Berapa banyak dari kita yang mendambakan merasakan kekhusyukan dalam shalat kita. Sekian lama berusaha tetapi tidak juga terasa nikmat ibadah itu. Banyak resep sudah kita cobakan tetapi belum berhasil juga. Selalu saja lintasan pikiran itu menyelinap di tengah kenikmatan shalat. Kunci yang hilang, janjian dengan teman, jawaban soal ujian tadi siang, dan sebagainya, semua tiba-tiba ingat. Kita segera berusaha menepisnya. Tetapi tidak lama kemudian lintasan pikiran itu datang lagi. Jangan-jangan kejadian ini yang sering kita alami dan itu berlangsung hingga di akhir shalat kita.

Kisah Anak dan Burung Pipit

Ada sebuah kisah

Ada seorang anak yang sedang belajar, mempersiapkan ulangan penting di keesokan harinya. Begitu seriusnya anak ini belajar. Di tengah keseriusan belajarnya itu, datanglah serombongan burung pipit bertengger di pohon di samping jendela kamarnya. Kontan anak ini menjadi terganggu belajarnya mendengar suara serombongan burung pipit itu. Dengan sedikit emosi anak ini bangkit berdiri, menghampiri jendela dan berteriak menghalau burung pipit dari pohon di samping jendela kamarnya. Burung pipitpun segera tunggang langgang terbang ketakutan mendengar teriakan emosi sang anak.

Segera si anak segera menghampiri bukunya lagi dan mencoba kembali tenggelam dalam keseriusan belajarnya. Belum sempat kembali konsentrasi belajar yang sempat buyar, rombongan burung pipit sudah kembali datang bertengger dan mengganggu lagi. Si anak bangkit lagi, teriak-teriak lagi mengusir si rombongan burung pipit. Tetapi selalu saja si rombongan burung pipit datang lagi bertengger di pohon samping jendela kamarnya.

Waktu berlalu, dan si anak bukannya belajar tetapi justru sibuk menghalau si rombongan burung pipit. Sang Bapak si anak tadi memperhatikan sambil prihatin melihat apa yang dilakukan anaknya. Sang bapak berkata lembut, “mengapa tidak kau tebang saja pohon itu?”. “Jika kau tebang pohon itu si rombongan burung itu tidak akan datang lagi mengganggumu.”

Si anak kemudian segera menebang pohon itu. Dan ternyata benar. Si rombongan burung itu entah pergi ke mana dan tidak mengganggu lagi.



Keluarkan Dunia Dari Hati Kita

Jangan-jangan kita masih seperti itu di dalam shalat. Sibuk untuk menepis lintasan pikiran yang mengganggu ketenangan hati kita. Jika ya, maka kita perlu menebang pohon di samping jendela hati kita. Apakah pohon itu? Pohon itu adalah syahwat kita, hawa nafsu kita. Kita mesti menebang hawa nafsu kita.

Menebang hawa nafsu ini dalam arti dikelola dengan baik. Jangan diartikan menghilangkan hawa nafsu, karena hawa nafsu tidak bisa dihilangkan selama manusia masih hidup. Jika hawa nafsu diperturutkan akan merusak hidup. Jika hawa nafsu tidak dipenuhi juga akan merusak hidup. Maka hawa nafsu harus dikelola dengan baik. Sabda Nabi SAW “Tidak sempurna iman seseorang sebelum hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa”. Artinya seorang muslim yang baik mesti mengelola hawa nafsu agar sesuai dengan syariat yang di bawa rasulullah.

Maka semestinya kita menempatkan dunia yang senantiasa menggoda hawa nafsu kita ini seperti Sayyidina Abu Bakar Asysyidiq yang pernah berdoa "Ya Allah, jadikanlah dunia di tangan kami, bukan di hati kami."

Penting sekali untuk menempatkan dunia bukan di hati kita. Kita mencarinya, tetapi dunia bukanlah urusan terbesar kita. Bahkan semestinya dunia dicari dalam kerangka beribadah, dalam rangka taat kepada Allah. Sehingga dunia tidak menjadi sesuatu yang kita pikirkan setiap waktu. Karena dalam setiap urusan kita, kita selalu ingat kepada Allah, selalu dalam rangka taat kepada Allah. Urusan terbesar kita adalah mendekat pada Allah, dengan ibadahnya yang wajib, dan meraih cinta Allah dengan ibadahnya yang sunnah. Mencari keridhaan Allah.

Ibnu ‘Athailllah dalam Al Hikam, berkata :

“Bagaimana dapat bersinar kalbu seseorang yang gambaran dunia terlukis di dalamnya.

Bagaimana akan menuju Allah sementara ia masih terbelenggu syahwatnya.

Bagaimana akan masuk menemui Allah sementara ia masih belum bersih dari najis kelalaian”

Jangan-jangan dalam Shalat kita masih banyak memikirkan pekerjaan, memikirkan anak istri, memikirkan makanan, memikirkan semua urusan keduniaan. Bagaimana mungkin orang yang urusannya terbesar hidupnya, yang hampir seluruh waktunya untuk memikirkan dunia akan merasa nyaman bersanding, berkhalwat, berlama-lama dengan Dzat yang Maha Ghaib.

Jangan-jangan Kita Banyak bermaksiat

Suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal ditanya oleh seseorang “ Wahai Imam aku sudah bersuci, tidur di awal waktu, serta ingin melakukan Qiyamullail dan Shalat Shubuh. Tetapi aku tidak bangun, kenapa bisa terjadi?”

Imam Ahmad menjawab “ Dosa-dosamu membelenggumu. Karena itu jangan bermaksiat kepada Allah di siang hari agar bisa bangun di malam hari dan bisa Shalat Shubuh”.

Jika maksiat menyebabkan seseorang sulit bangun untuk shalat malam dan Shalat Shubuh, maka bagaimana mungkin Allah akan membukakan pintu kekhusyukan dalam setiap ibadah orang yang senang bermaksiat. Jangan-jangan kita tenggelam dalam kelalaian dan penuh gelimang maksiat dan dosa. Hingga kekhusyukan tidak pernah kita rasakan.

Pesan Ibnul Qayyim

Meskipun kita belum juga merasakan nikmat ibadah itu. Jangan berhenti. Terus berusaha. Ibnul Qayyim Al Jauziah berpesan 3 perkara pada kita.

“Jangan bosan berdiri di depan pintu-Nya, meskipun engkau diusir

Jangan berhenti meminta maaf meski engkau ditolak

Ketika pintu dibuka bagi orang lain yang diterima, cepatlah ikut menerobos tadahkan tangan dan ucapkan “Aku orang miskin, kasihanilah aku””

Jika engkau ingin menangis dalam shalatmu tapi tidak bisa. Engkau ingin khusyuk dalam shalat tapi tidak tahu caranya. Maka jangan menyerah. Berusahalah terus. Ketuk terus pintu Allah, mohonlah ampunan terus kepada Allah. Barangkali kita masih banyak bermaksiat, kemudian meminta ampunan kepada Allah, tetapi kembali lagi mengulangi, bermaksiat kepada Allah. Berusahalah dan kurangi semaksimal mungkin maksiatm u. Dan jangan ulangi. Jika ada orang lain yang dibukakan pintu hidayah, ikutlah menerobos. Maka ikutlah dalam jamaah. Jamaah Shalat, Jamaah Tadarus Al Qur’an, Jamaah dzikir, dan sebagainya. Siapa tahu ada yang dibukaan pintu hidayah oleh Allah, dan kita bisa ikut numpang mendapatkan hidayah Allah. 

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.