Syekh Abu Nashr as-Sarraj

Syeikh Abu Nashr As-Sarraj rahimahullah— berkata: Allah swt. berfirman: “Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.” (Q.S. Fathir: 1).

Mereka menafsirkannya dengan akhlak yang mulia dan suara yang indah.
Diriwayatkan dalam Hadis Nabi Saw. bahwa beliau pernah bersabda:
Allah tidak pernah mengutus seorang nabi kecuali ia memiliki suara yang indah.” (H.R. Tirmidzi).

Rasulullah Saw. juga bersabda:
Allah Swt. tidak pernah mendengarkan dengan serius terhadap sesuatu sebagaimana Dia mendengarkan seorang nabi yang memiliki suara yang indah.” (H.R. Bukhari-Muslim, Abu Dawud dan Nasa’i dari Abu Hurairah).

Nabi Saw. juga bersabda:
Sungguh Allah Swt. lebih serius mendengarkan seorang pembaca al-Qur’an dengan suara merdu daripada seorang pemilik biduan perempuan mendengar nyanyian biduannya.” (H.R. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Fudhalah bin Ubaid).

Dalam sebuah Hadis disebutkan, bahwa Nabi Dawud as. dianugerahi suara yang merdu sehingga ketika ia membaca Kitab Zabur, jin, manusia, binatangbuas dan burung khusyuk mendengarkan bacaannya. Bahkan seperti diriwayatkan dalam sebuah Hadis, bahwa kaum Bani Israel pernah berkumpul untuk mendengarkan suara Nabi Dawud, sementara itu ada empat ratus jenazah orang-orang yang telah mati di situ diboyong dari majelisnya. (Imam al-Hafizh al-Iraqi mengatakan, bahwa Hadis ini tak memiliki sumber yang jelas).

Sebagaimana pula diriwayatkan dan Nabi Saw bahwa beliau bersabda, “Sungguh Abu Musa diberi terompet (seruling) dan terompet keluarga Nabi Dawud a.s. karena ia telah diberi suara yang merdu.” (H.R. Bukhari-Muslim).

Disebutkan dalam sebuah Hadis, “Bahwa pada saat Pembukaan Kota Mekkah, Nabi Saw. membaca surat al-Fath, beliau membaca panjang bacaan mad dan mengulanginya kembali.” (H.R. Bukhari-Muslim dan Abu Dawud dari Anas dan Ubaidillah bin Mughafal).

Dari Mu’adz bin Jabal, bahwa ia pernah berkata kepada Rasulullah Saw., “Andaikan aku tahu bahwa engkau orang yang mendengar, niscaya aku akan memperindah suaraku dalam membaca al-Qur’an.” (H.R. Muslim dan Nasa’i).

Diriwayatkan pula dari Nabi Saw. yang bersabda, “Hiasilah al-Qur’an dengan suara kalian yang merdu.” (H.R. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim).

Syekh Abu Nashr as-Sarraj —rahimahullah— mengatakan, bahwa Hadis di atas dimungkinkan memiliki dua pengertian —dan hanya Allah Yang Mahatahu: Pertama, yang dimaksud Hadis di atas adalah menghiasi bacaan al-Qur’an dengan mengeraskan suara ketika membacanya, kemudian memperindah suara dan lagunya. Sebab al-Qur’an adalah Kalam Allah dan bukan makhluk, maka ia tidak perlu dihiasi dengan suara makhluk atau diperindah dengan lagu yang direkayasa. Kedua, makna yang dimaksud dengan menghiasi bacaan al-Qur’an dengan suara yang indah adalah mendahulukan mana yang harus lebih dahulu dalam makna dan mengakhirkan mana yang harus di akhir, seperti dalam firman Allah Swt.:
“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya al-Kitab (al-Qur’an) dan Dia tidak menjadikan di dalamnya suatu yang menyimpang, sebagai bimbingan yang lurus.” (Q.S. al-Kahfi: 1-2).

