Zaid al-Khair



Diceritakan dalam buku-buku sastra. Imam Syaibani menceritakan dari seorang tua Bani ‘Amir, katanya : “Pada suatu ketika kami dapat musibah mengalami kemarau sehingga tanaman dan ternak kami binasa. Seorang laki-laki diantara kami pergi dengan keluarga ke Hirah lalu ditinggalkannya keluarganya disana. Katanya, ‘Tunggu aku di sini sampai aku kembali!’”

Kemudian diabersumpah tidak akan kembali kepada mereka, kecuali setelah berhasil memperoleh harta untuk mereka, atau dia mati. Maka disiapkannya perbekalan, lalu dia berjalan sepanjang hari. Ketika hari sudah malam dia sampai ke sebuah kemah, di dekat kemah itu terdapat seekor anak kuda. Katanya, “Inilah rampasanku yang pertama.” Lalu dihampirinya anak kuda itu dan dilepaskan ikatannya. Ketika dia hendak mengendarainya, tiba-tiba terdengar olehnya suatu suara memanggil. “Lepaskan anak kuda itu, dan pergilah kamu!” Maka ditinggalkannya kuda itu kemudian dia terus pergi meninggalkan tempat itu.

Tujuh hari tujuh malam lamanya berjalan. Akhirnya dia sampai ke sebuah tempat peristirahatan unta. Tidak jauh dari situ terdapat sebuah kemah besar bertenda kulit. Menunjukkan kekayaan dan kemewahan pemiliknya.

Laki-laki musafir itu berkata kepada dirinya sendiri, “Di sini tentu ada unta, dan di dalam sebuah kemah itu tentu ada penghuninya.”

Ketika hari hampir maghrib. Dia masuk ke dalam kemah, dan didapatinya seorang tua yang sudah udzur (jompo). Lalu dia duduk di belakang orang tua itu dengan sembunyi-sembunyi.

Tidak berapa lama kemudian, hari pun mulai gelap. Seorang penunggang kuda (Al-Faris) bertubuh tinggi besar datang ke kemah. Dua orang hamba sahayanya mengikuti dari kiri dan kanan dengan berjalan kaki. Mereka menggiring kira-kira seratus ekor unta yang didahului oleh seekor unta jantan yang besar. Bila unta jantan berlutut di tempat peristirahatan, berlutut pula seluruh unta betina.

Sambil menunjuk seekor unta betina yang gemuk, Al-Faris berkata kepada sahayanya, “Perah susu unta ini, kemudian suguhkan kepada Syekh (orang tua)!”

Sahaya itu segera memerah susu unta tersebut semangkuk penuh, lalu di hidangkannya kepada Syekh. Sesudah itu dia pergi. Orang tua itu meneguk susu tersebut seteguk dua teguk, sesudah itu diletakkannya kembali. Kata si Musafir, “Saya merangkak perlahan-lahan mendekati Syekh. Saya ambil bejana di hadapannya, lalu saya habiskan semua isinya.” Kemudian sahaya datang mengambil mangkuk susu. Dia berkata kepada majikannya, “Syekh telah menghabiskan minumannya.”

Al-Faris (si penunggang kuda) gembira seraya berkata kepada sahayanya, “Perah lagi susu unta ini!”, sambil menunjuk seekor unta yang lain. Sahaya itu segera melakukan perintah majikannya dan menghidangkan lagi semangkuk susu kepada Syekh. Syekh meminum susu seteguk lalu diletakkannya. Kemudian mangkuk susu itu diambil oleh si musafir dan diminumnya separuh, Katanya, “Saya enggan menghabiskannya, karena saya khawatir si penunggang kuda menaruh curiga.”

Kemudian Al-Faris memerintahkan sahaya yang lain menyembelih domba. Al-Faris memasak domba itu, kemudian memberi makan Syekh dengan tangannya sendiri sampai dia kenyang. Sesudah Syekh kenyang, barulah Al-Faris makan bersama-sama dengan kedua sahayanya. Tidak lama kemudian, mereka semua pergi tidur.

Sedang mereka tidur nyenyak, aku pergi ke tempat unta jantan. Lalu kulepas ikatannya, aku kendarai lalu pergi. Unta-unta lainnya mengikuti unta jantan pergi dan aku terus pergi tengah malam itu. Setelah hari mulai siang, aku melihat sekeliling. Ternyata tidak ada tampak orang menyusulku. Aku terus berjalan sampai tengah hari. Pada suatu ketika aku menoleh ke belakang. Tiba-tiba terlihat olehku di kejauhan suatu bayangan bergerak cepat menuju ke arahku, bagaikan seekor burung yang amat besar. Semakin lama, bayangan itu tambah dekat kepadaku dan tambah nyata. Akhirnya jelas bagiku, bayangan itu tak lain adalah Al-Faris (si penunggang kuda) mencari untanya yang kubawa pergi. Aku segera turun menambatkan unta jantan. Kemudian kukeluarkan anak panah dari tabung dan kupasang pada busur. Aku berdiri dengan posisi membelakangi unta-unta. Agak jauh di hadapanku berdiri Al-Faris. Dia berkata kepadaku, “Lepaskan unta jantan!” Jawabku, “Tidak! Keluargaku kutinggalkan di Hirah sedang kelaparan. Aku telah bersumpah tidak akan kembali kepada mereka sebelum berhasil membawakan mereka makanan atau aku mati karenanya.”

Kata Al Faris, “Jika tidak kamu lepaskan, kubunuh kamu. Lepaskan! Terkutuklah kamu!”

Jawabku, “Tidak! Tidak akan kulepaskan walau apa yang akan terjadi!.”

Kata Al Faris, “Celakalah kamu! Kamu Pencuri!”

Katanya pula melanjutkan, “Rentangkan tali buhul yang ditengah." Dia membidik, lalu melepaskan anak panahnya tepat mengenai sasaran bagai ditancapkan dengan tangan layaknya. Kemudian dipanahnya pula buhul kedua dan ketiga tanpa meleset sedikit juapun. Melihat kenyatan itu, anak panahku kumasukkan kembali ke dalam tabung. Aku berdiri dan menyerah. Dia datang menghampiriku, lalu diambilnya pedang dan anak panahku. Katanya memerintahku “Bonceng di belakangku!”

Aku naik membonceng di belakangnya. Dia bertanya, “Menurutmu hukuman apa yang akan kujatuhkan terhadap dirimu?”

Jawabku, “Tentu hukuman berat!”

Dia bertanya pula, “Mengapa!”

Jawabku, “Karena perbuatanku yang tidak terpuji dan menyusahkan engkau. Tuhan memenangkan engkau dan mengalahkanku!”

Katanya, “Mengapa kamu menyangka begitu? Bukankah kamu telah menemui ‘Muhailil’ (bapakku) makan, minum dan tidur semalam dengannya?”

Mendengar dia berkata ‘Muhailil’, aku bertanya kepadanya, “Apakah engkau ini Zaid al-Khail?”

Jawabnya, “Ya!”

Kataku, “Engkau penawan yang baik.”

Jawabnya, “Jangan kuatir!”

Dia membawaku kembali ke perkemahanya. Katanya, “Demi Tuhan! Seandainya unta-unta ini milikku sendiri, sungguh kuberikan semuanya kepadamu. Tetapi sayang, unta ini milik saudara perempuanku. Tinggallah disini barang dua tiga hari. Tidak lama lagi akan terjadi peperangan, dimana aku akan menang dan memperoleh rampasan.”

Hari ketiga dia menyerang bani Numair. Dia menang dan memperoleh rampasan hampir seratus ekor unta. Unta rampasan itu diberikannya semua kepadaku. Kemudian ditugaskannya dua orang pengawal untuk mengawal unta-unta itu selama dalam perjalanan sampai ke Hirah. Itulah karakter Zaid al-Khail pada masa Jahiliyah. Adapun bentuk kehidupannya dalam Islam, banyak ditulis orang dalam buku-buku sejarah.

Ketika berita mengenai munculnya nabi . Dengan dakwah yang didakwahkannya terdengar oleh Zaid al-Khail, maka disiapkannya kendaraannya. Kemudian diajaknya para pemimpin terkemuka dari kaumnya berkunjung ke Yatsrib (Madinah) menemui Nabi Muhammad . Satu delegasi besar terdiri dari pemimpin kaum pergi bersama-sama dengannya menemui Nabi yang mulia. Antara lain terdapat Zur bin Sadus, Malik bin Jubair, Amir bin Juwain dan lain-lain. Setibanya di Madinah, mereka terus menuju ke masjid Nabawi yang mulia dan memberhentikan unta mereka di depan pintu masjid. Ketika mereka masuk ke Masjid, kebetulan Rasulullah sedang berkhutbah di atas mimbar. Mereka tergugah mendengar ucapan-ucapan Rasulullah, dan kagum melihat kaum muslimin diam mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Ketika Rasulullah melihat mereka, beliau mengucapkan pidatonya kepada kaum muslimin : “Aku lebih baik bagi tuan-tuan sekalian daripada berhala ‘Uza dan sekalian berhala yang tuan-tuan sembah. Aku lebih baik bagi tuan-tuan daripada unta hitam dan daripada segala yang tuan-tuan sembah selain Allah.”

