Setiap usaha manusia yang memisahkan individu dari tuntutan sosial kemasyarakatannya selalu melahirkan problem psikologis yang kompleks. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu melahirkan inividu-individu yang teralienasi dari masyarakatnya. Para psikolog menilai, rasa keterasingan itu telah menjadi ciri masyarakat modern di mana individu-individu menjadi terasing dan tak berdaya dalam kesendiriannya. Ironisnya, mereka juga dilanda ambivalen yang akut, tampak sangat egoistis tetapi di saat yang sama ia terus dirundung kesunyian di dalam keriuhan.
Di sisi lain, keterasingan menjadi faktor utama membiaknya berbagai jenis depresi yang menyerang manusia modern dikarenakan mereka tidak tahan dilanda kehampaan, kekecewaan, dan rasa tak berharga yang menekan. Memang pada kenyataannya, modernisasi tidak berhasil merealisasikan janji kesejahteraan pada banyak orang. Modernisasi yang ditopang globalisasi malah kerap membiakkan kerumitan baru. Misalnya, gaya hidup materialistik-konsumeristik-hedonistik. Dalam banyak kasus, masyarkat urban di perkotaan lebih berpotensi untuk terkena depresi dan disorientasi sosial yang mewabah di masyarakat. Hal itu dikarenakan terlalu banyak menerima tekanan dibandingkan dengan masyarakat di pedesaa.
Semua itu menunjukkan bahwa nilai-nilai kemanusiaan manusia sebagai makhluk sosial terletak dalam keanggotaannya dalam masyarakat. Ketika keberadaan seseorang merasa terasing di tengah-tengah masyarakatnya, berarti ia sedang mengalami kehilangan kesesuaian (intimitas) dengan anggota masyarakat lainnya. Akan berbahaya jika rasa keterasingan tersebut justru di dalam sebuah masyarakat yang baik, masyarakat yang konsisten memegang nilai-nilai yang diyakininya.
Dalam Islam, setiap individu tidak diperkenankan menyempal dari lingkungan masyaraat muslim yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dan yang menjadi lingkungan otentiknya. Untuk itu, setiap diri dituntut bersabar dalam keberadaannya di dalam masyarakat yang konsisten memegang nilai-nilai Islam. “Dan Bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya Telah kami lalaikan dari mengingati kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas”.(QS, al-Khafi; 18]: 28).
Senin, 29 November 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar