Pada bulan September 2000, media massa di Indonesia banyak mengungkap masalah Anand Krishna. Mulanya adalah laporan utama sejumlah media Islam-seperti Media Dakwah yang mengangkat buku-buku Anand Krishna sebagai laporan utamanya. Pada bulan itu juga, PT Gramedia Pustaka Utama (GPU) menyatakan menarik buku-buku Anand Krishna dari peredaran. Tindakan GPU ini kemudian memancing berbagai reaksi keras dari berbagai kalangan. Jadilah soal buku Anand Krishna sebagai isu-isu utama di sejumlah media massa.
Sebenarnya, buku-buku Anand Krishna pada kenyataannya kurang bermutu, banyak hujatan, dan berupa khayalan, tetapi buku-buku itu sempat menjadi isu besar di Indonesia karena dipromosikan besar-besaran oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU). Karena berasumsi (berkhayal) bahwa semua agama itu sama, Anand pun menutup mata untuk melihat perbedaan di antara kitab-kitab suci agama-agama. Menurut dia, "wahyu" adalah getaran-getaran Ilahi. Jika ditangkap oleh Nabi Muhammad yang berbahasa Arab, lahirlah Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Jika yang menangkap adalah Lao Tze, lahirlah Tao The Ching dalam bahasa Cina karena penangkapnya berbahasa Cina. Jika ditangkap oleh para resi di tepi sungai Sindhu, lahirlah Veda dalam bahasa Sanskerta.
Pendapat Anand tentang "wahyu" itu juga lebih merupakan "khayalan" daripada pendapat ilmiah. Wahyu yang diterima oleh Muhammad saw. sering kali dibacakan oleh Jibril dan Muhammad mendengarnya lalu memerintahkan pencatatannya. Di samping itu, saat turunnya surat pertama, Al-'Alaq, Jibril meminta Muhammad menirukan ucapannya.
Cerita-cerita khayalan setidaknya dikutip tanpa sumber referensi yang jelas--begitu banyak bertebaran dalam buku-buku Anand Krishna. Entah mengapa, sebagai penerbit terkemuka, PT GPU dengan beraninya menyebut buku-buku Anand sebagai buku-buku bermutu dan memasang promosi besar-besaran. Pada sampul bagian belakang buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern tercantum promosi GPU, "Jadikan karya Anand Krishna sebagai teman hidup Anda." Buku Renungan Harian Penunjang Meditasi dilengkapi dengan promosi, "Lengkapi Koleksi Anda dengan Buku Bermutu Buah Karya Anand Krishna."
Dalam sejumlah bukunya yang lain, GPU tidak hanya mempromosikan buku-buku (pemikiran Anand), tetapi sudah memuja Anand Krishna bagai seorang "Juru Selamat". Mungkin, Yesus saja tidak dipuji setinggi itu oleh GPU. Simaklah pujian GPU berikut ini. "Bertemu muka dengannya, Anda beruntung. Kalaupun tidak, karya-karyanya akan menjadi teman hidup Anda."
Buku-buku Anand Krishna terbitan GPU itu memang lebih merupakan buku propaganda ketimbang mengembangkan wacana yang sehat. Lagi pula, di akhir sejumlah buku, dimuat juga pengumuman kegiatan Anand Ashram lengkap dengan nama jalan dan nomornya, nomor telepon/fax, HP, e-mail, serta homepage. Pemujaan GPU terhadap Anand Krishna juga terlihat pada daftar buku terbitan Gramedia yang direkomendasikan oleh Anand Krishna, seperti sejumlah karya Krishnamurti, Anthony de Mello, Deepak Chopra, James Redfield, Pearl S. Buck, Denys Lombard, Pandir Kelana, dan Lobsang Rampa. Jadi, selain penulis, Anand Krishna juga penjamin buku-buku bermutu, padahal banyak bukunya sendiri yang tidak bermutu dan sulit dipertanggungjawabkan validitas keilmiahannya.
Cobalah telaah dengan saksama, dengan pikiran yang jernih, dan hati yang lapang, berbagai cerita khayal yang diungkap oleh Anand Krishna dalam berbagai bukunya. Celakanya, cerita-cerita itu sering ia ungkapkan dengan nada sinis untuk menghina Islam dan umatnya. Simaklah cerita tentang seorang pemeluk agama fanatik yang membakar Perpustakaan Agung di Mesir sebagaimana dia ungkap dalam buku Telaga Pencerahan di Tengah Gurun Kehidupan-Apresiasi Spiritual terhadap Taurat, lnjil, dan AI-Qur'an.
"Seorang fanafik semoga Tuhan memaafkan Dia-memegang 'Kitab Suci' di satu tangan dan pedang di tangannya yang lain. Ia menanyakan kepada pengurus perpustakaan itu, 'Katakan, pengetahuan yang ada dalam buku-buku itu, apakah tidak ada dalam Kitab Suci ini?' Sang pengurus perpustakaan tidak memiliki pilihan. Apabila ia mengatakan tidak ada, jelas ia akan dianggap 'murtad dan dibunuh. la harus mengatakan, Tuan benar, pengetahuan yang ada dalam buku-buku di sini terdapat juga dalam kitab suci.' la lolos dari pembunuhan, ia tidak jadi dibunuh. Tetapi, Perpustakaan Agung dibakar. Logika si fanatik itu sederhana sekali, 'Apabila semuanya ada dalam satu kitab suci ini, apa gunanya perpustakaan itu?"
Bagi kaum muslim, "pembakaran sebuah perpustakaan" adalah peristiwa luar biasa. Sejarah kebudayaan Islam dikenal sangat menghargai tingginya ilmu pengetahuan. Di mana Islam berpijak, di situ tradisi keilmuan berkembang pesat. Akan tetapi, Anand Krishna sama sekali tidak menyebut sumber cerita penting tersebut. Kapan dan siapa yang melakukan pembakaran perpustakaan tersebut sehingga tidak jelas apakah cerita itu benar-benar ada atau cerita khayalan, seperti yang sering ditampilkan oleh Raja Sinetron Raam Punjabi.
Saat memberikan tafsir bagi surat Al-Fatihah--dengan kedok "apresiasi spiritual'--Anand Krishna juga dengan seenaknya sendiri membuat cerita khayal. Berikut ini penggalan cerita khayal tentang guru agama yang masuk neraka dan pelacur yang masuk surga seperti dimuat dalam buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern.
Beberapa hari kemudian, sang guru yang memang sudah tua itu meninggal dunia. la didatangi oleh malaikat neraka berseragam hitam. Roh sang guru berang, "Eh kalian salah. Yang menjemput saya seharusnya malaikat surga. Mereka berseragam putih. Demikianlah yang saya baca dalam buku-buku suci selama ini ...."
Malaikat neraka melihat ke bawah. "Benar juga, memang jasad sang guru dihormati." la pun berpikir kembali, mungkin dia salah, mungkin terjadi kesalahan teknis. Sambil mengeluarkan telepon genggamnya, malaikat neraka memohon kesabaran kliennya itu.
Ternyata tidak salah, "Memang kau harus ke neraka." Setelah berbicara dengan Manajer perusahaan tak terbatas yang memberikan tugas itu kepadanya, malaikat neraka menjelaskan kepada roh sang guru.
"Wah, ini kolusi, korupsi, di neraka dan sorga pun rupanya ada sistem nepotisme, harus ada reformasi." " Tunggu dulu, kalau saya ke sana, saya akan lakukan reformasi besar-besaran. Dan kau, malaikat neraka, kau sudah bisa menghitung hari-harimu. Sebentar lagi akan dipecat. Saya akan melaporkan kesalahanmu ini kepada Tuhan." Roh sang guru sudah tidak dapat menahan diri lagi.
Sebenarnya, malaikat neraka pun sudah bingung. Di mana letak kesalahannya? Sementara, roh sang guru masih mencaci maki dia, tiba-tiba, "Eh itu apa lagi, lihat di sana itu ada malaikat surga yang berseragam putih. Sedang ke mana dia?" Roh sang guru melihat malaikat surga dan kejauhan. "Panggil dia. Dia pasti sedang menjemput saya. Coba lihat surat perintahnya."
Malaikat neraka menggunakan telepon genggamnya untuk menghubungi malaikat surga, "Kawan, kau mau ke mana?" "Ah, kawan, aku sedang menjemput seorang wanita, nih."
"Wanita yang mana?"
"Wanita tuna susila."
"Tidak salahkah kau, sahabatku? Rupanya surat perintah kita tertukar. Saya justru disuruh menjemput seorang guru agama. Dia lagi marah-marah. Tinggalnya di mana wanita itu."
"Wah, harus dicek lagi, nih, rupanya salah. Wanita itu tinggal persis di depan rumah guru agama, yang rohnya kau jemput itu."
"Kalau begitu, ya, kau jemput saja wanita itu dan kita bertemu di lobby wisma surga-neraka."
"Saya juga ke sana dengan roh guru yang saya jemput. Nanti, kita cek di komputer."
"Lihat itu, betul kan, kalian sudah tidak becus mengurus semuanya ini. Sudah terlalu lama menjadi malaikat tidak terjadi pembaruan. Harus dilakukan reformasi. Tunggu saja kalian, nanti kalau murid-murid saya mati, saya akan ajak roh-roh mereka berdemonstrasi. Kalian harus mengundurkan diri, lengser ke prabon. Salah melulu-salah melulu."
Sebenarnya, itulah cara Anand Krishna meledek guru agama (kiai), malaikat, surga, dan neraka. Malaikat, surga, dan neraka begitu sakral dan menempati posisi pokok dalam rukun iman bagi kaum Muslim. Begitu beraninya Anand Krishna mempermainkan keimanan kaum Muslim. Cerita itu jelas khayalan dan merupakan pelecehan terhadap Islam. Gaya Anand Krishna seperti ini memang mirip dengan gaya Salman Rushdi (melalui novelnya The Satanic Verses) yang telah memancing reaksi keras kaum Muslim internasional.
Sumber :
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=10
Sebenarnya, buku-buku Anand Krishna pada kenyataannya kurang bermutu, banyak hujatan, dan berupa khayalan, tetapi buku-buku itu sempat menjadi isu besar di Indonesia karena dipromosikan besar-besaran oleh PT Gramedia Pustaka Utama (GPU). Karena berasumsi (berkhayal) bahwa semua agama itu sama, Anand pun menutup mata untuk melihat perbedaan di antara kitab-kitab suci agama-agama. Menurut dia, "wahyu" adalah getaran-getaran Ilahi. Jika ditangkap oleh Nabi Muhammad yang berbahasa Arab, lahirlah Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Jika yang menangkap adalah Lao Tze, lahirlah Tao The Ching dalam bahasa Cina karena penangkapnya berbahasa Cina. Jika ditangkap oleh para resi di tepi sungai Sindhu, lahirlah Veda dalam bahasa Sanskerta.
Pendapat Anand tentang "wahyu" itu juga lebih merupakan "khayalan" daripada pendapat ilmiah. Wahyu yang diterima oleh Muhammad saw. sering kali dibacakan oleh Jibril dan Muhammad mendengarnya lalu memerintahkan pencatatannya. Di samping itu, saat turunnya surat pertama, Al-'Alaq, Jibril meminta Muhammad menirukan ucapannya.
Cerita-cerita khayalan setidaknya dikutip tanpa sumber referensi yang jelas--begitu banyak bertebaran dalam buku-buku Anand Krishna. Entah mengapa, sebagai penerbit terkemuka, PT GPU dengan beraninya menyebut buku-buku Anand sebagai buku-buku bermutu dan memasang promosi besar-besaran. Pada sampul bagian belakang buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern tercantum promosi GPU, "Jadikan karya Anand Krishna sebagai teman hidup Anda." Buku Renungan Harian Penunjang Meditasi dilengkapi dengan promosi, "Lengkapi Koleksi Anda dengan Buku Bermutu Buah Karya Anand Krishna."
Dalam sejumlah bukunya yang lain, GPU tidak hanya mempromosikan buku-buku (pemikiran Anand), tetapi sudah memuja Anand Krishna bagai seorang "Juru Selamat". Mungkin, Yesus saja tidak dipuji setinggi itu oleh GPU. Simaklah pujian GPU berikut ini. "Bertemu muka dengannya, Anda beruntung. Kalaupun tidak, karya-karyanya akan menjadi teman hidup Anda."
Buku-buku Anand Krishna terbitan GPU itu memang lebih merupakan buku propaganda ketimbang mengembangkan wacana yang sehat. Lagi pula, di akhir sejumlah buku, dimuat juga pengumuman kegiatan Anand Ashram lengkap dengan nama jalan dan nomornya, nomor telepon/fax, HP, e-mail, serta homepage. Pemujaan GPU terhadap Anand Krishna juga terlihat pada daftar buku terbitan Gramedia yang direkomendasikan oleh Anand Krishna, seperti sejumlah karya Krishnamurti, Anthony de Mello, Deepak Chopra, James Redfield, Pearl S. Buck, Denys Lombard, Pandir Kelana, dan Lobsang Rampa. Jadi, selain penulis, Anand Krishna juga penjamin buku-buku bermutu, padahal banyak bukunya sendiri yang tidak bermutu dan sulit dipertanggungjawabkan validitas keilmiahannya.
Cobalah telaah dengan saksama, dengan pikiran yang jernih, dan hati yang lapang, berbagai cerita khayal yang diungkap oleh Anand Krishna dalam berbagai bukunya. Celakanya, cerita-cerita itu sering ia ungkapkan dengan nada sinis untuk menghina Islam dan umatnya. Simaklah cerita tentang seorang pemeluk agama fanatik yang membakar Perpustakaan Agung di Mesir sebagaimana dia ungkap dalam buku Telaga Pencerahan di Tengah Gurun Kehidupan-Apresiasi Spiritual terhadap Taurat, lnjil, dan AI-Qur'an.
"Seorang fanafik semoga Tuhan memaafkan Dia-memegang 'Kitab Suci' di satu tangan dan pedang di tangannya yang lain. Ia menanyakan kepada pengurus perpustakaan itu, 'Katakan, pengetahuan yang ada dalam buku-buku itu, apakah tidak ada dalam Kitab Suci ini?' Sang pengurus perpustakaan tidak memiliki pilihan. Apabila ia mengatakan tidak ada, jelas ia akan dianggap 'murtad dan dibunuh. la harus mengatakan, Tuan benar, pengetahuan yang ada dalam buku-buku di sini terdapat juga dalam kitab suci.' la lolos dari pembunuhan, ia tidak jadi dibunuh. Tetapi, Perpustakaan Agung dibakar. Logika si fanatik itu sederhana sekali, 'Apabila semuanya ada dalam satu kitab suci ini, apa gunanya perpustakaan itu?"
Bagi kaum muslim, "pembakaran sebuah perpustakaan" adalah peristiwa luar biasa. Sejarah kebudayaan Islam dikenal sangat menghargai tingginya ilmu pengetahuan. Di mana Islam berpijak, di situ tradisi keilmuan berkembang pesat. Akan tetapi, Anand Krishna sama sekali tidak menyebut sumber cerita penting tersebut. Kapan dan siapa yang melakukan pembakaran perpustakaan tersebut sehingga tidak jelas apakah cerita itu benar-benar ada atau cerita khayalan, seperti yang sering ditampilkan oleh Raja Sinetron Raam Punjabi.
Saat memberikan tafsir bagi surat Al-Fatihah--dengan kedok "apresiasi spiritual'--Anand Krishna juga dengan seenaknya sendiri membuat cerita khayal. Berikut ini penggalan cerita khayal tentang guru agama yang masuk neraka dan pelacur yang masuk surga seperti dimuat dalam buku Surah Al-Fatihah bagi Orang Modern.
