Menangis adalah aktivitaskhas manusia sejak kelahirannya, bahkan sebelum dapat memahami kegembiraan dankesedihan pun. Begitu ia keluar dari perut ibunya, yang pertama terdengar adalahtangisnya. Sedingindan sebeku hati seseorang, pasti pernah menangis. Sebab, menangis itu fithrah. Tuhan memandang manusia yang tak dapat menangissebagai makhluk yang berhati batu.
Manusia disebut oleh Penciptanya sebagai makhluk paling bagus bentuknya(95:4). Kebagusannya itu merefleksi pada semua aktivitas alamiahnya, sepertimenangis, tertawa, dan lain sebagainya, yang memiliki hikmah dan kaya manfaatbagi kehidupannya.
Sejumlah ilmuwan menengarai bahwa aktivitasmenangis, atau mencurukan air mata, dapat membantu menyingkirkan kimiawi stresdalam tubuh dan membuat perasaan menjadi lebih nyaman dan tenang. Bagi anak-anak,menangis disimbolkan sebagaipemberitahuan bahwa ada masalah pada dirinya.
Dalam banyak kasus menangis praktismenjadi jalan keluar, terutama jika masalah yang dihadapi menemui jalan buntu.Dalam kondisi seperti itu, menangismenjadi salah satu pilihan. Selain itu, menangis terkadang menjadi pintu yangtersedia untuk menumpahkan beban yang berat yang menyesakkan dada. Pada umumnya, setelahmenangis, orang akan merasakan sedikit lega, karena beban yang menghimpitnyamenjadi berkurang, dan selanjutnya dapat ia dapat berbenah kembali untuk menataperasaannya
Lebih jauh, kata ahli psikologi, manfaat psikologis menangis justru lebihkhas. Terutama dalam kaitan relasi sosial antarmanusia. Konon, menangis dapat meredamkeagresifan seseorang dan menurunkan mekanisme pertahanan dirinya. Ketika air mataseseorang berlinang, berarti ia sedang memberikan simbol kemenyerahan dirinya.
Di dalam relasi kelompok, menangis dapat mengeratkan keterpaduan antara individuyang satu dengan individu yang lainnya. Sebab, dalam menangis, terkandung maknaketerjalinan hati dan perasaan senasib. Dengan keterpaduan itu menyebabkanseseorang dapat membuat hubungan sosial menjadi lebih dekat. Akibatnya, iadapat mudah memupuk makna persahabatan sehingga menjadi lebih langgeng.
Meski demikian, menangis tidak selalu identik dengan tumpahanair mata. Pada orang tertentu, atau momen tertentu, bisa saja menangis tanpa mengeluarkan airmata setetes pun. Akibatnya, orang lain tidak tahu apakah ia menangis atautidak?. Demikian pula sebaliknya, mengeluarkan air mata juga belum tentu berarti menangis.Tertawa terbahak-bahak juga bisa mengakibatkan air mata keluar.
Menangis yang hakikatnya merupakan akibat, bukan sebab,tidak selamanya dikaitkan dengan kesedihan yang melandanya. Atau karena kepiluanyang menerjangnya. Rasa haru, atau bahkan terlalu bahagia pun, seseorang bisamenangis. Bahkan orang-orang tertentu pandai mengeluarkan air mata untukmengelabui dan menipu orang lain. Di sinilah kemudian muncul istilah air matabuaya.
Oleh karena itu, bisajadi peristiwa tertentu menjadi pemicu untuk menangis bagi seseorang dan bagiorang lain tidak. Pengetahuan dan pengalaman seseorang tentang sesuatu jugabisa menjadi pemicu untuk menangis. Rasulullah saw bersabda, "Demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalamgenggaman-Nya (kekuasaan-Nya), andai kalian melihat apa yang telah aku lihat,pastilah kalian akan sedikir tertawa dan banyak menangis." Para sahabatbertanya, "apa yang engkau lihat ya Rasulullah saw?" Nabi saw menjawab, "Akumelihat surga dan neraka." (HR, Muslim).
Dengan demikian, menangis bisa memiliki nilai yang sangatberharga, tidak sekedar pelampiasan. Tingkat religiuitas dapat menentukankepekaan seseorang dalam menangis dan nilainya. Misalnya, dalam melihatrealitas sosial di zaman kini kita. Banyak manusia yang tenggelam dalamkemaksiatan. Prilaku mereka sungguh patut ditangisi. Akan tetapi tidak semuaorang mampu menangisinya, dan bahkan sebagiannya justru melakukan kemaksiatansambil tertawa. Seorang ahli zuhud mengeritik keadaan sosial seperti itu. "Orang yang melakukan dosa dalam keadaantertawa akan dijebloskan ke dalam nerakadalam keadaan menangis dan orang yang melakukan ketaatan dalam keadaan menangisakan dimasukkan oleh Allah ke surga dalam keadaan tertawa."
Orangyang mudah menangis tanpa sebab atau pemicu yang berarti disebut cengeng.Kecengengan terkadang menyebalkan. Apalagi kalau menangisnya sampai ke tingkatmeraung-raung. Sebaliknya, orang yang sama sekali tidak mau menangis, meskipunsebarusnya ia menangis, seperti keterjerembabannya dalam kemaksiatan, dapatdigolonglan sebagai orang bebal.
Oleh Ust Abu Ridho
Jumat, 26 November 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar