Begitu banyak pertanyaan tentang shalat hajat. Sebagian kaum muslimin menjadi bingung dengan shalat ini, apakah ia shalat yang disunnahkan atau tidak? Berikut saya akan tulis intisari dari penjelasan yang terdapat pada situs tanya jawab Islam www.islamqa.com:
Terdapat empat riwayat dalam masalah shalat hajat: dua riwayat adalah hadis maudhu (palsu); salah satunya disebutkan bahwa shalat hajat dilakukan dua belas rakaat, yang satunya lagi disebutkan dua rakaat. Riwayat yang ketiga adalah hadis yang lemah sekali (dhaif jiddan), dan riwayat yang keempat adalah hadis dhaif. Pada keduanya disebutkan shalat hajat dilakukan dua rakaat.

Hadis pertama:
Yaitu hadis yang diterima dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
( اثنتا عشرة ركعة تصليهن من ليل أو نهار وتتشهد بين كل ركعتين ، فإذا تشهدت من آخر صلاتك فأثنِ على الله ، وصلِّ على النبي صلى الله عليه وسلم ، واقرأ وأنت ساجد فاتحة الكتاب سبع مرات ، وقل : لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير عشر مرات ، ثم قل : اللهم إني أسألك بمعاقد العز من عرشك ومنتهى الرحمة من كتابك واسمك الأعظم وجدك الأعلى وكلماتك التامة ، ثم سل حاجتك ثم ارفع رأسك ، ثم سلِّم يميناً وشمالاً ولا تعلموها السفهاء فإنهم يدعون بها فيستجاب لهم )
Duabelas rakaat engkau shalat pada malam atau siang hari, engkau lakukan tasyahhud setiap dua rakaat. Ketika engkau tasyahhud pada akhir shalamu, maka memujilah kepada Allah dan shalawatlah kepada Nadi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bacalah dalam keadaan sujud surat Al Fatihah sebanyak tujuh kali, lalu ucapkanlah laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lahu, lahul mulmu wa lahul hamdu, wa huwa ‘ala kulli syaiin qadiir (tidak ada yang berhad disembah kecuali Allah saja dan tidak ada sekutu baginya, milik-Nya kerajaan dan segala pujian, dan Dia Mahamampu atas segala sesuatu) sebanyak sepuluh kali. Kemudian ucapkanlah Allahumma innii as`aluka bi maqaa’idil ‘izz min ‘arsyika wa muntahar rahmah min kitaabika was mikal a’dzam wa jaddikal ‘alaa wa kalimaatikat taamah)”
(Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan tempat-tempat duduk kemulian dari Arasy-Mu dan akhir rahmat dari kitab-Mu, nama-Mu yang paling agung, kesunguhan-Mu yang paling tinggi dan kalimat-kalimat-Mu yang sempurna) Kemudian mohonlah kebutuhanmu dan angkatlah kepalamu, lalu salamlah ke kanan dan ke kiri. Dan janganlah engkau mengajarkannya kepada orang-orang bodoh, karena jika mereka berdoa dengannya, maka doa mereka akan dikabulkan.”
Diriwayatkan oleh IbnujlJauzi dalam “Al Madhu’aat” (2/63) dari jalur Amir bin Khaddas, dari Amr bin Harun Al Balakhy. Dan Ibnul jauzi menukil dari Ibnu Ma’ib bahwa ia memvonis dusta Amr Al Balakhy. Kemudian berkata, telah sah dari Nabi larangan untuk membaca Alquran dalam sujud. [Lihat: “Al Maudhuu’aat” (2/63) dan “Tartiib Al Maudhuu’aat”, Adz-Dzahaby (hal. 167)]
Pada lafadz doa “maqaa’idil ‘izz min ‘Arsyillah” (tempat-tempat duduk kemuliaan dari Arasy Allah) terdapat silang pendapat antara para ulama, tergantung kepada maksud dari lafadz yang tidak terdapat dalam syariat ini. Sebagian para ulama melarang berdoa dengan lafadz ini. Diantaranya Imam Abu Hanifah. Dengan alasan karena ia termasuk tawassul yang bid’ah. Sebagiannya membolehkan karena mereka memandang bahwa hal itu termasuk tawassul dengan sifat Allah azza wa jalla, bukan berarti mereka membolehkan tawasul dengan makhluk.
Syaikh Al Albany –rahimahullah- berkata:
“Saya katakan: akan tetapi atsar itu batil dan tidak sah. Diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam “Al Maudhuu’aat”, ia berkata, “Hadis ini maudhu, tidak diragukan lagi.”, disepakati oleh Az Zaila’iy dalam “Nashbu Ar Raayah” (273), maka tidak dapat dijadikan hujjah, walaupun ucapan “As1aluka bi maqaa’idil ‘izz min Arsyika” termasuk tawasul dengan sifat Allah azza wa jalla. Ia adalah tawasul yang disyariatkan dengan dalil-dalil yang lain, yang cukup daripada mengambil hadis maudhu ini.”
Syaikh Shaleh Al Fauzan -hafizdahullah- berkata:
“Pada hadis ini terdapat keanehan, yaitu berupa disyariatkannya membaca Al Fatihah pada bukan dalam keadaan berdiri, yaitu pada ruku  atau sujud, dan mengulang-ulangnya. Begitu juga dalam masalah memohon dengan tempat-tempat duduk kemuliaan dari Arasy dan yang lainnya. Semuanya perkara yang aneh. Maka bagi yang bertanya hendaknya tidak mengamalkan hadis ini. Dalam hadis-hadis yang shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak bermasalah, padanya terdapat ibadah-ibadah, shalat-shalat dan ketaatan-ketaatan yang disunnah yang lebih baik dan sudah mencukupi insya Allah.” (Al Muntaqaa min Fatawa Syaikh Al Fauzan: 1/46)
Telah valid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau melarang untuk membaca Alquran ketika ruku atau sujud.
عن علي بن أبي طالب رضي الله عنه قال : نهاني رسول الله صلى الله عليه وسلم أن أقرأ راكعاً أو ساجداً . رواه مسلم ( 480 )
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah melarangku untuk membaca (Alquran) ketika ruku atau ketika sujud.” (HR Muslim)

Hadis kedua:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ( جاءني جبريل عليه السلام بدعوات فقال : إذا نزل بك أمر من أمر دنياك فقدمهن ثم سل حاجتك : يا بديع السموات والأرض ، يا ذا الجلال والإكرام ، يا صريخ المستصرخين ، يا غياث المستغيثين ، يا كاشف السوء ، يا أرحم الراحمين ، يا مجيب دعوة المضطرين ، يا إله العالمين ، بك أنزل حاجتي وأنت أعلم بها فاقضها )
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhumaa, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jibril ‘alahis salam datang kepadaku dengan doa-doa, ia berkata, “Jika kamu mendapati perkara dari perkara duniamu, maka kedepankanlah ia kemudian mohonlah kebutuhanmu: Yaa badii’as samaati wal ardi, yaa dzal jallaali wal ikraam, yaa shariikhal mustashrikhiin, yaa ghayyaatsal mustaghiitsiin, yaa kaasyifas suu`, yaa arhamar rahimin, yaa mujiibas da’watil mudhtharriin, yaa ilaahal ‘aalamiin, bika anzilu haajati wa anta ‘alamu bihaa faqdhihaa. (Wahai Yang menciptakan langit-langit dan bumi wahai Dzat yang agung dan mulia, wahai Yang Maha menolong orang-orang yang meminta pertolongan, wahai Yang mampu menghapus segala keburukan, wahai Yang Maha pengasih, wahai Yang mengabulkan doa orang-orang yang dalam kesukaran, wahai Dzat yang berhak disembah oleh seluruh alam, kepada-Mu aku memohon kebutuhanku, dan Engkau lebih tahu tentangnya, maka takdirkanlah)
Diriwayatkan oleh Al Ashbahany –sebagaimana dalam “At Targhiib wat Tarhiib” (1/275), disebutkan oleh Syaikh Al Albany –rahimahullah- dalam “Dha’iifut Targhiib” (419), dan “As Silsilah Al Dha’iifah” (5298) bahwa ia hadis madhuu`

Hadis ketiga:
عن عبد الله بن أبي أوفى قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” من كانت له إلى الله حاجة أو إلى أحد من بني آدم فليتوضأ فليحسن الوضوء ثم ليصل ركعتين ثم ليثن على الله وليصل على النبي صلى الله عليه وسلم ، ثم ليقل : لا إله إلا الله الحليم الكريم ، سبحان الله رب العرش العظيم ، الحمد لله رب العالمين ، أسألك موجبات رحمتك ، وعزائم مغفرتك ، والغنيمة من كل بر ، والسلامة من كل إثم ، لا تدع لي ذنبا إلا غفرته ، ولا هما إلا فرجته ، ولا حاجة هي لك رضا إلا قضيتها يا أرحم الراحمين )
Dari Abdullah bin Abi Aufa, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang memiliki kebutuhan kepada Allah, atau kepada manusia, maka hendaknya ia berwudhu dan memperbagus wudhunya. Kemudian ia shalat dua rakaat, lalu memuji Allah dan bersahalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mengucapkan: laa ilaaha illallahul haliimul kariim, subhaanallahu rabbul ‘arsyil adziim, alhamdulillahi rabbil ‘aalamin, as`aluka muujibaati rahmatika, wa ‘azaaimi maghfiratika, wal ghaniimaha min kulli birrin, was salaamata min kulli itsmin, laa tada’ lii dzanban illaa ghafartah, wa laa hamman illa farajtah, wa laa haajatan hiya laka ridha, illaa qadhaitah yaa arhamar raahimiin. (Tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah yang Maha lembut dan mulia, Maha suci Allah Rabb Arasy yang agung, segala puji bagi Allah rabb semesta alam, aku memohon kepada-Mu rahmat-Mu, ampunan-Mu, manfaat dari setiap kebaikan, keselamatan dari segala dosa, janganlah Engkau meninggalkan bagiku satu dosa pun melainkan Engkau mengampuninya, satu kesedihan pun melainkan Engkau melepaskannya, dan tidak kebutuhan yang Engkau ridhai melainkan Engkau mentakdirkannya wahai Yang Maha penyayang)
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (479) dan Ibnu Majah (1384), At-Tirmidzi berkata, hadis ini gharib, dan dalam sanadnya ada kritikan. Al Albany menyebutkannya dalam “Dha’iifut targhiib” (416), dan berkata, “hadis ini lemah sekali (dhaif jiddan)

Hadis keempat:
عن أنس رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ( يا علي ، ألا أعلمك دعاء إذا أصابك غم أو هم تدعو به ربك فيستجاب لك بإذن الله ، ويفرج عنك ؟ توضأ وصل ركعتين واحمد الله وأثن عليه ، وصل على نبيك ، واستغفر لنفسك وللمؤمنين والمؤمنات ، ثم قل : اللهم أنت تحكم بين عبادك فيما كانوا فيه يختلفون ، لا إله إلا الله العلي العظيم ، لا إله إلا الله الحليم الكريم ، سبحان الله رب السموات السبع ورب العرش العظيم ، الحمد لله رب العالمين ، اللهم كاشف الغم ، مفرج الهم ، مجيب دعوة المضطرين إذا دعوك ، رحمن الدنيا والآخرة ورحيمهما ، فارحمني في حاجتي هذه بقضائها ونجاحها رحمة تغنيني بها عن رحمة من سواك )
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai Ali, tidakkah aku ajarkan kepadamu sebuh doa jika engkau ditimpa kesedihan dan gundah. Engkau berdoa dengannya kepada Rabbmu, maka akan dikabulkan bagimu dengan izin Allah, dan akan dihilangkan dari (kesedihan dan gundah)? Wudhulah lalu shalat dua rakaat, bertahmid kepada Allah dan memuji kepada-Nya. Kemudian bershalawatlah kepada Nabimu, lalu beristighfarlah untuk dirimu dan kaum mukminin laki-laki dan perempuan. Lalu engkau ucapkan: Allahumma anta tahkum baina ibaadika fiimaa kaahuu fiihi yakhtalifuun, laa ilaaha illallahul ‘aliyyil adziim, laa ilaaha illallallahul haliimul kariim, subhaanallahu rabbus samaawaaitis sab’i wa rabbul ‘arsyil adziim, ahlamdulillahi rabbil ‘aalamin, Allahumma kaasyifal ghammi, mufrijal hammi. Mujiiba da’watil mudhtharriin idzaa da’auka, rahmaanad dunya wa aakhirah, rahiimahumaa, farhamnii fii haajatii hadzihi bi qahdaaihaa, wa najaahihaa rahmatan tighniinii bihaa ‘an rahmati siwaaka. (Ya Allah Engkau maha pemutus setiap perkara antara hamba-hamba-Mu dalam perkara yang mereka perselisihkan, tidak ada ilaah melainkan Allah yang Maha tinggi dan agung, tidak ada ilaah melainkan Allah yang Maha lembut dan mulia, mahasuci Allah rabb langit-langit dan rabb Arasy yang mulia, segala puji bagi Allah rabb semesta alam, maka rahmatilah aku dalam kebutuhanku ini, dengan mentakdirkannya dan mensukseskannya, dengan rahmat yang mencukupiku dengan rahmat selain dari-Mu).
Diriwayatkan oleh Al Ashbahany –sebagaimana dalam “At-targhiib wat Tarhiib” (1/275), didhaifkan oleh Al Albany rahimahullah dalam “Dha’if At Targiib” (417), ia berkata, sanadnya mudzlim (gelap), padanya ada rawi yang tidak dikenal. Lihat “As Silsilah Al dhaifah” (5287)
Kesimpulannya, tidak hadis yang shahih dalam shalat ini, maka tidak disyariatkan bagi seorang muslim untuk mengerjakannya. Dan cukup baginya sunnah yang shahih dari shalat-shalat, doa-doa dan dzikir-dzikir yang valid.
Adapun ada orang yang berkata bahwa ia mengerjakan shalat lalu kemudian terbukti bermanfaat, maka sesungguhnya syariat tidak ditetapkan dengan yang seperti ini.
As-Syaukani -rahimahullah- berkata:
Sunnah tidak ditetapkan dengan percobaan semata. Diterimanya sebuah doa tidak menunjukkan bahwa sebab diterimanya itu bersumber dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam secara sah. Terkadang Allah mengabulkan doa tanpa tawasul dengan sunnah, dan Dia adalah yang Maha mengasihi, dan terkadang pengkabulan itu adalah istidraj.” (Tuhfatudz Dzakirin: 140)
Syaikh Shaleh Al Fauzan –hafizdahullah- berkata:
Adapun perkataan seseorang bahwa ia mencobanya dan ternyata terbukti benar (dikabul doa) ini semua tidak menunjukkan shahihnya hadis. Maka kondisi seseorang mencoba sesuatu kemudian berhasil, ini tidak menunjukkan shahihnya riwayat dalam masalah tersebut. Karena terkadang hal itu terjadi secara kebetulan, secara takdir. Atau terjadi sebagai ujian bagi yang mengerjakannya. Maka, tercapainya sesuatu tidak menunjukkan shahihnya riwayat. (Al Muntaqaa min Fatawa Syaikh Al Fauzan)
Wallahu ‘alam
[Diterjemahkan oleh Abu Khaleed dari http://www.islamqa.com/ar/ref/70295]
http://sabilulilmi.wordpress.com/2011/08/18/shalat-hajat/#more-457

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.