Seberapa luaskah kehidupan yang anda jalani saat ini? Seluas dunia tempat anda berpijak saat ini? Atau.. Cuma sebatas lingkup negeri anda.
Bahkan ada yang cuma sebatas lingkungannya saja. Dan yang parah lagi cuma sebatas rumah tempat tinggalnya. Jika demikian keadaannya maka sungguh ironis keadaan anda.
Bagaimana tidak,mempersempit dunia yang sudah sempit ini. Yang parah lagi ialah mereka yang menghabiskan waktunya berjam-jam tiap harinya di depan layar televisi yang cuma beberapa puluh inch saja.
Di dalam Islam, kehidupan tidaklah sesempit itu. Islam mengantarkan seseorang dari kehidupan yang sempit menuju kepada kehidupan yang luas. Karena di dalam ajaran agama ini meyakini adanya kehidupan yang kekal.. yang abadi.. yang selama-lamanya. Seorang muslim tidaklah memikirkan serta mengurusi dunia melulu, namun yang menjadi acuan terpenting baginya adalah kehidupan akhiratnya.
Di dalam Islam, kehidupan tidaklah sesempit itu. Islam mengantarkan seseorang dari kehidupan yang sempit menuju kepada kehidupan yang luas. Karena di dalam ajaran agama ini meyakini adanya kehidupan yang kekal.. yang abadi.. yang selama-lamanya. Seorang muslim tidaklah memikirkan serta mengurusi dunia melulu, namun yang menjadi acuan terpenting baginya adalah kehidupan akhiratnya.
Karena kehidupan berikutnya lah yang hakiki. Kehidupan saat ini hanyalah sesaat saja. Andai seorang sukses dalam kehidupan dunianya, maka kesuksesannya tersebut cuma sebentar saja. Maka bagi orang beriman tentu lebih mengutamakan kehidupan yang abadi dibandingkan dengan yang sesaat.
Seseorang yang mencari kebahagiaan di luar jalan agama ini, seperti halnya mencari mata air di gurun pasir yang luas lalu ia melihat fatamorgana di seberang dan ia menyangka bahwa itulah mata air yang ia cari. Maka tentu saja yang ia temui bukanlah kesejukan, tapi justru kepayahan dan kekecewaan.
Seseorang yang mencari kebahagiaan di luar jalan agama ini, seperti halnya mencari mata air di gurun pasir yang luas lalu ia melihat fatamorgana di seberang dan ia menyangka bahwa itulah mata air yang ia cari. Maka tentu saja yang ia temui bukanlah kesejukan, tapi justru kepayahan dan kekecewaan.
Lihatlah orang-orang yang sibuk mencari,mengumpulkan, menimbun harta tanpa tujuan akhirat maka yang mereka dapatkan hanyalah penderitaan,karena prasangka mereka tentang kebahagiaan adalah semu. Lalu bagaimana seharusnya ???
Agama ini tidaklah melarang seseorang untuk mengumpulkan harta benda. Asalkan cara mendapatkannya benar dan tidak merugikan orang lain (tidak menipu, memeras,mengambil tanpa izin dsb). Dan mencari yang halal bahkan diwajibkan di dalam Islam. Hanya saja ada batasnya. Yaitu selama harta benda atau semisalnya tersebut tidaklah membuat lalai kepada Penciptanya. Ingatlah kisah korun dan hartanya dengan Nabiyyulloh Musa a.s.
Jika demikian keadaannya, yaitu harta telah membuat lalai dari mengingat Alloh serta dari kewajiban lainnya maka ibarat anak yang disuruh oleh orang tuanya membeli keperluan di pasar, namun karena anak tersebut tertarik dengan mainan-mainan maka dihabiskan uang orang tuanya untuk membeli mainan-mainan tersebut.
Agama ini tidaklah melarang seseorang untuk mengumpulkan harta benda. Asalkan cara mendapatkannya benar dan tidak merugikan orang lain (tidak menipu, memeras,mengambil tanpa izin dsb). Dan mencari yang halal bahkan diwajibkan di dalam Islam. Hanya saja ada batasnya. Yaitu selama harta benda atau semisalnya tersebut tidaklah membuat lalai kepada Penciptanya. Ingatlah kisah korun dan hartanya dengan Nabiyyulloh Musa a.s.
Jika demikian keadaannya, yaitu harta telah membuat lalai dari mengingat Alloh serta dari kewajiban lainnya maka ibarat anak yang disuruh oleh orang tuanya membeli keperluan di pasar, namun karena anak tersebut tertarik dengan mainan-mainan maka dihabiskan uang orang tuanya untuk membeli mainan-mainan tersebut.
Setelah sampai di rumah dan ditanya oleh orang tuanya, maka alangkah marahnya orang tuanya. Karena si anak tidak menunaikan perintah orang tuanya, malahan yang dilakukan adalah menuruti maunya sendiri.
Sejenak kita layangkan ingatan kepada kisah Nabi Sulaiman a.s yang mempunyai kuda-kuda perang yang bagus lagi elok. Kuda-kuda yang bertanduk, yang digunakan untuk fii sabilillah. Suatu hari saking asyiknya beliau a.s merawat kuda-kudanya di waktu ‘asar, beliau telah lupa mengingat Alloh. Maka seketika, dibunuhlah kuda-kuda tersebut. Inilah bukti kecintaan beliau a.s kepada Alloh SWT jauh lebih dalam dibandingkan kepada yang dimiliki beliau. Maka oleh Alloh SWT, Digantilah kuda-kuda itu dengan kendaraan yang lebih baik, yaitu angin yang bisa membawa beliau bepergian.
Maka kembali kepada pembicaraan mengenai hijrah, bahwa secara hakiki bisa diartikan pindah dari keburukan menuju kebaikan. Dari kesempitan menuju kelapangan, dalam hal pandangan.
Dari kebodohan menuju kecerdasan (cerdas menurut Islam adalah memilih/mengutamakan akherat daripada dunia). Dan jangan pula kita salah mengartikan, yaitu memisah-misahkan hakekat dengan syariat. Dalam hal syariat, yang benar adalah mengikuti Beliau Rosululloh Muhammad saw dengan semua ajaran beliau.
Semua sunnah-sunnah (yang beliau kerjakan) tiadalah sia-sia. Satu saja sunnah beliau lebih baik dari dunia serta segala isinya. Bahkan sebagian ‘ulama mengatakan bahwa satu saja dari sunnah beliau lebih baik daripada surga (maksud sunnah di sini bukanlah hukum; hukum wajib atau sunnah, namun segala yang dilakukan oleh beliau saw).
Bagi yang telah menemukan kunci dari kebahagiaan dunia dan akherat serta mengamalkannya, maka merekalah yang telah sukses dalam kehidupan ini dan berikutnya.
Bagi yang telah menemukan kunci dari kebahagiaan dunia dan akherat serta mengamalkannya, maka merekalah yang telah sukses dalam kehidupan ini dan berikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar