SAMBUTAN AWAL MUHARRAM 1432H
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Segala puji milik Allah. Dialah Zat Mahakuasa. Dialah yang menurunkan al-Quran dan mengutus Rasulullah saw sebagai pemberi kabar gembira, kabar peringatan, penyeru ke jalan Allah, laksana matahari yang terang benderang.
Saudaraku, kini kita ada di bulan Muharram, tahun 1432H. Setiap kita berada di awal tahun hijriyah, yang kita selalu ingat adalah hijrah sebagai peristiwa fenomenal yang dilakukan Rasulullah dengan sahabat. Dalam suasana hijriyah, pertama kali kita perlu berintrospeksi. Sudahkah kita bersyukur atas nikmat-nikmatNya? Sudahkah kita mentaatiNya? Ataukah, masih ada sikap membantah pada Allah Zat Maha Hebat?
Dia Telah menciptakan manusia dari mani, tiba-tiba ia menjadi pembantah yang nyata (QS. An-Nahl:4).
Bagaimana sikap kita selama setahun ini terhadap anak kita, isteri kita, sahabat kita, rekan kita, tetangga kita, para pelajar dan karyawan kita, serta umat kita? Sudahkah kita bersikap terhadap mereka sesuai dengan hukum Allah? Bagaimana sikap kita selama setahun ini, apakah sudah penuh dengan ketaatan kepada-Nya ataukah justru di sana sini terdapat kemaksiatan dan sikap abai yang dilakukan?
Saudaraku, setan memang musuh kita yang terus menggoda. Ketika kita tergoda hendak bermaksiat, ingatlah: ”Dia (Allah) mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati” (TQS. Al-Mu’min:19);
”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaf:18). Ketika kemalasan untuk mentaati Allah SWT datang, ingatlah kelak saat nyawa meninggalkan
raga, ingatlah saat kematian tiba: ”Dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan), kepada Tuhanmulah pada hari itu kamu dihalau” (QS.Al-Qiyamah: 28-30).
Ketika muncul keinginan untuk mengabaikan hukum Allah Zat Maha Perkasa, ingatlah segera: ”Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan” (QS.Fushilat:20).
Ketika terbersit dalam dada kita untuk melakukan kesalahan, ingatlah orang-orang berdosa saat menerima catatan amal akan berkata: ”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). DanTuhanmu tidak menganiaya seorang juapun" (QS. Al-Kahfi:49).
Ketika ketaatan kepada Allah akan menyurut, ingatlah akan adzab neraka yang demikian dahsyat, dan hari itu adalah ”hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan padahari itu dalam kekuasaan Allah” (QS. Al-Infithar:19).
Dan ketika terlintas untuk bermaksiat kepada Allah, ingatlah dosa dapat menghambat datangnya taufik, tercegahnya ilmu dan rizki, sempitnya hati, hilangnya rasa malu, menghalangi kedekatan dengan Allah SWT, yang muaranya terputuslah pintu-pintu kebaikan dan tersambunglah ia dengansebab-sebab keburukan. Na’udzubillah min dzalik.
Di awal tahun 1432H marilah kita simak sabda Nabi SAW. Usamah bin Zaid berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: seseorang didatangkan pada hari kiamat lalu dicemplungkan kedalam neraka, keluarlah usus-usus perutnya, dia berputar dengan ususnya itu seperti keledai berputar mengelilingi penggilingan. Dikumpulkanlah para
penghuni neraka kepadanya. Mereka pun berkata, ‘Wahai fulan, apa yang terjadi denganmu, bukankah engkau menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari berbuat munkar?’ Orang itu pun menjawab, ‘Dulu aku memerintahkan berbuat ma’ruf tapi aku tidak melakukannya, dan aku melarang berbuat munkar tapi justru aku melakukannya’ (HR. Muslim).
Dari Jundub bin Abdullah al-Azdi ra, sahabat Rasulullah saw, berkata: ’Permisalan orang yang mengajari kebaikan kepada masyarakat tapi melupakan dirinya sendiri (hingga tidak berbuat kebaikan) laksana lilin yang menerangi masyarakat sambil menghancurkan dirinya’ (Riwayat Ath-Thabrani).
