Senin, 11 Juli 2011 pukul 15:05:00

Oleh Muhammad Subarkah

Tak cukup menjarah dengan VOC, Pemerintah Belanda juga meminta uang sebesar 1.130.000.000 dolar AS sebagai pengganti pengakuan kedaulatan atas Indonesia.

Pada suatu siang di sekitar tahun 1918 beberapa orang tengah makan di ruang tengah Ketua Syarikat Islam, Umar Said Cokroaminoto, yang terletak di Peneleh Gang 7, Surabaya, sambil menyantap hidangan sekaligus meresapkan pembicaraan politik. Soekarno yang saat itu remaja duduk bersama mereka. Saat itu, Alimin dan Muso juga ikut makan bersama.

"Saat itu aku sempat bertanya dengan nada pelan. Berapa banyak yang diambil Belanda dari Indonesia?'' kata Soekarno dalam buku biografinya yang ditulis Cindy Adams. Suasana sesaat hening. Pak Cokro sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya bersuara menjawab pertanyaan. "Anak ini selalu ingin tahu,'' kata Pak Cokro sembari kemudian meneruskan pembicaraannya.

"De Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) atau Perkumpulan Dagang India Hindia Timur, mengeruk-atau mencuri-kira-kira 1.800 juta gulden dari tanah kita setiap tahun untuk memberi makan Den Haag,'' tegas Pak Cokro.
"Apa yang tersisa dari negeri kita,'' tanya Soekarno, dengan nada lebih keras. Alimin kemudian menjawab, "Rakyat tani kita yang bekerja mandi keringat mati kelaparan karena hanya mendapat penghasilan sebenggol sehari.''

"Kita menjadi bangsa kuli di antara bangsa-bangsa,'' Muso kemudian ikut menyela pembicaraan. Pak Cokro kemudian menerangkan panjang lebar mengenai arti penjajahan. Menurut dia, syariat Islam tidak membenci bangsa Belanda karena yang dibenci sistem pemerintah kolonialnya.''
                                       
Percakapan para tokoh bangsa itu kiranya kini perlu diceritakan kembali. Mungkin dahulu tak terbayangkan bahwa Indonesia bisa lepas dari pemerintah kolonial Belanda. Tapi faktanya, seratus tahun kemudian banyak yang lupa dengan sosok VOC tersebut. Bahkan, belakangan kini ada anggapan bahwa VOC hanya sekadar kongsi dagang. VOC bukan penjajah!

Persoalan sosok VOC itu pada awal Mei silam sempat diseminarkan secara serius. Pemicunya adanya pidato mantan presiden BJ Habibie dan sebagian kalangan lainnya yang menyatakan kondisi Indonesia saat itu mirip dengan suasana kolonialisme era VOC.

"Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah pengalihan kekayaan alam suatu negara ke negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus membeli jam kerja bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu 'VOC dengan baju baru,'" kata Habibie dalam pidato memperingati hari Pancasila di Gedung Parlemen (1/6).

Menyambut pidato itu, bara soal sosok penjajahan baru kini semakin tersingkap ke publik. Beberapa peminat sejarah kemudian mendiskusikannya di perpustakaan pribadi Fadli Zon yang berada di kawasan Pejompongan, Jakarta. Saat itu, terjadi diskusi yang serus. Dan, benar saja ada sebagian pihak yang menyatakan VOC yang berdiri pada 20 Maret 1600 adalah hanya sekadar kongsi dagang.

Peneliti sejarah Batara R Hutagalung mengakui, bagi sebagian besar rakyat Indonesia tidak dapat dibedakan apakah yang menjajah adalah VOC ataukah penerusnya, yaitu Pemerintah India (banyak orang menyebut Hindia Belanda atau Nederlandas Indie. VOC yang biasa disebut Kumpeni, jelas dipandang sebagai penjajah. Namun, ada sejarawan Indonesia yang mendukung pendapat konsevatif Belanda yang mengatakan bahwa VOC adalah perusahaan dagang biasa atau bukan penjajah.

"Apalagi di Belanda di sana banyak orang yang menilai zaman VOC sebagai zaman keemasan (de gouden eeuw). Bahkan, di website Kementerian Luar Negeri Belanda, di bagian sejarah VOC juga dinyatakan sebagai zaman keemasan,'' kata Batara.

Menurut Batara, memang pada awalnya orang-orang Belanda datang ke nusantara dengan maksud berdagang, terutama membeli rempah-rempah dan kemudian menjualnya ke Eropa. Pada waktu itu, rempah-rempah sangat mahal harganya di Eropa. Bahkan, di Jerman, julukan orang kaya pada saat itu disebut sebagai seorang si-Pfeffersack (kantong merica).

"Nah, para pedagang itulah kemudian mendirikan perusahaan dagang VOC. Yang luar biasa dalam pemberian kewenangan itu, Pemerintah Belanda pada 1602 memberikan kewenangan yang sangat besar layaknya suatu negara (mendapat hak oktroi). VOC mendapat hal memiliki uang sendiri, tentara, dan menyatakan perang terhadap suatu negara. Salah satu buktinya adalah penyerangan VOC terhadap Jayakarta pada 30 Mei 1619. Ini jelas suatu bentuk penjajahan,'' tegasnya.

Selain menyulut peperangan dan membuat aksi pembantaian penduduk di banyak wilayah, lanjut Batara, bukti VOC penjajah adalah perilaku kongsi Belanda ini sebagai agen pemasok budak. Pada 1642, berdasarkan Bataviase Statuten (Undang-Undang Batavia), VOC meresmikan adanya perbudakan. Dan, semenjak itulah hingga lebih dari 200 tahun kemudian, Belanda menjadi pedagang budak terbesar di dunia. Sebagian besar perbudakan terjadi di Jawa, namun mereka didatangkan dari luar Jawa sebagai tawanan dari daerah-daerah yang ditaklukkan Belanda. "Para budak itu, misalnya, berasal dari pulau Banda.

Pada 1621, tercatat ada 883 orang (176 tewas dalam perjalanan) ketika dibawa ke pulau Jawa dan dijual sebagai budak. Bahkan, antara tahun 1670-1699, lebih dari separuh penduduk Batavia adalah budak!''

Sementara itu, sejarawan DR Harto Juwono menyatakan hal senada. Menurut dia, adanya pemberian hak oktroi dari penguasa Belanda kepada VOC, pada saat itulah sebenarnya VOC telah meninggalkan fungsi utamanya sebagai kongsi dagang. Landasan legalitas ini kemudian mendorong badan usaha ini ke arah suatu bentuk lembaga kekuasaan yang lebih menggunakan dominasi politik daripada kekuatan modalnya. Bahkan, sosok VOC sebagai penjajah sudah terlihat semenjak 40 tahun setelah pendiriannya.

"Hak oktroi menjadi sumber legalitas pelimpahan kewenangan politik. Ini karena VOC siap memasuki ranah pertarungan politik dan militer daripada kompetisi ekonomi yang selalu bisa dipatahkan dengan kekuatan militer dan diplomatiknya,'' kata Harto.

Peninggalan buruk dari VOC, selain mewariskan sistem perbudakan dan aksi kekerasan, kongsi dagang ini juga meninggalkan jejak kelam sebagai cikal bakal perilaku korup birokrasi Indonesia saat ini. Menurut Harto, pada waktu VOC berkuasa, saat itu kongsi dagang ini berhasil menciptakan oknum-oknum pejabat yang secara fisik, namun secara idealisme adalah sebagai entrepreneur. Pemikiran mencari untung sebagai pedagang di kalangan pegawai VOC dengan memanfaatkan sistem hubungan kekuasaan yang dibangun ini, menjadi cikal bakal utama tindak pelanggaran korupsi, pemungutan liar, penyelundupan, dan sebagainya.

"Situasi ini terjadi bersamaan dengan melemahnya sarana kontrol yang memiliki badan usaha ini. Penyimpangan itu semakin tumbuh subur dan mengakibatkan salah satu faktor yang mendukung kebangkrutannya, dan kelak akan terus berlangsung di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda,'' jelas Harto. VOC kemudian bubar pada 31 Desember 1799. Setelah itu, kekuasaan kolonial langsung diambil alih oleh Pemerintah Belanda.
                                                      
Namun, meski kekayaan nusantara sudah dirampok habis-habisan, sifat rakus pemerintah kolonial terus berlangsung. Soekarno ketika menjabat sebagai presiden pada penghujung 1949 kembali merasakannya secara konkret. Pemerintah Belanda meminta uang sebesar 1.130.000.000 dolar AS sebagai pengganti pengakuan kedaulatan atas Indonesia. Uang ini adalah utang Pemerintah Hindia Belanda. Uang sebesar 'gunung' itu nantinya digunakan sebagai dana rehabilitasi negeri Belanda yang remuk redam akibat dirajam amuk Perang Dunia II.

Saat itu, Soekarno pun merasa geram, tapi tak bisa berbuat apa-apa. "Kami setuju membayar utang Pemerintah Hindia Belanda itu. Sungguh tak jujur tuntutan Belanda, membebani suatu negeri bekas jajahannya yang terbelakang dengan jumlah yang demikian besar!'' tegas Soekarno. Nah, masihkah ada yang tak percaya VOC bukan penjajah?

(-)

http://koran.republika.co.id/koran/0/138748/Siapa_Bilang_VOC_Bukan_Penjajah

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.