Ucapan-ucapan Rasulullah dalam pidatonya itu, sangat berkesan di hati Zaid al-Khair. Orang-orang serombongannya terbagi dua. Sebagian menerima panggilan yang hak, dan sebagian yang lain menolak dengan sombong. Sebagian mendambakan surga dan sebagian pasrah ke neraka. Melihat Rasulullah yang berpidato mempesona pendengarnya, dikelilingi orang-orang mukmin yang mencucurkan air mata kesedihan, timbul rasa benci dalam hati Zur bin Sardus yang penuh ketakutan. Dia berkata kepada kawan-kawannya, “Demi Tuhan! Orang ini pasti akan menguasai seluruh bangsa Arab. Demi Tuhan! Saya tidak akan membiarkan kuduk saya dikuasainya selama-lamanya.”

Kemudian dia pergi ke negeri Syam. Disana dia mencukur rambutnya seperti pendeta, kemudian dia masuk agama Nasrani.

Zaid al-Khail lain lagi. Ketika Rasulullah selesai berpidato, ia berdiri diantara jamaah kaum muslimin. Zaid seorang laki-laki ganteng, cakap dan berperawakan tinggi. Kalau menunggang kuda, kakinya tergontai hampir sampai tanah. Dia berdiri dengan tubuhnya yang tegap dan berbicara dengan suaranya yang lantang. Katanya, “Ya, Muhammad! Saya bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah, dan sesungguhnya engkau Rasulullah.”

Rasulullah menoleh kepadanya seraya bertanya, “Siapa Anda?”

Jawab Zaid, “Saya Zaid al-Khail bin Muhailil.”

Kata Rasulullah , “Tentunya Anda Zaid al-Khair, bukan lagi Zaid al-Khail. Segala puji bagi Allah yang membawa Anda ke sini dari kampung Anda, dan melunakkan hati Anda menerima Islam. Sejak itu Zaid al-Khail terkenal dengan nama Zaid al-Khair."

Kemudian Rasulullah membawanya ke rumah beliau, diikuti Umar bin Khatthab dan beberapa sahabat lain. Sesampainya di rumah Rasulullah, beliau melepaskan alas duduknya kepada Zaid. Tetapi Zaid al-Khair segan menerima dan mengembalikannya kepada beliau. Rasulullah melemparkannya sampai tiga kali, tetapi Zaid al-Khair tetap menolak, karena merasa rikuh duduk di alas duduk Rasulullah yang mulia.

Setelah Zaid duduk dengan tenang di dalam majelis, Rasulullah berkata, “Belum pernah saya mengenal seseorang yang ciri-cirinya berlainan daripada yang disebutkan orang kepadaku melainkan Anda seorang. Hai Zaid! Dalam diri Anda terdapat dua sifat yang disukai Allah dan Rasul-Nya.”

“Apa itu, ya Rasulullah?” tanya Zaid.

Jawab Rasululah, “Kesabaran dan penyantun.”

Kata Zaid, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikanku memiliki sifat-sifat yang disukai Allah dan Rasul-Nya.”

Kemudian dia berkata lebih lanjut, “Berilah saya tiga ratus penunggang kuda yang cekatan. Saya berjanji kepada Anda akan menyerang negeri Rum dan mengambil negeri itu dari tangan mereka.”

Rasulullah mengagumi cita-cita Zaid itu. Kata beliau, “Alangkah besarnya cita-cita Anda, hai Zaid. Belum ada orang yang seperti Anda.”

Sebagian orang menemani Zaid, masuk Islam bersamanya. Ketika Zaid dan orang-orang yang sepaham dengannya hendak kembali ke Nejed, Rasulullah berkata, “Alangkah baiknya dia. Banyak keuntungan yang mungkin terjadi seandainya dia selamat dari wabah yang berjangkit di Madinah.”

Saat itu Madinah Al-Munawarah sedang dilanda wabah demam panas. Pada suatu malam Zaid al-Khair diserang penyakit tersebut. Zaid al-Khair berkata kepada pengikutnya, “Singkirkan saya ke kampung Qais! Sesungguhnya antara kita dengan mereka tidak ada permusuhan Jahiliyah. Tetapi demi Allah! Saya tidak ingin membunuh kaum muslimin sehingga mereka mati kena wabah penyakitku ini.”

Zaid al-Khair meneruskan perjalanan ke kampungnya di Nejed. Tetapi sayang demamnya makin menjadi-jadi. Dia ingin menemui kaumnya di Nejed dan mengharapkan agar mereka masuk Islam di tangannya. Dia telah bercita-cita yang baik. Tetapi suatu cobaan mendahuluinya sebelum cita-citanya terlaksana. Tidak lama kemudian dia menghembuskan nafasnya yang terakhir di perjalanan. Sedikit sekali waktu terluang baginya sesudah dia masuk Islam, sehingga tidak ada peluang untuk berbuat dosa. Dia meninggal tidak lama sesudah dia menyatakan Islamnya dihadapan Rasulullah .

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.