Situasi sosial yang buruk, di mana prilaku yang dominan di dalamnya lahir dari orang-orang yang suka menerabas aturan, melanggar norma kepatutan, dan orang yang berprilaku jahat, dapat mempengaruhi suasana pskologis seseorang. Pengaruh itu terjadi melalui kentiman dalam pertemanan dan persahabatan dengan mereka. Sementara, keintiman yang dilakukannya dapat memberikan limitasi, tekanan, bahkan “paksaan-paksaan” tertentu terhadap keberadaan seseorang.
Lebih jauh, keintiman dengan para penerabas, pelanggar, dan penjahat, dapat mengalahkan potensialitas akal sehat, hati nurani, citra bersih, dan reeligiuitas seseorang. Secara psikologis, keintiman itu sebagai pertanda kekalahan jiwa seseorang dalam menghadapi arus sosial yang buruk.
Seseorang yang jiwanya telah terkalahkan oleh tekanan situasi sosial yang buruk sangat berpotensi untuk mengikuti arus yang berjalan. Ia tidak mampu menentang arus dan akhirnya menenggelamkan dirinya ke dalam arus sosial yang ada.
Sebagiannya, untuk memperoleh pembenaran terhadap ketidakberdayaannya dalam melawan arus, memroduk “kilah” secara masif melalui manipulasi hukum dan kaidah-kaidah agama sesuai dengan nafsunya. Semua itu dilakukan sebagai pembenaran terhadap keterjebakannya dalam arus yang tidak ideal.
Di sisi lain, orang yang jiwanya telah terkalahkan oleh situasi sosialnya, dalam hal memproduk “kilah” yang diharamkan, dengan amat licik, selalu meningkatkan kualitasnya hingga samapai ke tingkat mengubah sesuatu yang diharamkan menjadi, seolah-olah, halal; yang wajib menjadi tidak wajib; dan hak orang lain menjadi haknya. Semua itu dilakukan dengan cara memanipulasi hakikat dengan formalitas.
Biasaya, dengan kelicikannya, manipulasi dilakukan dengan menggunakan sejumlah pemaknaan bahasa dan pencitraan terhadap tindakan yang serba manipulatif. Misalnya, sesuatu yang hakikatnya haram, namun dengan kecanggihan berdalih dan berkilah serta dengan kemampuan berargumentasi dan beretorika, ia secara formal terlihat seolah-olah halal. Di ranah praktik, cara seperti itu sangat lumrah dilakukan para politisi busuk
Mereka adalah sosok politisi yang larut dalam situasi sosial-politik masyarakat yang telah tercerabut dari akar budayanya; yang telah lepas dari akar ideologinya; dan yang larut dalam daya tarik pergaulan dan pekerjaan birokrasi yang korup. Mereka adalah orang-orang yang tidak tahan godaan. Akibatnya, mereka lupa daratan dan menjadi kehilangan daya kritis.
Oleh: Ust Abu Ridho
Jumat, 26 November 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar