Perdana menteri caretaker Libanon, Saad al-Hariri, Kamis kemarin (7/4) menuduh Iran mencampuri urusan internal di negara-negara Arab dan mengatakan Libanon maupun Bahrain tidak akan menjadi protektorat Iran.
Hariri yang didukung Saudi - digulingkan pada bulan Januari lalu ketika Hizbullah dan sekutu-sekutunya mengundurkan diri dari pemerintah - mengatakan "gangguan" oleh Iran adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi negara-negara Arab.Teluk Arab menyatakan prihatin dengan aksi protes di Bahrain, juga menuduh Iran campur tangan ketika mengkritik Arab Saudi untuk mengirimkan pasukan untuk mendukung penguasa Bahrain.
"Libanon dan beberapa negara Arab di Teluk dan di tempat lain menderita tekanan politik, ekonomi dan dari segi keamanan akibat gangguan Iran secara terang-terangan," kata Hariri, yang merupakan pemimpin dari kalangan Sunni.
"Mereka memutuskan untuk pergi masuk terlalu jauh untuk menembus masyarakat Arab, satu demi satu mulai dari Libanon, lalu Bahrain. Kebijakan Iran ini tidak lagi bisa diterima," katanya kepada delegasi pada konferensi bisnis Saudi-Libanon di Beirut .
"... Kami di Libanon tidak menyetujui untuk menjadi protektorat Iran, pada saat saudara kami di Bahrain, atau negara Arab lainnya juga tidak menerima menjadi protektorat Iran."
Iran mengatakan bulan lalu Arab Saudi telah menggunakan dukungan militernya di Bahrain sebagai dalih untuk intervensi dan meminta negara-negara regional untuk bergabung dalam mendorong Arab Saudi agar menarik pasukan dari kerajaan pulau tersebut.
Sebagai tanggapan, menteri luar negeri dari pertemuan Kerjasama enam anggota Dewan Teluk pada hari Minggu lalu sangat mengutuk "campur tangan Iran" dalam urusan internal Bahrain, menurut pernyataan yang dirilis setelah pertemuan. (dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar