Dan serulah manusia untuk berhaji, niscaya mereka akan mendatangimu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah Allah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikan untuk dimakan oleh orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj: 27-28)

Mungkin agak terlambat bagi sebagian orang, diseru untuk berhaji pada saat-saat ini, sementara para jamaah haji telah menuntaskan ibadahnya. Semoga mereka kembali ke tanah air dengan derajat “haji mabrur”. Adapun bagi kita yang belum mampu, atau belum tergugah hatinya untuk niat berhaji, semoga dimampukan, digugah hatinya untuk memenuhi undangan sebagai tamu Allah di Al-Haramain Asy-Syarifain, boleh jadi tahun depan atau tahun-tahun mendatang sesuai kemampuan. Yang terpenting, marilah sama-sama kita pasang niat.

Tema kali ini diangkat untuk memotivasi kita memupuk niat yang kuat dalam rangka menunaikan haji. Bagi yang sudah haji, maka ini adalah pengingat bahwa haji bukan sekedar nostalgia yang indah, bukan sekedar kenangan manis. Nilai-nilai haji harus membekas dalam menjalani kehidupan pasca-haji. Inilah The Wisdom of Haji, kebijaksanaan dari ibadah haji.
Mari kita ibaratkan kehidupan ini sebagai sebuah film atau panggung sandiwara. Kita adalah para aktor atau pemeran dalam panggung kehidupan. Dan tentunya ada Sang Pengatur (pembuat skenario sekaligus Sang Sutradara). Allah SWT adalah Sang Pengatur seluruh kisah dalam panggung kehidupan ini. Maka sebagai aktor, jika ingin sukses, kita harus menjalankan peran kehidupan kita sesuai apa yang Allah inginkan, bukan menurut selera keinginan kita.
Ibadah haji adalah sebuah media pembelajaran, pengamatan dan observasi, agar kita semakin baik menjalankan peran dalam ‘film kehidupan’ kita masing-masing. Seseorang yang diberi kesempatan untuk menunaikan haji ibarat seorang aktor yang terpilih untuk bermain dalam ‘film haji’. Setelah pembuatan ‘film haji’ selesai, maka diharapkan sepulangnya dari tanah suci, peran itu terbawa dalam film yang lebih besar, yakni ‘film kehidupan’.
Misalnya, ada di antara kita yang berperan sebagai suami-istri yang sudah lama belum dikaruniai buah hati. Setelah karunia itu didapatkan, ternyata hanya sebentar saja karena Allah meminta kembali buah hati yang kita cintai itu. Pada saat seperti itu, Allah meminta kita agar menjalani peran SABAR (Al-Baqarah: 155-156). Maka jalanilah peran itu dengan baik, bukan malah menjalankan peran KECEWA atau MARAH. Jika hal itu yang terjadi, maka kita telah gagal berperan dalam ‘film kehidupan’ ini.
Jadi bagi yang terpilih untuk ikut bermain dalam ‘film haji’, maka berperanlah sebaik-baiknya sesuai yang diinginkan Allah SWT sehingga nantinya bisa menjalani peran dengan baik pula dalam ‘film kehidupan’. Ingatlah bahwa penghargaan dan bayaran kepada pemain ‘film haji’ ini sangat luar biasa: SURGA. Dan karena gajinya sangat tinggi, maka pekerjaan di dalamnya pun berat, yakni dengan mengorbankan harta dan jiwa.

Dalam ‘film haji’, ada lima lokasi syuting yang sangat penting, di mana kita harus ber-akting sesuai arahan. Lokasi syuting dan peran tersebut bisa juga kita maknai sebagai prinsip-prinsip untuk menjalani ‘film kehidupan’.

Miqat, akting yang dimainkan adalah “Niat dalam Segala Urusan”
Jika niat haji hanya hanya untuk pamer kepada sesama manusia, untuk rekreasi dll., maka hanya sebatas itulah yang akan didapat. Maka niatkanlah ibadah haji ikhlas untuk Allah. Sepulangnya ke tanah air, perbaiki niat kita dalam kehidupan. Pasanglah niat ikhlas dalam segala urusan, baik dalam bekerja, berumah tangga, beribadah maupun bermu’amalah.

Ka’bah, akting yang dimainkan adalah “Selalu Berorientasi Kepada Allah”
Yang memberi kita kesehatan, kekayaan, dll., adalah Allah. Perusahaan tempat kerja, dokter dan obat, hanyalah perantara. Semua terjadi dengan kehendak Allah. Maka segala aktifitas kita harus berfokus kepada Allah. Demikian juga dalam bekerja atau berbisnis, tidak cukup jika kita hanya berorientasi pada customer satisfaction (kepuasan pelanggan), tapi harus sampai pada God Satisfaction (keridhaan Tuhan).

Shafa dan Marwah, akting yang dimainkan adalah “Persistensi atau Kegigihan”
Saat Hajar dan bayi Ismail AS ditinggal oleh Nabi Ibrahim AS di padang pasir Makkah, Hajar bersikap pasrah dan tenang karena sadar bahwa semua itu adalah perintah Allah. Ia yakin Allah SWT tak memerintahkan sesuatu untuk menyengsarakan dan membinasakan hamba-Nya. Saat bayi Ismail menangis karena kehausan, Hajar berupaya mencari air. Ia berupaya mencarinya di antara bukit Shafa dan Marwah, berulang-ulang sampai 7 kali. Akhirnya Allah memberi karunia berupa sumur Zam-zam. Kisah ini mengajarkan kepada kita bahwa:
· Allah tidak akan meninggalkan hamba-Nya yang hidup di jalan kebenaran
· Pertolongan Allah akan datang setelah seseorang melalui proses ikhtiar, tidak hanya berpangku tangan atau berdiam diri
· Jangan sampai kita berputus asa dalam menjalani ikhtiar. Segala cara (tentu saja yang tidak melanggar syari’at) harus ditempuh dan bila perlu diulang-ulang.

Arafah, lokasi inti dan paling penting, akting yang dimainkan adalah “Pengosongan”
Melakukan evaluasi total atas perjalanan di masa lalu
Merencanakan langkah untuk masa depan yang lebih baik

Jumrah, akting yang dimainkan adalah “Permusuhan Abadi”
Dalam akting ini, kita deklarasikan perjanjian untuk menjadikan syaithan sebagai musuh abadi. Maka saat kembali dari ‘film haji’, kita tetap mempertahankan permusuhan dengan syaithan, yang terwujud dalam pikiran dan tindakan. Janganlah katakan syaithan adalah musuh tapi kita mengikuti langkah-langkahnya ke neraka.

Semoga Allah menggugah hati kita, memberi hidayah dan kemampuan, melimpahkan hati kita dengan kebijaksanaan, sehingga kita menjadi manusia yang sukses berperan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini. Amiin.

Silahkan sahabat Download Audio Kajian Bedah Buku Wisdom of Hajj DISINI

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.