Djohan Effendi

Muktamar Nahdlatul Ulama di Makassar yang baru berakhir cukup mencekam. Terutama tentang pemilihan Rais 'Am NU.

Posisi ini memang sangat penting. Rais 'Am bukan sekadar jabatan tertinggi dalam struktur kepengurusan jam'iah NU, tetapi juga sebagai simbol wibawa ulama di kalangan santri di lingkungan jamaah NU. Posisi dan wibawa Rais 'Am di lingkungan jemaah nahdliyin bagaikan seorang kiai di lingkungan pesantren. Oleh karena itu, tak terbayangkan apabila posisi Rais 'Am diperebutkan sebagaimana terjadi dalam organisasi politik yang biasanya tidak bebas dari trik dan intrik.

Memang, munculnya persaingan untuk menduduki jabatan Rais 'Am bukan kali ini saja terjadi, tetapi telah terjadi dalam muktamar NU sebelumnya ketika Gus Dur mencalonkan diri untuk posisi Rais 'Am. Akan tetapi, pemilihan Rais 'Am kali ini dihangatkan oleh sejumlah isu yang membuat banyak orang sesak dada dan merasa cemas. Syukurlah ketidakbersediaan KH Hasyim Muzadi untuk maju ke pemilihan Rais 'Am dengan melalui mekanisme voting memberi jalan bagi keterpilihan KH Sahal Mahfudz selaku Rais 'Am NU secara aklamasi dan membuat cuaca muktamar lebih sejuk.

Suasana sejuk setelah pemilihan Rais 'Am membuat pemilihan Ketua PB Tanfidziyah NU berlangsung lebih lancar dan tidak terlalu emosional. Keterpilihan Said Aqil Siradj sebagai sosok ulama NU yang dari segi keilmuan cukup mumpuni dan dari segi pemikiran cukup terbuka pada keragaman pendapat cukup memberikan harapan. Selaku pendamping, KH Sahal Mahfudz akan membuat pimpinan NU tidak akan terjebak dalam godaan politik dan terlibat dalam kontroversi antara generasi tua dan generasi muda.

Kembali ke khitah

Satu hal yang mungkin perlu direnungkan kalangan nahdliyin adalah munculnya kembali seruan untuk kembali kepada khitah. Tidak kurang dari Rais 'Am sendiri, KH Sahal Mahfudz, yang berulang kali menyuarakan ungkapan ini. Tekad untuk kembali ke Khitah dikumandangkan menjelang muktamar NU di Situbondo tahun 1984. Muktamar yang memilih KH Ahmad Siddiq selaku Rais 'Am dan Gus Dur selalu Ketua PB Tanfidziyah NU memutuskan bahwa NU kembali menjadi organisasi sosial keagamaan, tidak lagi melibatkan diri dalam kegiatan politik praktis.

Akan tetapi, ketersentuhan NU dengan politik tidak berlangsung mulus seperti dibayangkan sebelumnya. Kehadiran Orde Reformasi yang membuka ruang yang lebih luas bagi keterlibatan politik warga negara melahirkan euforia politik dengan segala plus-minusnya. Boleh jadi suasana seperti ini yang membuat proses kembali ke khitah tidak sampai tuntas.

Pada masa NU berkiprah sebagai organisasi sosial keagamaan, agaknya tidak terjadi saling rebut posisi kepemimpinan organisasi. Mereka tidak mengenal lembaga tim sukses ataupun baliho dan pamflet saling memuji diri dan merendahkan pihak lain. Apalagi praktik mirip-mirip politik uang. Apa yang terjadi sering kali justru saling menolak untuk maju dan saling menyilakan tokoh lain untuk memimpin organisasi.

Ke depan mungkin kepengurusan NU yang akan datang perlu memikirkan proses pemilihan Rais 'Am dan Ketua Umum PB Tanfidziyah NU yang lebih sesuai dengan posisinya sebagai jam'iyah keagamaan dan sebagai organisasi kemasyarakatan.

Menjaga martabat ulama

Sebagai jam'iyah keagamaan posisi Rais 'Am sangat sentral. Ia tidak hanya sekadar pucuk pimpinan kepengurusan, melainkan juga sebagai simbol perserikatan ulama. Segi senioritas dalam keilmuan dan pengalaman seharusnya melekat pada posisi Rais 'Am NU. Sangatlah tidak pada tempatnya apabila posisi Rais 'Am diperebutkan. Karena itu, sebaiknya pemilihan Rais 'Am tidak dilakukan terbuka dan para pemilihnya terbatas hanya oleh ketua-ketua Syuriah wilayah dan para Rais serta A'wan Syuriah Pusat. Untuk memelihara kerahasiaan pemilihan Rais 'Am, para ketua Syuriah dan Rais serta A'wan Pusat hendaknya dikarantina dalam suatu tempat sampai mereka berhasil memilih Rais 'Am.

Berbeda dengan pemilihan Rais 'Am, pemilihan Ketua Umum PB NU seyogianya dilakukan secara terbuka. Namun, mestinya perlu dibedakan dengan pemilihan ketua partai politik. Boleh jadi proses pemilihannya sudah dilakukan sejak sebelum Muktamar. Dilakukan penjaringan calon pengurus PB Tanfidziyah NU sebagai lembaga kolektif. Mungkin perlu dibakukan jumlah PB NU. Maka, yang dilakukan kemudian dalam muktamar adalah pemilihan sejumlah anggota PB NU dan Ketua Umum PB Tanfidziyah diambil calon yang memperoleh suara terbanyak calon-calon yang terpilih. Dengan menghindari pemilihan terbuka yang bersifat mengadu para calon Ketua Umum PB NU, solidaritas dan suasana kolegial para tokoh NU bisa terpelihara.

Melanjutkan terobosan

Keterpilihan KH Said Aqil mengingatkan saya kepada Gus Dur. Menjelang kepulangan KH Said Aqil dari studinya di Universitas Ummul-Qura, Mekah, Gus Dur sudah banyak bercerita tentang KH Said Aqil, bukan tentang pribadinya, melainkan tentang disertasinya. Gus Dur memang berharap banyak kepada KH Said Aqil. Dia mengajak saya ke Bandara Cengkareng menyambut kepulangan KH Said Aqil. Boleh jadi kita bisa berharap KH Said Aqil akan bisa menghidupkan kembali semangat Gus Dur untuk membangun NU yang dinamis dan kreatif, terbuka, tetapi tidak meninggalkan akarnya. Terutama dalam kegairahan menghidupkan tradisi keilmuan.

Salah satu langkah awal yang diambil Gus Dur ketika dia terpilih sebagai Ketua Umum PB NU adalah meminta KH Masdar Mas'udi menyelenggarakan telaah kembali kitab-kitab klasik. Gus Dur ingin memberi makna pada nama jam'iyah: Nahdlatul Ulama, kebangunan para ahli ilmu. Kegiatan itu tidak hanya menggairahkan kalangan kiai muda, tetapi juga meresahkan sementara kiai tua. Gus Dur pasang badan untuk melindungi kemunculan studi kritis yang dilakukan oleh para kiai muda.

Yang menarik adalah sikap KH Sahal Mahfudz yang mengambil posisi menjembatani antara yang bergairah dan yang resah. Karenanya pasangan KH Sahal Mahfudz dan KH Said Aqil Siradj cukup memberikan harapan apa yang pernah dirintis Gus Dur bisa dilanjutkan. Dan hal ini disadari benar oleh KH Aqil Siradj, seperti tersirat dalam bisikannya kepada saya bahwa ia akan membuka kembali apa yang tertutup setelah Gus Dur lengser dari jabatan Ketua Umum PB NU.

NU adalah sebuah organisasi besar. Potensinya sangat dahsyat. Generasi muda nahdliyin sangat potensial. Sangat kaya dan bervariasi. Generasi terdidik yang ada di dalamnya sangat majemuk latar belakang pendidikan dan pengalaman intelektualnya, dari yang sangat konservatif hingga yang sangat liberal. Yang diperlukan adalah pimpinan yang tidak saja pintar "ngomomg", tetapi juga harus pandai "ngemong", yang mampu mengarahkan dan bukan menghambat kegairahan pemikiran di kalangan generasi muda Nahdliyin.

Djohan Effendi Ketua Umum Indonesian Conference on Religion and Peace

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.