“Jika semua aktivitas kita awali dengan BISMILLAH, diharapkan selain dapat meredam nafsu ingin melakukan kejahatan, juga memperkuat kesadaran bahwa diri kita selalu berada di bawah pengawasan-Nya yang membuat kita terus melakukan amal baik di sepanjang hari."
BIsmillah,dengan nama atau atas nama Allah, adalah pernyataan pribadi seseorang yang diucapkan ketika ia memulai aktivitasnya. Kandungan makna pernyataan yang luhur dan bersifat metafisik ini, substansinya, merefleksikan suatu kesiapan untuk meluruskan motivasi, praktek, dan tujuannya dalam beraktivitas, yaitu karena Allah (lillah),dengan aturan Allah (billah),dan semata-mata untuk (memperoleh ridha) Allah (ilallah)
Dengan menyebut nama-Nya di awal kegiatan, pekerjaan yang dilakukan seseorang akan bernilai kemuliaan karena secara implisit menyatakan pekerjaannya itu sebagai penghambaan diri hanya kepada Allah swt. Sebaliknya, suatu pekerjaan yang diawali tanpa bismillah akan kehilangan maknanya yang luhur. Rasulullah saw bersabda, “Setiap pekerjaan (aktivitas) penting yang tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim adalah buntung.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Menyertakan bismillah dalam setiap aktivitas, merupakan refleksi otentik atas kesadaran sang diri terhadap konsekuensi-konsekuensi logis pekerjaan yang akan dilakukannya. Misal, ketika seseorang memulai makan dengan mengucapkan bismillah, berarti dirinya telah bertekad akan komitmen untuk selalu mengingat adab-adab makan dan nilai etik yang terkandung di dalamnya serta akibat logis terhadap dirinya jika adab-adab itu diabaikan.
Secara teoritis, jika bismillah diucapkan oleh lisan yang bersumber dari hati yang bersih, anggota tubuh akan merespon dengan semangat kerja yang berbasis ketulusan. Sebaliknya, jika ia diucapkan oleh lisan yang bersumber dari hati yang rusak, ungkapan bismillah tidak akan punya nilai terhadap gerak fisiknya.
Oleh karena bismillah memiliki nilai luhur, maka ketika seseorang memulai kerja, apalagi kerja besar, dengan menyebut nama Allah akan memberikan peluang untuk mendapatkan rahmat-Nya sepanjang hari. Salah satunya ialah karunia kemampuan membedakan antara yang hak dan yang batil.
Sebagai contoh dapat kita amati pada sejarah para nabi dan Rasul. Misalnya, nabi Nuh as yang tegar dalam memegang dan memperjuangkan prinsip, beliau selalu memulai pekerjaannya dengan bismillah. “Dan Nuh berkata: "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Hud [11] :41). Nabi Sulaiman, yang kerajaannya meliputi kawasan Palestina dan sekitarnya, menjalankan roda pemerintahannya dengan prinsip bismillahirrahmanirrahim. “Sesungguhnya surat itu, dari SuIaiman dan sesungguhnya (isi)nya: "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Naml [27]: 30). Begitu pula nabi Muhammad saw; sejak menerima perintah kenabian beliau tidak pernah meninggalkan bacaan ini dalam semua aktivitasnya. Dalam hadits yang lain, disebutkan bahwa Aisyah Ra berkata: Nabi saw selalu menyebut Allah dalam setiap kesempatan. (Muslim).
Bismillah selain membangkitkan motivasi untuk beramal ibadah dan kebaikan juga berfungsi sebagai rem yang menahan nafsu dari melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji. Jika bismillah bekerja efektif di hati, lisan, dan amal seseorang, dapat diharapkan akan terjadi perubahan yang sangat luar biasa kepada dirinya.
Setidak-tidaknya ucapan bismillah akan melahirkan efek psikologis bagi orang yang melakukannya. Antara lain menjadi sumber keberkahan bagi setiap pekerjaan yang dilakukan, sebagai indikator ketawakkalan seseorang kepada Allah, memberikan warna ilahiyah kepada setiap pekerjaan, membebaskan suatu pekerjaan dari bahaya syirik dan riya, dan akan selalu memperoleh perlindungan dan perhatian Allah. Akhirnya, dengan bismillah dapat memadukan ikhtiar manusia dengan kekuatan tak terbatas dan lautan rahmat Ilahi yang tak bertepi.
Jumat, 05 November 2010
Label:Renungan
0 komentar:
Posting Komentar