Terdapat perkembangan kurang sehat di kalangan generasi hari ini. Sekian banyak curahan hati, masalah pribadi, pergolakan keluarga, keruntuhan rumahtangga dan lain lainnya. Semua permasalahan itu melibatkan individu-individu yang bermasalah dalam pelaksanaan sholat.
Sholat adalah perkara penting dalam kehidupan. Ibadah sholat yang sempurna menjadi benteng dari perbuatan buruk, dan mengukuhkan jatidiri seorang mukmin bertaqwa dari menghampiri perbuatan maksiat dan berterusan dalam dosa.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah sholat. Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al Ankabut : 45 )
Kesempurnaan kewajiban ibadah sholat dapat dicapai dengan memulakan didikan sholat kepada anak-anak sejak kecil, yaitu bila mereka sudah mulai menunjukkan minat meniru setiap gerak laku ibu bapak yang biasanya terjadi pada awal usia dua tahun.
Melentur buluh biar dari rebungnya, demikian nasihat orang-orang dahulu kala. Sebelum anak-anak mencapai usia 7 tahun, sebagai orang tua bermula hanya dengan mengajak-ajak anak-anak agar mereka mau untuk sholat bersama, menghamparkan sajadah dan memakaikan mukena agar mereka merasa terbawa untuk mengikuti pergerakan-pergerakan yang ada di dalamnya.
Betul atau salah cara mereka menunaikan tiang agama itu dari sudut perbuatan. Bacaan maupun bilangan rakaat sholat yang ditunaikan pada ketika ini bukan menjadi persoalan karena tujuan utama hanyalah untuk menanamkan minat dan memperkenalkan anak-anak kepada ibadah sholat.
Tidak perlu menggunakan "perintah" untuk memaksa a n a k-a n a k m e l a k u k a n nya. Perkembangan kemampuan anak-anak melakukan gerakan sholat akan berlaku hasil dari kematangan proses belajar yang diberikan. Pengalaman dan pelatihan yang berterusan mempunyai pengaruh yang baik. Bermula dengan didikan asas sejak kecil dan ia akan berkembang selaras dengan pertambahan usia.
Setelah usia anak-anak mencapai 7 tahun ke atas, barulah perlu mengajar anak-anak berwudlu’ dengan cara yang betul, menyimak bacaan sholat mereka terutama bacaan-bacaan yang dikategorikan sebagai rukun sholat. Membelikan untuk anak anak perlengkapan sholat sebagai satu rangsangan dan motivasi yang akan menghadirkan perasaan gembira untuk menunaikan sholat bersama-sama.
ANJURAN DAN LARANGAN
Melatih dan mendidik anak-anak untuk melazimi sholat fardu yang lima bukan sesuatu yang mudah. Ia memerlukan kesabaran, konsentrasi dan komitmen yang berterusan dari kedua ibu bapak. Baik suami, juga isteri, kedua- duanya perlu saling bekerjasama dan tidak berselisih dalam menentukan corak didikan terhadap anak-anak.
Jika ketika mereka kecil, hanya mengajak dan memberi anjuran, tetapi sebaik saja mereka melangkah usia mumayyiz, diupayakan keinginan untuk sholat itu bukan terhasil dari suruhan atau
perintah ibu bapak, sebaliknya ia hadir dari kesadaran mereka terhadap penunaian sholat
sebagai satu kewajiban yang mesti dilaksanakan ke atas setiap muslim yang taat kepada TUHAN ar Rahman.
Pada tahap ini, orang tua hendaknya menyemai mujahadah (kesungguhan dari diri sendiri) pada diri anak-anak agar pemahaman dan ilmu yang ada tentang sholat dapat diakui oleh hati. Untuk lebih membantu anak-anak tanpa meninggalkan mereka begitu saja, bisa dengan menempelkan jadwal waktu sholat di pintu bilik mereka. Jika masih lalai dengan bermain dan sebagainya, sehingga sholat tidak ditunaikan di dalam waktunya, maka perlu mengenakan hukuman ringan sebagai satu pelaksanaan dari hadits Rasulullah SAW yang bermaksud: “Suruhlah anak-anakmu sholat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka jika meninggalkan sholat ketika berumur sepuluh tahun..” ( Hadits riwayat Ahmad dan Abu Daud )
MENJAGA FITRAH
Hendaknya menjaga fitrah anak-anak sedari kecil agar tidak terpengaruh oleh hal-hal negatif sebagaimana maksud dari sabda baginda SAW yang lain: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua ibu bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi“.(Riwayat Bukhari dan Muslim)
Setiap ibu bapak hendaknya menginsafi bahwa melalui latihan sholat yang memerlukan pengorbanan masa, tenaga dan perasaan, ia tidak lebih adalah sebagai langkah awal untuk memperkuat fitrah ilahiyah yang wujud sejak azali di dalam diri setiap manusia. Ia disubur dan dikembangkan melalui pelaksanaan lima rukun Islam yang disyariatkan oleh Allah SWT di mana salah satu darinya ialah ibadah sholat fardlu yang lima.
Usaha selanjutnya dikembangkan kepada kesadaran untuk meningkatkan kualitas sholat,sehingga dengannya, ia mampu mencegah anak- anak dari perbuatan keji dan mungkar. Kwalitas ini secara lahiriahnya terungkap dari bagaimana nilai-nilai sholat itu ‘hidup’ dalam diri individu yang mendirikannya. Mereka yang sholat dengan pelaksanaan yang benar, akan mampu menjaga waktu, memiliki taqwa kepada Allah dengan menjaga tingkah laku, memelihara lidah dari berkata yang sia-sia dan menipu, serta merasakan pengawasan Allah pada setiap ketika, walau dimana mereka berada. “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikansholat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”(Surah Ibrahim ayat 40 )
"Sesungguhnya yang paling pertama dihisab pada seorang hamba di hari Kiamat dari amalannya ialah sholat. Sekiranya sholatnya baik, maka dia akan berjaya dan selamat. Sekiranya sholatnya rusak, maka dia akan kecewa dan rugi." (Riwayat At Tirmizi, An Nasa’i dan Ibnu Majah )
0 komentar:
Posting Komentar