Rasulullah saw. bersabda,
اُ غْدُ عَا لِمًا اَوْمُسْتَمِعًا اَوْمُحِبًّا وَلَا تَكُنْ ا لْخَا مِسَ فَتُهْلِكَ
“Jadilah seorang ulama atau pelajar atau pendengar atau pecinta ulama. Dan janganlah menjadi orang kelima, maka binasalah kamu.” ( Maqasidl – Jami’ush Shahir ). Abdul Barr r.a berkata, “Yang kelima ialah orang yang memperlihatkan permusuhan terhadap ulama.”
Rasulullah saw. bersabda, “Jadilah kamu seorang ulama atau pelajar agama. Dan jika tidak, cintailah ulama dan jangan membenci dan berniat jahat terhadap mereka.” ( Kitab Majmauz Zawaid ).
Merujuk kepada Hadits diatas, bahwa tahapan dakwah dibagi menjadi 4 tahapan ( fase ), yaitu :
1. عَالِمًا
Jadilah orang yang ‘alim (ulama). Pada tahapan ini disebut dengan fase takwin. Cirinya adalah : Sholeh, Muslih (orang yang menjadikan orang lain menjadi baik). Yaitu sudah mampu menyampaikan tausiah-tausiah atau nasihat kepada umat.
2.مُتَعَلِماً
Jadilah orang yang menuntut ilmu (pelajar). Pada tahapan ini disebut fase taklim. Cirinya adalah : Sholeh. Yaitu seseorang yang menuntut ilmu dalam rangka meng-upgrade keilmuan agamanya, namun pada fase ini kesholehan yang dimilikinya hanya sebatas sholeh untuk diri sendiri dan belum mampu mensholehkan orang lain (muslih)
3.مُسْتَمِعاً
Jadilah pendengar. Pada tahapan ini disebut fase tabligh. Yaitu hanya sebatas sebagai pendengar apa yang disampaikan oleh seorang ulama atau penceramah.
4.مُحِبًّا
Jadilah pecinta. Yaitu sebatas mencintai syari’at islam. Pada tahapan ini, seseorang belum mau mendengarkan apa yang disampaikan dan belum mau menuntut ilmu terlebih lagi menyampaikan ilmu. Fase ini merupakan fase minimum atau fase paling rendah seorang muslim.
Jika, kita buatkan tangga seperti gambar diatas, maka tahapan dakwah yang harus kita lewati adalah dimulai dari fase terendah ( pecinta ) sampai kepada fase tertinggi dalam dakwah ( ulama ). Lalu dimanakah posisi kita saat ini, apakah sebagai pecinta, pendengar, pelajar atau ulama ?
Sebagai muslim yang selalu mengharap ridho Alloh dan mendambakan syurganya Alloh Swt, tentunya kita jangan merasa cepat puas berada di posisi pecinta saja atau pendengar saja, tetapi kita harus mempunyai tarkiyah (peningkatan), harus mempunyai targetan paling tinggi untuk meng-upgrade keimanan kita, yaitu menjadi orang ‘alim (ulama). Tetapi ingat, janganlah kita menjadi orang yang kelima, yaitu orang yang memusuhi syiar islam, karena Rasulullah mengancam “binasalah kamu” bagi siapa yang memusuhi para ulama.
Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam Hadist Nabi Muhammad SAW :
Hadits 1
“menuntut ilmu adalah fardhu bagi tiap-tiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan” (HR. Ibn Abdulbari)
Hadits 2
Rasulullah saw. bersabda,
“Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya dan barangsiapa yang ingin selamat dan berbahagia di akhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula. dan barangsiapa yang menginginkan keduanya wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Minggu, 20 Maret 2011
0 komentar:
Posting Komentar