Artinya dalam uslub mendahulukan mana yang harus didahulukan dan mengakhirkan mana yang terakhir adalah bahwa Allah Swt. menurunkan al-Qur’an kepada hamba-Nya sebagai bimbingan yang lurus dan Dia tidak menjadikan suatu yang menyimpang (bengkok). Sementara ayat-ayat seperti ini banyak kita jumpai dalam al-Qur’an.

Allah Swt. mencela suara yang tidak disukai (buruk), sebagaimana dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” (Q.S. Luqman: 19).

Tentu saja ketika Allah mencela suara yang buruk, Dia akan memuji suara yang indah.
Orang-orang bijak telah banyak berbicara tentang suara yang indah dan alunan lagu yang merdu. Misalnya Dzun-Nun —rahimahullah— pernah ditanya tentang suara yang bagus, maka ia mengatakan, “Itu adalah pembicaraan-pembicaraan dan isyarat-isyarat yang ditujukan kepada al-Haq yang dititipkan pada segala kebaikan.”

Diceritakan dari Yahya bin Mu’adz ar-Razi, yang mengatakan, “Suara yang indah merupakan hiburan dari Allah Swt. bagi hati yang di dalamnya ada rasa cinta kepada Allah.”
Sementara itu yang lain mengatakan, “Lagu yang indah adalah hiburan dari Allah Swt. yang digunakan untuk menghibur hati yang terbakar oleh api cinta Allah Swt.”
Saya mendengar Ahmad bin Au al-Wajihi mengatakan: Saya mendengar Abu Ali ar-Rudzabari —rahimahullah— yang mengatakan, “Bahwa Abu Abdillah al-Harits bin Asad al-Muhasibi pernah berkata: Ada tiga hal bila ditemukan maka akan menjadi hiburan, sementara saya telah kehilangan semuanya: (1) Suara yang indah dengan tetap berpegang teguh pada agama; (2) Wajah yang cantik dengan tetap menjaga diri; (3) Persaudaraan yang baik dengan penuh kesetiaan.”

Dari Bundar bin al-Husain —rahimahullah— yang mengatakan, “Suara yang bagus merupakan hikmah yang mengakibatkan kebijakan yang selamat. Suara yang merdu dan perkataan yang halus merupakan takdir dari Allah Swt. Yang Mahaagung lagi Mahatahu.”
Termasuk kelembutan yang Allah ciptakan pada keindahan suara adalah ketika seorang anak kecil menangis dalam buaian karena ada sesuatu yang dirasakan sakit, kemudian mendengar suara yang indah, maka ia akan berhenti menangis dan bisa tidur.

Suatu hal yang sudah cukup terkenal, bahwa orang-orang terdahulu mengobati orang yang sakit empedu dengan menggunakan suara yang indah. Dimana pada akhirnya si pasien bisa sehat kembali.
Syekh Abu Nashr as-Sarraj —rahimahullah— berkata: Di antara rahasia yang Allah ciptakan di dalam suara yang merdu dan indah akan memberi semangat baru. Coba Anda perhatikan unta yang melintasi gurun pasir, ketika telah lelah dan tidak mampu meneruskan perjalanannya, maka orang yang menggiringnya akan melantunkan senandung untuknya. Unta akan asyik mendengarkan lantunan senandungnya dengan memanjangkan lehernya dan memasang telinganya ke arah orang yang bersenandung, kemudian jalannya menjadi cepat sehingga barang-barang bawaannya bergoncang. Tapi barangkali nafasnya akan habis bila orang yang menggiring tidak melantunkan senandungnya lagi, setelah ia berjalan dengan cepat dan beban bawaannya cukup berat, dimana sebelumnya ia merasa ringan pada saat mendengar keindahan dan kemerduan suara orang yang menggiringnya.

Syekh Abu Nashr as-Sarraj —rahimahullah—juga mengatakan: Ketika ad-Duqqi di Damaskus ia pernah bercerita kepadaku tentang suatu kisah yang searti dengan hal di atas, dimana ia ditanya mengenai hal itu, maka ia bercerita: Ketika berada di gurun pasir aku mendatangi salah satu kabilah Arab, kemudian salah seorang dan mereka menyambutku dan mempersilakan masuk ke dalam sebuah kemah. Di dalam kemah aku melihat seorang budak hitam yang diikat dengan rantai, sementara di depan kemah kulihat beberapa ekor unta yang telah mati dan ada seekor unta kurus dan lunglai seperti mau mati. Maka si budak yang diikat oleh tuannya itu berkata kepadaku, “Pada malam ini Anda adalah tamu tuan saya. Sementara Anda adalah orang yang dihormatinya, maka tolonglah saya agar ia mau melepaskan saya dari ikatan ini, karena ia tidak mungkin menolak permintaan Anda

Ketika mereka menyuguhkan makanan kepadaku, maka aku tidak mau makan. Dan hal ini membuat temanku (tuan rumah) terasa sangat berat, lalu Ia bertanya kepadaku, “Mengapa Anda tidak mau makan?”



Maka aku menjawab, “Aku tidak akan makan makanan ini sebelum Anda mau memberitahu kepadaku tindak kejahatan budak ini dan melepaskan rantai yang mengikatnya.”
Ia pun menceritakan kasus kejahatannya, “Oh tuan yang mulia, sesungguhnya budak ini telah membuat saya miskin, menghancurkan semua harta saya dan membuat hidup saya dan keluarga saya sengsara.”
Kemudian aku bertanya kepadanya, “Apa yang telah ia lakukan?”

Ia menceritakannya, “Budak ini memiliki suara yang sangat indah, sementara hidup saya sangat bergantung pada punggung unta-unta ini. Ia telah memberi muatan yang sangat berat di atas punggung unta-unta ini, kemudian ia bersenandung dengan merdunya yang diperdengarkan untuk unta-unta ini sehingga mereka berjalan dengan cepat, dimana perjalanan yang semestinya ditempuh tiga hari hanya ditempuh semalam karena kemerduan suaranya yang disenandungkan untuk mereka. Namun begitu unta-unta ini telah sampai dari perjalanannya dan semua barang muatannya diturunkan, mereka langsung mati kecuali seekor unta ini yang keadaannya juga mengenaskan. Anda adalah tamu saya, dan demi menghormati Anda, maka ini saya berikan kepada Anda.”

Akhirnya ia melepaskan rantai yang mengikat budak hitam tersebut, dan kami juga makan makanan yang disuguhkannya. Ketika pagi hari aku ingin mendengarkan kemerduan suara budak hitam itu, kemudian aku memintanya agar ia memperdengarkan keindahan suaranya kepadaku seraya memerintahnya agar ia bersenandung untuk seekor unta yang masih hidup yang telah diberi minum dari air sumur yang ada di seberang sana. Kemudian ia berangkat dan mulai menggiring untanya dengan bersenandung. Ketika ia mengeraskan suaranya, maka unta ini pergi sehingga memutus tali kendalinya. Maka saya jatuh tersungkur ke tanah dan sama sekali tidak pernah mendengar suara sebagus suaranya. Kemudian tuan budak itu berteriak, “Wahai laki-laki, apa lagi yang Anda inginkan dari saya? Anda telah mencelakakan unta saya. Pergilah dar sini!” Ini sebagaimana yang diceritakan oleh ad-Duqqi atau searti dengan apa yang ia ceritakan. —Dan hanya Allah Yang Mahatahu.

Saya mendengar Ahmad bin Muhammad ath-Thili di Anthakiyah pernah mengatakan: Saya pernah mendengar Bisyr al-Hafi berkata: Saya bertanya kepada Ishaq bin Ibrahim al-Maushili, “Siapakah orang yang bagus suaranya dalam berlagu?” Ia menjawab, “Adalah orang yang memungkinkan nafasnya dan sanggup menahannya serta betul-betul memahami seluk-beluknya dengan teliti.”

Sumber : www.sufinews.com

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.