Alhamdulillah wa Sholatu wa Salamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala Alihi wa Ashabihi Ajma’in. Amma ba’du,
Masalah ini merupakan masalah lanjutan dari pembahasan kita yang telah lalu yaitu kaidah penting seputar niat. Pembahasan ini merupakan sebuah penjelasan singkat dari sebuah hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallamyang diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas Rodhiyallah ‘Anhuma yang merupakan salah satu hadits Qudsi,

 إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللَّهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً

“Sesungguhnya Allah telah menetapkan (terjadinya dan pahala atas) kebaikan dan (terjadinya dan dosa atas) keburukan lalu menjelaskan hal itu. Maka barangsiapa yang memiliki himmah/azam untuk melakukan kebaikan namun tidak mengamalkannya maka Allah telah menetapkan baginya sebuah kebaikan/pahala yang sempurna. Apabila dia memiliki himmah/azam dan dia melaksanakannya maka baginya 10 kebaikan/pahala hingga 700 bahkan hingga kelipatan yang banyak. Apabila dia memiliki himmah/azam untuk melakukan keburukan namun tidak jadi melakukannya maka Allah menetapkan sebuah pahala/kebaikan yang sempurna untuknya. Apabila dia memiliki himmah/azam dan ia melakukannya maka baginya sebuah keburukan/dosa[1]

Yang dimaksud dengan (هَمَّ) adalah memiliki azam/niat kuat di dalam hati untuk melakukan sesuatu dan bukanlah sekedar lintasan hati.
Jika diantara kita ada yang bertanya-tanya, mengapa orang yang tidak melakukan kebaikan mendapatkan pahala ?
Maka jawabannya adalah orang yang berazam/berniat kuat di dalam hati untuk melakukan kebaikan itu ada tiga jenis.
[1]. Orang yang berazam/berniat kuat di dalam hati untuk melakukan kebaikan dan berusaha mengambil sebab-sebab menuju hal tersebut namun dia tidak kesampaian melakukannya. Maka yang demikian inilah yang mendapatkan pahala yang sempurna.
Berdasarkan firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ

 “Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah ditetapkan pahalanya di sisi Allah”. (QS. An Nisaa’ [4] : 100)

Demikian juga jika ada seseorang yang telah berjalan menuju mesjid untuk melaksanakan sholat wajib secara berjama’ah dengan berdiri kemudian setibanya di sana dia tidak mampu melaksanakan sholat dalam keadaan berdiri maka orang yang demikian ini telah mendapatkan pahala sebagaimana pahala sholatnya dengan berdiri karena dia telah berusaha untuk melakukannya dan telah mengambil sebabnya namun karena tidak mampu maka ia tidak jadi melakukannya.
[2]. Orang yang berazam/berniat kuat di dalam hati untuk melakukan kebaikan namun ia meninggalkannya karena ingin melakukan kebaikan yang lebih utama dari hal yang pertama maka orang yang demikian ini mendapatkan pahala atas kabaikan yang lebih utama tadi dan mendapatkan pahala berupa kebaikan di dunia atas azam niat kuat di dalam hatinya atas perbuatan yang pertama tadi.
Dalil tentang hal ini adalah

أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَوْمَ اَلْفَتْحِ: يَا رَسُولَ اَللَّهِ! إِنِّي نَذَرْتُ إِنْ فَتَحَ اَللَّهُ عَلَيْكَ مَكَّةَ أَنْ أُصَلِّيَ فِي بَيْتِ اَلْمَقْدِسِ, فَقَالَ: “صَلِّ هَا هُنَا” . فَسَأَلَهُ, فَقَالَ: “صَلِّ هَا هُنَا”. فَسَأَلَهُ, فَقَالَ: “شَأْنُكَ إِذًا”

“Dahulu di zaman Nabi ada seseorang laki-laki yang mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika terjadi penaklukan kota Mekkah. Dia mengatakan, “Wahai Rosulullah sesungguhnya aku punya nadzar akan di Baitul Maqdis jika Allah taklukkan bagimu kota Mekkah”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Sholatlah di sini (Masjidil Haram)”. Beliau mengatakan hal itu berkali-kali. Lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan, “Kalau begitu tunaikanlah urusanmu”[2].

[3]. Seseorang yang meninggalkan untuk melakukan kebaikan karena malas. Misalnya seseorang yang berniat untuk sholat dhuha sebanyak dua rokaat kemudian ada orang yang mengetuk pintunya kemudian dia mengatakan, “Marilah bertamasya”. Lalu orang tersebut meninggalkan sholat dhuha/tidak jadi mengerjakannya dan bertamasya dengan temannya tadi. Maka yang demikian ini diganjar pahala atas niat dan azamnya yang pertama dan tidak mendapatkan pahala dari perbuatan amal ibadah yang telah diniatkannya tadi. Karena dia tidak melakukannya bukan karena udzur dan tidak juga seperti jenis yang kedua.
Dalam hadits dari ‘Abdullah bin ‘Abbas Rodhiyallahu ‘anhuma di atas NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam mengatakan,

وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللَّهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً

“Apabila dia memiliki himmah/azam untuk melakukan keburukan namun tidak jadi melakukannya maka Allah menetapkan sebuah pahala/kebaikan yang sempurna untuknya”.

Terdapat dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan Abu HuroirohRodhiyallahu ‘anhu,

إِنَّمَا تَرَكَهَا مِنْ جَرَّاىَ

“Sesungguhnya dia meninggalkannya (keburukan) karena takut kepadaKu”[3].

Ketahuilah bahwasanya orang yang meninggalkan sebuah amal ada 4 jenis :
[1]. Seseorang yang berazam/berniat kuat di dalam hati dan bukan sekedar lintasan hati untuk melakukan keburukan kemudian ia tidak jadi melakukannya karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla maka inilah yang akan mendapatkan pahala. Maka ditetapkan baginya pahala yang sempurna.
[2]. Seseorang yang berazam/berniat kuat di dalam hatiuntuk melakukan keburukan namun ia telah melakukan sebab-sebabnya namun dia tidak mampu melakukannya seperti seseorang yang dikabarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

….عَبْدٍ لَمْ يَرْزُقْهُ اللهُ مَالاً وَلاَ عِلْماً ، فَهُوَ يَقُولُ : لَوْ أنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بعَمَلِ فُلاَنٍ…

…..“Seorang hamba yang tidak diberikan Allah rizki dan ilmu dan iya mengatakan, “Seandainya aku punya harta maka aku akan melakukan keburukan sebagaimana perbuatan si fulan….”[4].

Maka orang yang demikian mendapatkan dosa atas niat buruknya tadi namun tidak mendapatkan dosa sebagaimana orang yang melakukannya.

[3]. Seseorang yang berazam/berniat kuat di dalam hati untuk melakukan keburukan bahkan ia telah melakukan sebab-sebabnya akan tetapi tidak mampu melakukannya. Maka untuk orang yang demikian ini tercatat baginya dosa yang sempurna (niat dan perbuatannya).

Dalilnya adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

إِذَا التَقَى المُسْلِمَانِ بِسَيْفَيْهِمَا ، فَالْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ ، قُلْتُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا الْقَاتِلُ ،

فَمَا بَالُ الْمَقْتُولِ ؟ قَالَ : إِنَّهُ كَانَ حَرِيصًا عَلَى قَتْلِ صَاحِبِه

“Jika ada dua orang yang bertemu dan berniat saling bunuh dengan masing-masing membawa pedang maka pembunuh dan yang dibunuh di dalam neraka”. Aku (Al Ahnaf bin Qois) tanyakan kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Wahai Rosulullah kalau pembunuh kami paham namun bagaimana orang yang dibunuh mengapa di neraka juga?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjawab, “Karena sesungguhnya dia juga berhasrat kuat ingin membunuh pembunuhnya”[5].

Maka ditetapkanlah atas orang tersebut dosa sebagaimana pembunuh.

[4]. Seseorang yang berazam/berniat kuat di dalam hati untuk melakukan keburukan namun kemudian ia mengurungkan niatnya tersebut bukan karena tidak mampu juga bukan karena takut kepada Allah. Maka orang yang demikian tidak mendapat pahala tidak juga mendapat dosa.

Mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sebagai tambahan amal dan pembaca sebagai tambahan ilmu dan amal.
[diringkas dari kitab Syarh Al Arab’in An Nawawiyah oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin hal. 399-401 terbitan Musasah Risalah, Beirut, Lebanon]
Selepas Isya’, 17 Jumadil Akhir 1433 H/ 09 Mei 2012 M
Aditya Budiman bin Usman
-Semoga Allah menjauhkan kami dari api neraka-


[1] HR. Bukhori no. 6491 dan Muslim no. 131
[2] HR. Ahmad no. 363/III, Abu Dawud no. 3305 dan Al Hakim no. 304/IV
[3] HR. Muslim no. 128
[4] HR. Tirmidzi no. 2325 dinilai hasan shohih oleh Tirmidzi dan dinilai shohih oleh Al Albani.
[5] HR. Bukhori no. 31 dan Muslim 14.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.