Beberapa hari kemudian, sang guru yang memang sudah tua itu meninggal dunia. la didatangi oleh malaikat neraka berseragam hitam. Roh sang guru berang, "Eh kalian salah. Yang menjemput saya seharusnya malaikat surga. Mereka berseragam putih. Demikianlah yang saya baca dalam buku-buku suci selama ini ...."
Malaikat neraka melihat ke bawah. "Benar juga, memang jasad sang guru dihormati." la pun berpikir kembali, mungkin dia salah, mungkin terjadi kesalahan teknis. Sambil mengeluarkan telepon genggamnya, malaikat neraka memohon kesabaran kliennya itu.
Ternyata tidak salah, "Memang kau harus ke neraka." Setelah berbicara dengan Manajer perusahaan tak terbatas yang memberikan tugas itu kepadanya, malaikat neraka menjelaskan kepada roh sang guru.
"Wah, ini kolusi, korupsi, di neraka dan sorga pun rupanya ada sistem nepotisme, harus ada reformasi." " Tunggu dulu, kalau saya ke sana, saya akan lakukan reformasi besar-besaran. Dan kau, malaikat neraka, kau sudah bisa menghitung hari-harimu. Sebentar lagi akan dipecat. Saya akan melaporkan kesalahanmu ini kepada Tuhan." Roh sang guru sudah tidak dapat menahan diri lagi.
Sebenarnya, malaikat neraka pun sudah bingung. Di mana letak kesalahannya? Sementara, roh sang guru masih mencaci maki dia, tiba-tiba, "Eh itu apa lagi, lihat di sana itu ada malaikat surga yang berseragam putih. Sedang ke mana dia?" Roh sang guru melihat malaikat surga dan kejauhan. "Panggil dia. Dia pasti sedang menjemput saya. Coba lihat surat perintahnya."
Malaikat neraka menggunakan telepon genggamnya untuk menghubungi malaikat surga, "Kawan, kau mau ke mana?" "Ah, kawan, aku sedang menjemput seorang wanita, nih."
"Wanita yang mana?"
"Wanita tuna susila."
"Tidak salahkah kau, sahabatku? Rupanya surat perintah kita tertukar. Saya justru disuruh menjemput seorang guru agama. Dia lagi marah-marah. Tinggalnya di mana wanita itu."
"Wah, harus dicek lagi, nih, rupanya salah. Wanita itu tinggal persis di depan rumah guru agama, yang rohnya kau jemput itu."
"Kalau begitu, ya, kau jemput saja wanita itu dan kita bertemu di lobby wisma surga-neraka."
"Saya juga ke sana dengan roh guru yang saya jemput. Nanti, kita cek di komputer."
"Lihat itu, betul kan, kalian sudah tidak becus mengurus semuanya ini. Sudah terlalu lama menjadi malaikat tidak terjadi pembaruan. Harus dilakukan reformasi. Tunggu saja kalian, nanti kalau murid-murid saya mati, saya akan ajak roh-roh mereka berdemonstrasi. Kalian harus mengundurkan diri, lengser ke prabon. Salah melulu-salah melulu."
Sebenarnya, itulah cara Anand Krishna meledek guru agama (kiai), malaikat, surga, dan neraka. Malaikat, surga, dan neraka begitu sakral dan menempati posisi pokok dalam rukun iman bagi kaum Muslim. Begitu beraninya Anand Krishna mempermainkan keimanan kaum Muslim. Cerita itu jelas khayalan dan merupakan pelecehan terhadap Islam. Gaya Anand Krishna seperti ini memang mirip dengan gaya Salman Rushdi (melalui novelnya The Satanic Verses) yang telah memancing reaksi keras kaum Muslim internasional.
Sumber :
http://alislamu.com/index.php?option=com_content&task=view&id=33&Itemid=10
0 komentar:
Posting Komentar