal itu dapat membuahkan di hatinya kesenangan, kegembiraan dan hilangnya kegundahan, kesedihan, kegelisahan, kesempitan dada dan kesengsaraan hidup. Selanjutnya, kehidupan bahagia akan benar-benar menjadi realita baginya di dunia ini.
Sedangkan yang lain menghadapi kesenangan hidup dengan kecongkakan, kesombongan dan sikap melampaui batas. Lalu, melencenglah moralnya. Ia menyambut kesenangan hidup seperti halnya binatang yang menyambut kesenangan dengan serakah dan rakus. Seiring itu, hatinya tidak tenteram. Bahkan, hatinya tercerai-berai oleh berbagai hal. Hatinya tercerai-berai oleh kekhawatirannya terhadap sirnanya segala kesenangannya dan banyaknya benturan-benturan yang pada umumnya, muncul sebagai dampaknya. Hatinya tercerai-berai tidak menentu, karena memang hasrat jiwa tidak mau berhenti pada suatu batas. Bahkan, terus gandrung kepada keinginan-keinginan lain yang kadangkala dapat terwujud dan kadangkala tidak dapat terwujud. Andaikan – dibayangkan – dapat terwujud, ia pun tetap gelisah oleh karena hal-hal tadi. Ia pun menyambut cobaan yang sulit dengan rasa gelisah, keluh kesah, khawatir dan gusar. Tidak usah Anda bertanya tentang dampak buruk dari itu semua, yang berupa kesengsaraan hidup, teridapnya penyakit jiwa maupun saraf dan rasa kekhawatiran bercampur ketakutan yang bisa jadi, pada gilirannya akan menyeretnya ke kondisi yang paling buruk dan malapetaka yang paling mengerikan. Karena, ia tidak mempunyai harapan pada pahala Ilahi dan tidak memiliki kesabaran yang mampu melipur hatinya dan meringankan beban yang dirasakannya. Semuanya ini dapat dilihat melaui pengalaman.
Satu gambaran: Jika Anda mengamati dan menilai keadaan orang pada umumnya dengan barometer iman dan amal, maka Anda akan melihat perbedaan jauh antara orang mukmin yang berbuat sesuai tuntunan imannya dan yang tidak demikian. Hal itu karena Islam sangat menganjurkan qana’ah (menerima dengan penuh kerelaan) terhadap rezeki dari Allah terhadap ragam karunia dan kemurahan-Nya yang diberikan-Nya kepada para hamba-Nya.
Orang mukmin, jika diuji dengan datangnya penyakit atau kefakiran atau semacamnya – yang setiap orang bisa menjadi sasaran cobaan itu – , maka dengan iman dan jiwa qana’ah serta ridha terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya, Anda dapati ia berhati sejuk dan bermata ceria, tidak menuntut sesuatu yang tidak ditakdirkan untuknya. Di segi materi, ia memandang kepada yang lebih rendah, tidak memandang kepada yang lebih atas. Bisa jadi, kegembiraan, kesenangan dan ketenteraman batinnya melebihi orang yang meraih semua keinginan duniawinya, jika orang itu tidak dikaruniai jiwa qana’ah.
Kemudian, Anda dapati orang yang tidak berbuat sesuai dengan tuntutan iman, jika ia diuji dengan sedikit kefakiran saja, atau tidak diperolehnya keinginan-keinginan duniawinya, maka Anda dapati ia sangat hancur dan sengsara.
Gambaran lain: Jika terjadi pada seseorang hal-hal yang menakutkan dan ia tertimpa malapetaka atau bencana, maka orang yang benar imannya akan Anda dapati ia berhati teguh, berjiwa tenteram lagi tegar menangani dan menyetir sesuatu yang menimpanya dengan pikiran, ucapan, dan tindakan yang dimampuinya. Ia kukuhkan jiwanya untuk menghadapi bencana yang menimpanya itu. Sikap semacam ini adalah sikap yang menenteramkan dan mengukuhkan hati seseorang.
Sebaliknya, orang yang tidak memiliki iman, jika terjadi peristiwa-peristiwa yang menakutkan, Anda dapati ia guncang hatinya dalam menghadapinya, saraf-sarafnya tegang, dan pikirannya tercerai-berai. Rasa kekhawatiran dan ketakutan merasuk di jiwanya. Rasa ketakutan dari ancaman luar dan seribu gejolak di dalam telah tertumpuk menyatu dalam dirinya, yang tidak mungkin digambarkan. Manusia semacam ini, jika tidak memiliki beberapa sarana terapi alami yang hal itu membutuhkan latihan banyak, maka ketahanan dirinya akan luluh dan saraf-sarafnya pun akan tegang. Itu semua karena ia tidak memiliki iman yang dapat membawanya untuk bersabar, terutama dalam situasi sulit dan kondisi yang menyedihkan lagi mengguncangkan.
Orang baik dan orang jahat, orang mukmin dan orang kafir adalah sama di sisi keberanian yang diperoleh melalui upaya atau latihan dan di sisi naluri (instinct) yang berfungsi melipur dan menurunkan volume rasa takut. Akan tetapi, orang mukmin, dengan kekuatan imannya, kesabaranya, kepasrahan dan kebersandarannya kepada Allah serta keberharapannya pada pahala-Nya, ia unggul dengan memiliki nilai-nilai lebih yang meningkatkan keberaniannya, meringankan tekanan rasa takutnya dan membantu memandang kecil segala kesulitan yang dihapinya. Allah berfirman:
Jika kamu menderita kesakitan, sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula) sebagaimana apa yang kamu derita. Sedangkan kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan.iii (QS. An-Nisa’: 104)
Para mukminin dianugerahi ma’unah (pertolongan), ma’iyyah (rasa kebersamaan) dan madad(bantuan) Allah yang khusus, yang dapat menyirnakan segala ketakutan.
Allah berfirman:
Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah bersamaiv orang-orang yang sabar.” (QS> Al-Anfal: 46)

Oleh Syeikh ‘Abdurrahman ibnu Nashir as-Sa’di

* * *
[ Disadur dari buku Resep Hidup Bahagia, Judul Asli: الوسائل المفيدة للحياة السعيدة Penulis: Syekh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Penerjemah: Rahmat al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit: Direktorat Bidang Penerbitan dan Riset Ilmiah Departemen Agama, Wakaf, Dakwah dan Bimbingan Islam, Saudi Arabia, 1425 H ]
Catatan Kaki:
i Ibnu Katsir, dalam Tafsirul-Qur’anil-‘Azhim, berkata: man ‘amila shalihan, wa huma al-‘amalul-mutabi’ li Kitabillah Ta’ala wa Sunnati Nabbiyihi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Maksudnya yaitu amal (perbuatan) yang mengikuti Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. (Penerj.)

ii Imam Ahmad, al-Fathur-Rabbani li tartibi Musnad al-Imam Ahmad ibnu Hanbal as-Syaibani, Kitab al-Qadar. Muslim, Shahih Muslim, Kitab az-Zuhud wa ar-Raqa’iq (Penerj.)

iii Penulis, dalam kitab Tafsirnya Taisirul Mannan, menjelaskan, yaitu keberuntungan dengan memperoleh pahala-Nya dan keselamatan dari siksa-Nya. (Penerj.)

iv Di dalam Taisirul Mannan, Penulis menjelaskan, yakni, Allah bersama orang-orang yang sabar dengan mengaruniakan pertolongan, kemenangan dan dukungan-Nya (Penerj.)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.