Kedua,saudaraku, kita harus ingat akan hijrah itu sendiri. Setelah Rasulullah membina sahabat dan masyarakat, terbentuklah orang-orang yang berkepribadian Islam. Cara berpikir dan bertindaknya didasarkan pada syariat Islam. Merekalah generasi terbaik umat ini. Perjuangan punterus berlanjut, hingga berdirilah masyarakat Islam di Madinah dengan
hijrah. Para ahli sejarah menyebutnya sebagai negara Islam pertama. Mereka berpindah bukan untuk mencari makanan atau mengumpulkan harta kekayaan, melainkan untuk menyelamatkan keyakinan, akidah, dan ketaatan. Rasulullah ditawari harta, jabatan, dan wanita. Tapi, beliau tidak menggubrisnya. Mereka berhijrah demi tegaknya syariat. Cuaca
sangat panas, tanpa kendaraan. Peluh memenuhi sekujur tubuh tak dipedulikan. Perjalanan sepuluh hari sepuluh malam mereka lalui dengan kesabaran dan keyakinan akan kemenangan. Ketakutan, kelelahan, dankegetiran justru makin menumbuhkan semangat kemenangan. Bukit dan lembah mereka lewati, kabilah-kabilah yang merompak dan merampok mereka hadapi. Harta, perdagangan, kebun, ternak, dan kampung halaman mereka tinggalkan. Hati dan jiwa mereka diliputi oleh kerinduan akan ridlo Allah SWT. Mereka telah menjual dirinya untuk Allah. Mereka serahkan segala yang ada dalam dirinya hanya demi taat kepadaNya. Itulah ruhhijrah.
Allah menegaskan:Dan di antara manusia ada orang yangmengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya (QS. Al-Baqarah:207).
Saudaraku, saat itu, kaum Kafir Makkah membayangkan mereka bisa menggiring Islam ke pojokan, menghambat gerakan Muslim pengemban dakwah, dan menghabisi Islam dalam waktu singkat. Mereka lupa bahwa kekuatan Allah tiada banding:
Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya. Dia-lah yang mengutus rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci (QS. Ash-Shaff:8-9).
Ketika realitas menunjukkan kaum kafir mengepung mereka dari kiri dan kanan, muka dan belakang; datanglah kaum munafik menebarkan rasa takut, mengobral keraguan, menanamkan sikap pesimisme dan inferioritas. Namun, hal tersebut justru makin menambah keimanan dan gelora semangat Rasulullah dan para sahabat sambil menyatakan: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Allah SWTmengabadikannya dalam firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." (QS. Ali‘Imran:173).
Momentum hijrah adalah momentum keberhasilan.
Hijrah merupakan kemenangan nyata umat Islam setelah mereka diliputi ketakutan dan kehinaan. Hijrah merupakan titik tolak terbentuknya masyarakat Islam, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Didalam hijrah terkandung ruh cita-cita, kemuliaan, kekuatan, dan kemenangan.
Akhirnya, marilah kita berhijrah menuju kebenaran ,berhijrah menuju cahaya Islam, berhijrah menuju ketaatan. Marilah kita berhijrah membentuk masyarakat Islam yang individu, kelompok, dan negaranya menerapkan Islam secara kaffah. Tinggalkan sekulerisme, kapitalisme, liberalisme dan hukum buatan manusia lainnya diganti dengan syariah dibawah naungan Khilafah.
Marilah, momentum awal tahun hijriyah ini kita jadikan sebagai momentum untuk menjadikan diri kita sebagai kekasih Allah yang benar-benar berjuang di jalan-Nya.Jalinlah soliditas internal atas dasar kasih sayang dan ketaatan.
Saudaraku, tantangan yang dihadapi di tahun ini, tentu lebih besar daripada sebelumnya. Namun, yakinlah kita akan berhasil. Ingatlah, Allah SWT telah berjanji untuk menolong dan memenangkan orang-orang beriman.
Allahu Akbar!
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Selasa, 14 Desember 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar