PUJIAN SYAIKH AL-ALBANI TERHADAP MURIDNYA, SYAIKH ALI AL-HALABI
Beberapa waktu lalu, ada seorang dokter (alumni FKU Unair) yang kini berdomisili di Tuban mengirimkan komentar di blog saya terdahulu (http://abu-salma.co.cc, -qoddarollahu kini situs ini rusak atau dirusak orang yang tidak bertanggung jawab-). Komentarnya penuh dengan sikap ashabiyah, kejahilan, arogansi dan pelecehan terhadap ulama. Sebenarnya, saya telah menjawab tuduhan-tuduhan komentarnya, namun sayang, tiba-tiba situs (hosting) saya di 0fees.net lenyap dengan begitu saja dan bahkan terdirek ke mybookface.net.
Diantara tuduhan si “dokter” ini, dia mengatakan bahwa Syaikh ‘Alî al-Halabi itu dangkal keilmuannya, oleh sebab Syaikh ‘Alî melemahkan riwayat dari Imam Syafi’i yang membagi bid’ah menjadi dua, di dalam buku beliau ‘Ilmu ‘Ushûlil Bida’ yang banyak dipuji oleh para ulama. Dengan arogan dan tanpa adab, dan hanya mengambil satu contoh ini, sembari membanggakan dirinya sendiri, dia mengatakan bahwa dirinya telah membaca Majmû’ Fatâwâ Syaikhul Islâm dan buku al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbalî yang menshahihkan riwayat tersebut, lalu ia mencela keilmuan Syaikh ‘Alî, bahkan tidak menyebut Syaikh ‘Ali dengan sebutan Syaikh sebagai penghormatan dan langsung menyebut namanya untuk merendahkannya. Seakan-akan dirinya sepadan atau lebih tinggi keilmuannya daripada Syaikh ‘Alî. Aduhai, sombongnya sang dokter ini. Saya katakan padanya, bahwa saya akan menelaah tuduhannya tersebut setiba saya di Surabaya (saat ini saya masih di Jakarta).
Saya katakan, wahai dokter, jagalah lisan Anda! Janganlah fanatisme Anda kepada ustadz-ustadz Anda menyebabkan Anda berlaku tidak adil. Dan ketahuilah tingkatan dan kadar keilmuan Anda, janganlah Anda melompati kapasitas Anda dan berlaku arogan lagi sombong. Jika Anda ingin berdiskusi secara ilmiah, insyâ Alloh kami siap meladeni Anda. Kapan pun Anda siap dan Anda mau. Jangan hanya bisa berkoar-koar dan menuduh tanpa bukti, lalu mencela hak ulama!! Bahkan merendahkan mereka tanpa bukti dan argumentasi yang nyata!
Kepada para pembaca sekalian, berikut ini adalah sekelumit pujian dari Syaikh al-Albânî, imam ahlus sunnah di zaman ini, yang memuji muridnya, Syaikh ‘Alî dan mengakui kadar keilmuan beliau. Dan bandingkanlah dengan ucapan penghujat yang ghulû lagi jâhil ini, yang dibakar rasa ashobiyah dan taqlîdul a’mâ, yang arogan lagi sombong, yang tidak mengetahui keutamaan ahlul fadhl… Syaikh Muhammad Hassân pernah berkata ketika membela Syaikh al-Albânî dari tuduhan para penghujat…
ولا ينكر فضل أهل الفضل إلا جاحظ ولا يعرف فضل أهل الفضل إلا أهل الفضل
“Tidak ada yang mengingkari keutamaan orang-orang yang memiliki keutamaan melainkan ia adalah orang yang tidak tahu diri, dan tidak ada orang yang mengetahui keutamaan ahlul fadhl (orang yang memiliki keutamaan) melainkan ia adalah orang yang juga memiliki keutamaan (ahlul fadhl).” (lihat http://abusalma.wordpress.com/2009/02/11/pembelaan-syaikh-muhammad-hassan-terhadap-al-%E2%80%98allamah-al-muhaddits-al-albani/)
Saya katakan, Syaikh ‘Alî adalah seorang yang memiliki keutamaan (ahlul fadhl), dan mereka yang mencela dan merendahkan keutamaan ahlul fadhl, maka mereka adalah orang yang jahil, sombong lagi arogan. Dan saya katakan, si dokter dari Tuban ini adalah orang yang tidak mengetahui keutamaan ahlul fadhl, dan dia adalah orang yang tidak tahu diri… lihatlah bagaimana orang-orang yang memiliki keutamaan memuji ahlul fadhl, seperti Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Albânî yang memuji Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Halabî…
Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Faqîh Nâshirussunnah Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî rahimahullâhu berkata di dalam buku fenomenal beliau Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (II/720) ketika menjelaskan kedustaan Hassân ‘Abdul Mannân :
«… وبسط القول في بيان عوار كلامه في تضعيفه إياها كلها يحتاج إلى تأليف كتاب خاص، وذلك مما لا يتسع له وقتي؛ فعسى أن يقوم بذلك بعض إخواننا الأقوياء في هذا العلم ؛ كالأخ علي الحلبي».
“Pemaparan pendapat lebih jauh untuk menjelaskan lemahnya ucapannya (Ibnu ‘Abdil Mannân) di dalam pendhaifan (hadits) semuanya memerlukan penulisan buku tersendiri yang khusus, namun tidak ada kelapangan waktu padaku. Semoga saja ada sebagian dari saudara-saudara kami yang kuat di dalam ilmu ini (yaitu ilmu hadits) seperti saudara ‘Alî al-Halabî, mau untuk melakukannya (yaitu menulis buku membantah Ibnu ‘Abdil Mannân)…”
Bandingkanlah pujian Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Faqîh Nâshirussunnah Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî rahimahullâhu ini dengan ucapan seorang dokter yang sok alim lagi arogan dan sombong, yang mencela dan mendiskreditkan keilmuan Syaikh ‘Alî di dalam ilmu hadits… Mungkin si dokter yang zhalim ini merasa dirinya setingkat dengan Al-‘Allâmah al-Muhaddits al-Faqîh Nâshirussunnah Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî rahimahullâhu.
Al-Muhaddits al-Faqîh Nâshirussunnah Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî rahimahullâhu berkata di dalam Hukmu Târik ash-Sholâh (hal. 22, cet. 1 Dârul Jalalain, Riyadh, 1412) :
فهذا بحث علمي لطيف في تخريج و شرح حديث نبوي شريف أصله من أحاديث المجلد السابع من كتابي : (سلسلة الأحاديث الصحيحة ) و رأيت إفراده بالنشر لأهميته و كبير فائدته و ذلك بعد أن رآه بعض إخواننا فاقترح علي نشره مفردا من باب الاستعجال بالخير فوافق ذلك ما عندي فدفعت صورة منه إلى صاحبنا و تلميذنا الشاب علي بن حسن الحلبي ليقوم بتهيئته للنشر و إعداده للطبع مع كتابة مقدمة علمية له تقرب فوائده للقراء الأفاضل
“Ini adalah pembahasan ilmiah di dalam men-takhrîj dan menjelaskan hadits nabi yang mulia ini, yang pada asalnya adalah kumpulan hadits dari bukuku Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah jilid ketujuh, saya memandang perlunya mempublikasikan secara tersendiri disebabkan karena urgensinya dan besarnya faidahnya. Yang demikian ini adalah setelah sebagian saudara kami memandang dan menyarankan kepada saya untuk mempublikasikannya secara tersendiri, sebagai bagian untuk bersegera di dalam kebaikan. Maka dirikupun menyetujuinya dan kuberikan kopi pembahasan ini kepada sahabat dan murid kami yang masih muda, ‘Alî bin Hasan al-Halabî, supaya beliau mengatur pemublikasiannya dan mempersiapkan pencetakannya, disertai dengan penulisan pendahuluan ilmiah agar para pembaca budiman dapat mengambil faidahnya.”
Saya berkata : Demikianlah pujian ahlul fadhl kepada ahlul fadhl…
Beliau rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (VI/401) :
فقد بلغني عن بعض إخواننا المشتغلين بهذا العلم الشريف أنه عثر على قطعة منه غير مطبوعة ، فلعل الحديث فيها ، فإن وجد فغالب الظن أنه من طريق عطاف هذا . ثم صدق ظني هذا ، فقد أفادني هاتفيا الأخ علي الحلبي – جزاه الله خيرا – أن الحديث أورده الحافظ ابن حجر في ” أطراف المسند ” ( 1 / 48 / 84- تحقيق الأخ سمير )
“Telah sampai padaku dari sebagian saudara-saudara kami yang menghabiskan waktunya dengan ilmu yang mulia ini, bahwa dia telah menemukan bagian (naskah) yang belum dicetak, mungkin hadits (tersebut) ada di dalamnya. Jika memang ada, maka kuat dugaan saya hadits tersebut dari jalur ‘Athâf. Ternyata kemudian dugaanku ini memang benar, dan saudara ‘Alî al-Halabî –Jazzâhullâhu khoyrô- telah memberikanku faidah via telpon bahwa hadits ini dipaparkan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar dalam Athrâf al-Musnad (I/48/84 – dengan tahqîq (verifikasi) saudara Samîr)
Saya berkata : Lihatlah bagaimana tawâdhu’-nya Syaikh al-Albânî yang mau menerima faidah dari murid dan saudaranya, Syaikh ‘Alî al-Halabî…
Beliau rahimahullâhu berkata di dalam ar-Radd al-Mufhim (hal. 79, catatan kaki) :
…وقد ذكر صاحبنا الفاضل علي الحلبي في رسالته النافعة : ” تنوير العينين ” ( ص 17 – 27 ) أقوال أربعة عشر منهم وكل من وقف عليها يتبين أن بعضهم يقلد بعضا وأنهم يخوضون فيما لا علم لهم به، والله المستعان”
“Rekan kami yang mulia, ‘Alî al-Halabî telah menyebutkan di dalam risalahnya yang bermanfaat, Tanwîr al-‘Aynayn (hal. 17-27) empat belas pendapat dari mereka dan setiap orang yang menelaahnya akan jelas padanya bahwa sebagian mereka itu bersikap taqlid dengan lainnya dan mereka masuk ke dalam suatu hal yang mereka tidak memiliki ilmu tentangnya, Wallohul Musta’an.”
Syaikh rahimahullâhu juga berkata di dalam ar-Radd al-Mufhim (hal. 89) :
“ومن ذلك أن المومى إليه انتقد صاحبنا علي الحلبي لأنه استشهد في تقوية حديث عائشة بقول الحافظ في “التلخيص”…[ثمّ قال ناصِراً قولَ الشيخِ عليّ ومُجيباً لمن انتقَدَه]: وهذا انتقادٌ باطلٌ يدلُّ على جهلٍ بالِغٍ بهذا العلم الشريف وأصوله…”
“Oleh karena itu, orang yang dijadikan rujuan ini, telah dikritisi oleh rekan kami, ‘Alî al-Halabî, pasalnya beliau memperkuat dengan syawâhid penguatan hadits ‘Â`isyah dengan ucapan al-Hâfizh di dalam at-Talkhîsh…” Kemudian Syaikh Nâshir membawakan perkaaan Syaikh ‘Alî dan menjawab orang yang mengkritik beliau : “Kritik ini adalah batil, menunjukkan kejahilan yang nyata terhadap ilmu dan mulia ini dan pokok-pokoknya…”
Saya berkata : Demikianlah sikap al-Muhaddits al-Albânî terhadap muridnya Syaikh ‘Alî, dan pembelaan beliau terhadapnya…
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah (XIII/290) ketika membantah ulama yang menshahihkan suatu hadits yang dha’if :
بخلاف صاحبنا الشيخ علي الحلبي ؛ فقد علق عليه في طبعته بقوله (489) : “رواه ابن عدي في “الكامل ” (7/ 2561) ، وفي سنده هيثم بن جماز : منكر الحديث ، وكذبه بعضهم “، جزاه الله خيراً
“Berlainan dengan rekan kami asy-Syaikh ‘Alî al-Halabî, maka beliau telah mengomentari hal ini di dalam cetakannya dengan perkataan (hal. 489), “diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adî dalam al-Kâmil (VII/2561), di dalam sanadnya adalah Haytsâm bin Jamâz, seorang yang munkar al-hadîts¸dan sebagian ulama mendustakannya.” Semoga Alloh membalasnya (Syaikh ‘Alî) dengan kebaikan.”
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (VI/137) :
…فإن سليمان بن بلال ثقة حجة متفق على الاحتجاج بحديثه عند الشيخين وغيرهما ، و لم يرم بتدليس ، فكيف يصح إعلال حديثه بمثل ( عبد الله ) هذا الضعيف؟! ولقد أحسن الرد عليه الأخ علي الحلبي فيما علقه عليه ، جزاه الله خيرا
“Sesungguhnya Sulaimân bin Bilâl adalah seorang yang tsiqqoh (kredibel) dan hujjah, telah disepakati bahwa haditsnya dapat digunakan sebagai hujjah menurut Syaikhayn dan selainnya. Tidak ada yang menuduhnya dengan tadlîs, lantas bagaimana bisa dibenarkan penilaian cacat hadits beliau sebagaimana dilakukan oleh orang semisal ‘Abdullah (al-Harari) yang lemah? Sungguh bagus bantahan saudara ‘Ali al-Halabî padanya dan komentar beliau kepadanya. Semoga Alloh membalas beliau dengan kebaikan.”
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (X/23) ketika membantah Hasan as-Saqqof al-Jahmî :
وقد كفاني مؤنة الرد عليه والكشف عن زوره وبهتانه، وجهله وضلاله: الأخ الفاضل علي الحلبي في كتابه القيم “الأنوار الكاشفة لـ “تناقضات ” الخسَّاف الزائفة وكشف ما فيها من الزيغ والتحريف والمجازفة”
“Telah cukup bagiku bantahan yang mantap kepadanya (as-Saqqof) dan penyingkapan atas kebohongan, kedustaan dan kesesatannya, yang dilakukan oleh saudara yang mulia, ‘Alî al-Halabî di dalam bukunya yang bermutu, “al-Anwârul Kâsyifah li Tanâqudhây al-Khassâf az-Zâ`ifah wa Kasyfu mâ fîhâ min az-Zaygh wat Tahrîf wal Mujâzafah.
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah (XIII/290) ketika membantah Syaikh Ismâ’îl al-Anshârî ‘afâllohu ‘anhu :
…وليس غرضي في هذه المقدمة الرد عليه في هاتين الفِرْيَتَيْن، فقد كفاني في ذلك الأخ الفاضل علي حسن عبد الحميد الحلبي في رسالته القيمة في التعقيب على رسالة الأنصاري المذكورة، وبيان ما فيها من الأخطاء الكثيرة، وهي مطبوعة، فليرجع إليها من شاء الوقوف على الحقيقة، فإنه سيرى مع ذلك الفرق الشاسع بين رد الأنصاري وتهجمه عَلَيّ، ورد صاحبنا عليه، وتأدبه معه تأدباً لا يستحقه الأنصاري لبغيه واعتداءاته المتكررة
“Saya tidak bermaksud di dalam muqoddimah ini membantah dirinya (Syaikh Ismâ’îl al-Anshârî) tentang dua hal tuduhannya yang keliru. Karena sudah cukup bagiku tentang hal ini apa yang ditulis oleh saudara yang mulia, ‘Alî Hasan ‘Abdul Hamîd al-Halabî di dalam risalahnya yang kokoh, yang membantah risalah al-Anshârî dan menjelaskan di dalam risalahnya tersebut kesalahan-kesalahan (al-Anshârî) yang sangat banyak. Risalah (Syaikh ‘Alî) ini sudah tercetak, silakan merujuk padanya bagi yang berkehendak untuk menelaah hakikatnya lebih jauh. Bagi orang yang menelaahnya niscaya ia akan mendapati adanya perbedaan yang nyata antara bantahan al-Anshârî dan hujatannya kepadaku, dengan bantahan rekan kami (Syaikh ‘Alî) terhadapnya yang penuh dengan adab yang tidak sepatutnya al-Anshârî terus melakukan kebencian dan permusuhannya.”
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah (III/628) yang menunjukkan kerendahhatian beliau yang tidak segan untuk mengambil faidah dari muridnya, Syaikh ‘Alî al-Halabî :
…هذا ما كنت كتبته منذ نحو عشر سنين أو أكثر، وقبل طبع كتاب ” الثقات ” لابن حبان رحمه الله، فلما مرت تجربة هذا الحديث تحت يد الأخ علي الحلبي لتصحيح أخطائها المطبعية كتب بجانبه مذكرا – جزاه الله خيرا
“Inilah yang telah aku tulis semenjak sepuluh tahun lalu atau lebih, sebelum dicetaknya buku ats-Tsiqôt karya Ibnu Hibbân rahimahullâhu. Ketika aku mendapati penelitian hadits ini dari tangan saudara ‘Ali al-Halabî yang membetulkan kesalahan-kesalahan cetak dan memberikan catatan pada sisi (buku), semoga Alloh membalasnya dengan kebaikan…”
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah (XII/181) :
فقد أحسن أخونا أبو الحارث الحلبي صنعاً في حذفه الأحاديث الضعيفة من مختصره الذي سماه ” المنتقى النفيس من تلبيس إبليس
“Sungguh baik apa yang dilakukan oleh saudara kami Abûl Hârits al-Halabî di dalam menghilangkan hadits-hadits yang lemah di dalam ringkasannya yang berjudul al-Muntaqô an-Nafîs min Talbîs Iblîs.”
Syaikh rahimahullâhu berkata di dalam Silsilah al-Ahâdîts adh-Dha’îfah (XII/540) ketika mengomentari hadits-hadits untuk mengkritisi Syaikh Hammûd at-Tuwaijirî rahimahullâhu di dalam bukunya ash-Shârim al-Masyhûr :
وبعد كتابة ما تقدم أفادني الأخ علي الحلبي – جزاه الله خيراً – أن الحديث رواه البحار في ” مسنده ” ، فرجعت إليه ، فوجدت فيه متابعاً قوياً للحماني
“Setelah menulis (buku) yang telah lalu, saudara ‘Alî al-Halabi –jazzâhullahu khayra- memberikanku faidah bahwa hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Bahhâr di dalam Musnad-nya, dan setelah aku merujuknya kudapati di dalamnya terdapat penyerta yang kuat karya al-Hamânî…”
Syaikh Abû ‘Abdillâh ‘Azamî al-Jawâbirah menceritakan pujian Syaikh al-Albânî rahimahullâhu terhadap Syaikh ‘Alî, ketika beliau rahimahullâhu memberikan nasehat kepada Abû Ruhayim :
إن كانت عقيدتك مثل عقيدة المشايخ الثلاثة الذين تدافع عنهم، وهم ابن باز، وابن عثيمين، والألباني، فعقيدةُ الأخ علي هي مثل عقيدتهم، وإن كانت عقيدتك خلاف عقيدة الأخ علي، فأنا على استعداد للجلوس معك
“Jika ‘aqidahmu (wahai Abu Ruhayyim) seperti aqidah para imam yang tiga yang tengah engkau bela, yaitu Ibnu Baz, Ibnu ‘Utsaimîn dan al-Albânî. Maka aqidah saudara ‘Alî itu seperti aqidah mereka. Apabila aqidahmu menyelisihi aqidah saudara ‘Alî, maka aku siap untuk duduk (berdiskusi) denganmu.” (Tanya Jawab tertanggal 20 Rabi’ul Awwal 1422, yang disaksikan oleh Lâfî Syatharât dan Kâmil al-Qosysyâsy).
Syaikh ‘Azamî al-Jawâbirah di dalam “Mâdzâ yanqimûna min al-Imâm al-Albânî” (hal. 14), mengatakan :
ولقد سألت أستاذنا الشيخ ناصراً ما رأيك في مخالفة أبي رحيم للشيخ علي الحلبي؟، … فقال شيخنا -رحمه الله- بالحرف الواحد -والله على ما أقولُ شهيد- الأخُ عليّ يعدل ألف واحدٍ مثل أبي رحيم
“Saya telah bertanya kepada ustadz kami, Syaikh Nâshir, apa pandangan Anda mengenai perselisihan Abû Ruhayyim terhadap Syaikh ‘Alî al-Halabî?. Guru kami rahimahullâhu menjawab dengan ucapan yang tegas : Demi Alloh yang menjadi saksi atas perkataanku, saudara ‘Alî itu sepadan dengan seribu satu orang semisal Abû Ruhayyim.”
Sungguh, pujian dan sanjungan Imam dan Muhaddits zaman ini, Nâshirus Sunnah al-Albânî kepada Syaikh ‘Alî al-Halabî sangat banyak dan bertebaran di buku-buku dan ceramah Syaikh. Tidak heran jika kita mendengarkan di kaset-kaset syaikh, beliau mengatakan :
“Di mana Abûl Hârits?”, “Mari kita dengarkan Abûl Hârits!”, “Kemarilah wahai Abûl Hârits!”, “Bagaimana menurutmu wahai Abûl Hârits?”, “Sepertinya Abûl Hârits ingin memberikan komentar!”, “bukankah demikian wahai Abûl Hârits?”… dll
Oleh karena itulah, Syaikh ‘Athiyah Sâlim berkata di dalam bukunya Shafahât al-Baidhâ` min Hayâti al-Imam al-Albânî (hal. 52) menceritakan bahwa ‘Ubâdah, cucu Syaikh al-Albânî, pernah bertanya kepada kakeknya sebulan sebelum wafatnya Syaikh, siapakah orang yang paling berilmu tentang ilmu hadits saat ini, maka syaikh menjawab : Alî Hasan al-Halabî dan Abû Ishâq al-Huwainî.
Bahkan al-‘Allâmah Hammâd al-Anshôrî mengatakan “Saya menduga/berfirasat bahwa ‘Alî Hasan ‘Abdul Hamîd akan menjadi khalîfah (pengganti) Syaikh Nâshiruddîn al-Albânî.” (al-Majmû’ fî Tarjamati al-‘Allâmah Hammâd al-Anshârî rahimahullâhu karya ‘Abdul Awwal bin Hammâd al-Anshârî, lihat : http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=1864)
Faqîhuz Zamân, Syaikh Muhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn, ketika musim haji 1420 pernah memberikan tanya jawab, ketika itu beliau ditemani oleh Syaikh Rabî’ bin Hâdî dan Syaikh ‘Alî al-Halabî. Di salah satu kesempatan tanya jawab, Syaikh ‘Utsaimîn berkata :
سلو ذلك البحر
“Tanyakan pada samudera (ilmu) itu” sembari menunjuk kepada Syaikh ‘Alî al-Halabî.
Ketika mendengar ini, Syaikh ‘Alî langsung menjawab :
تأوّلت ذلك على المداعبة ، فأنا لستُ كذلك ، فلستُ بالبحر ، ولا بالنّهر ، ولا غير ذلك ، نستغفر الله ، ونسأله حسن الخاتمة ، اللهم لا تؤاخذني بما يقولون ، واغفر لي ما لا يعلمون ، واجعلني خيراً مما يظّنون
“Saya menganggap ucapan syaikh hanya untuk menyenangkanku saja. Karena saya tidak demikian, saya bukanlah samudera (ilmu), bukan sungai (ilmu) dan bukan pula selainnya. Kami memohon ampunan Alloh dan meminta husnul khâtimah. Ya Alloh janganlah Engkau menyiksaku oleh sebab ucapan mereka, ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui, dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.”
Subhânalloh. Betapa mulia dan tawâdhu’nya Syaikh ‘Alî. Oleh karena itu tidak heran jika banyak yang hasad dan dengki dengan beliau.
Al-‘Allâmah, ahli hadits negeri Yaman, Muqbil bin Hâdî al-Wâdi’î, di dalam buku Tuhfatul Mujîb ‘alâ As`ilatil Hâdhir wal Ghorîb (hal 160), ketika ditanya tentang ulama yang beliau nasehatkan untuk merujuk padanya, membaca buku-bukunya dan mendengarkan kaset-kasetnya, maka syaikh menjawab :
قد تكلمنا على هذا غير مرة، ولكننا نعيد مرةً أخرى، فمنهم الشيخ ناصر الدين الألباني -حفظه الله-، وطلبته الأفاضل مثل الأخ علي بن حسن بن عبدالحميد
“Kami telah membicarakan masalah ini berulang-ulang kali, akan tetapi akan kami ulangi sekali lagi. Di antara mereka (yang diambil ilmunya) adalah Syaikh Nâshiruddîn al-Albânî dan murid-murid beliau yang mulia, seperti saudara ‘Alî bin Hasan bin ‘Abdul Hamîd.”
Syaikh Amjad Salhub menceritakan, bahwa ketika umroh, beliau dan beberapa rekan menemui Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd. Diantara yang beliau tanyakan kepada Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbâd adalah tentang ulama di negeri Syam yang dinasehatkan Syaikh al-‘Abbâd untuk menimba ilmu darinya. Maka Syaikh al-‘Abbâd menjawab :
عليكم بالشيخ علي حسن
“Hendaklah kamu (mengambil ilmu) kepada Syaikh ‘Alî Hasan!”
Nasehat ini pula yang termuat di dalam muqoddimah Rifqan Ahlas Sunnah bi Ahlis Sunnah cetakan II, yang menasehatkan penuntut ilmu untuk mengambil ilmu di negeri Syâm kepada masyaikh Markaz Imam Albânî.
Al-‘Allâmah Sa’d al-Hushayyin di dalam buku beliau ad-Da’wah wad Du’â` Syar’un minallahi li Jamî’ ‘Ibâdihi berkata :
وأكثرُ مِنْ هؤلاء: مَنْ بلغ درجة العالِم والمحدِّث دون عونٍ من الدَارسة الجامعيّة في هذا العصر وخيرُ مَثَلٍ لهذه الفئة المباركة: علي بن حسن بن عبد الحميد (الحلبي)
“Mayoritas mereka, ada yang mencapai tingkatan ‘alim dan muhaddits tanpa melalui pendidikan formal perguruan tinggi di zaman ini. Contoh terbaik dalam golongan yang penuh berkah ini adalah, ‘Alî Hasan bin ‘Abdul Hamîd al-Halabî.”
Dan masih banyak lagi untaian sanjungan dan pujian dari para ulama ahlus sunnah, yang sekiranya kami kumpulkan semuanya, niscaya dapat menjadi sebuah buku tersendiri…
Kepada sang dokter yang arogan, saya katakan :
اعلم قدرك فسلم
“Ketahuilah kapasitasmu maka engkau akan selamat”
ما أنت الحكم الترضى حكومته ولا الأصيل ولا ذي الرأي جدل
Engkau bukanlah hakim yang dianggap keputusannya
Dan bukan pula orang yang ahli dalam berdebat…!!!
حسبك الحديث! فيطمأنّ من عنده القلوب
Hentikan ocehanmu!!! Agar tentram orang-orang yang memiliki hati…!!!
أَصَمَّكَ سُوْءُ فَهْمِكَ عَنْ خِطَابِيْ وَأَعْمَاكَ الضَّلاَلُ عَنْ اهْتِدَاءِ
Jeleknya pemahamanmu membuatmu tuli dari seruanku
Dan kesesatan membuat dirimu buta dari arahanku
Abû Salmâ al-Atsarî
Jakarta, 23 Shofar 1429/18 Februari 2009
0 komentar:
Posting Komentar