Disarikan dari Karya Imam al-Ghazali.
Alih bahasa: Juru Angon–

Ketahuilah, bahwa umat ini telah bersepakat (ijma) bahwa mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya adalah wajib atau fardlu hukumnya. Uraian berikut adalah untuk membuktikan bagaimana cinta yang bersifat abstrak itu diwajibkan? Dan bagaimana cinta itu dimaknai atau ditafsiri dengan “ketatatan”? sedangkan ketaatan pada dasarnya mengikuti cinta dan menjadi konsekuensi logisnya. Yang harus didahulukan adalah cinta, baru kemudian “mentaati” atau mematuhi “Yang Dicintainya” itu.

Dalil tentang cinta ini adalah firman Allah Swt: “Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (Qs. Al-Maidah; 54).

Dan juga firman-Nya: “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)” (Qs. Al-Baqarah; 165).

Dalam berbagai haditsnya, Rasulullah Saw telah menyatakan bahwa mencintai Allah Swt merupakan syarat iman, sebagaimana ditanyakan oleh Abu Razin al-‘Uqaili: “Ya Rasulullah Saw, apakah yang disebut iman itu?” Jawab Rasulullah Saw: “(Yakni) engkau mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya melebihi cintamu kepada yang lainnya.”

Dalam hadits lain, Rasulullah Saw bersabda: “Tidak beriman salah seorang di antara kamu, sehingga Allah Swt dan Rasul-Nya lebih dicintainya daripada yang lainnya.” Dalam hadits yang lain disebutkan: “Seorang hamba tidak akan beriman sehingga Aku (Rasulullah Saw) lebih dicintainya daripada keluarganya, hartanya dan semua orang” dalam riwayat lain: “(melebihi cintanya) kepada diri sendiri.”

Allah Swt juga berfirman: “Katakanlah: “Jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik” (Qs. Al-Taubah; 24).

Ayat di atas mengandung peringatan bagi siapa saja yang mengingkarinya. Rasulullah Saw memerintahkan kita untuk mencintai Allah Swt dan Rasul-Nya: “Cintailah Allah Swt karena Dia telah memberi berbagai kenikmatan kepadamu, dan cintailah aku karena Allah Swt juga mencintaiku.”

Diriwayatkan, ada seorang sahabat yang berkata kepada Rasulullah Saw: “Ya Rasulullah Saw, aku mencintaimu”, maka Rasulullah Saw bersabda:“Bersiaplah engkau (untuk menghadapi) kefaqiran.” Sahabat tadi berkata lagi: “Aku mencintai Allah Swt.” Jawab Rasulullah Saw: “Bersiaplah engkau (untuk menghadapi) cobaan-(Nya)”.

Dalam suatu riwayat yang terkenal, Nabi Ibrahim ‘alaihi salam berkata kepada malaikat maut ketika akan mencabut nyawanya: “Pernahkah engkau melihat Sang Kekasih (maksudnya Allah Swt) mematikan kekasihnya (maksudnya dirinya sendiri yang bergelar “al-halil”) ?”, maka Allah Swt menurunkan wahyu kepada Ibrahim: “Pernahkah kamu melihat Sang Pecinta tidak suka bertemu dengan orang yang dicintainya?” Lalu Nabi Ibrahim berkata kepada malaikat maut: “Sekarang, cabutlah nyawaku!”. Kisah diatas tidak mungkin terjadi, kalau saja Nabi Ibrahim tidak mencintai Allah Swt dengan sepenuh hati. Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahwa kematian menjadi sebab pertemuannya dengan Allah Swt, maka hatinya menjadi gelisah ingin segera bertemu dengan-Nya. Ini sekaligus menunjukkan bahwa bagi Nabi Ibrahim, tidak ada yang lebih dicintai kecuali Allah Swt.

Nabi Muhammad Saw pernah berdo’a: “Ya Allah, anugerahkanlah aku (untuk) mencintai-Mu, mencintai orang yang mencintai-Mu dan mencintai apapun yang bisa mendekatkanku untuk mencintai-Mu. Jadikanlah kecintaanku pada-Mu menjadi (hal yang) lebih aku cintai daripada (kesukaanku pada) air yang dingin.” Abu bakar al-Shiddiq berkata: “Barang siapa yang telah merasakan tulusnya cinta Allah Swt, ia tidak akan lagi disibukkan untuk mencari dunia dan ia bisa melepaskan diri dari (pergaulan) sesama manusia.”

Al-Hasan berkata: “Barang siapa yang “mengerti” Tuhannya, ia akan mencinta-Nya, dan barang siapa yang “mengerti” dunia, ia kan bersikap zuhud kepadanya.” Abu Sulaiman al-Darani berkata: “Di antara makhluk Allah Swt ada segolongan orang yang tidak lagi tergiur oleh surga dan kenikmatan di dalamnya, maka bagaimana mungkin mereka bisa disibukkan oleh urusan duniawi.”

Diriwayatkan bahwa Nabi Isa ‘alaihi salam berjalan melewati tiga kelompok orang yang badanya kurus-kurus. Nabi Isa berkata kepada kelompok pertama: “Ajaranku yang mana yang membuat kalian begitu?” Jawab mereka: “Takut kepada neraka.” Nabi Isa berkata: “Kebenaran atas Allah Swt, semoga Dia mengamankan orang yang ketakutan (kepada neraka)”. Lalu Nabi Isa melewati kelompok yang kedua. Mereka lebih kurus daripada kelompok pertama. Nabi Isa bertanya pada meraka: “Ajaranku yang mana yang membuat kalian jadi begini?” Jawab mereka: “Merindukan surga.” Nabi Isa berkata: “Kebenaran atas Allah Swt, semoga Dia memberikan apa yang kalian harapkan.” Selanjutnya, Nabi Isa melewati kelompok yang ketiga. Tubuh mereka sangat kurus dan di wajah mereka seoah-olah ada cahaya. Nabi Isa bertanya pada mereka: “Ajaranku yang mana yang membuat kalian jadi begini?” Jawab mereka: “Kami mencintai Allah Swt.” Nabi Isa berkata: “Kalianlah orang-orang yang dekat dengan Allah Swt, Kalianlah orang-orang yang dekat dengan Allah Swt, Kalianlah orang-orang yang dekat dengan Allah Swt.”

Abd al-Wahid Zaid berkata: “Saya bertemu dengan orang yang tinggal di tengah salju. Aku bertanya kepadanya: “Tidakkah engkau merasa kedinginan?” Jawab dia: “Barang siapa yang senantiasa mencintai Allah Swt, dia tidak akan merasa kedinginan.” Dari Sirri al-Saqathi, dia berkata: “Pada hari kiyamat, setiap umat dipanggil sesuai dengan nabi-nabi mereka, seperti wahai umat Musa, umat Isa dan umat Muhammad, kecuali mereka yang mencintai Allah Swt. Mereka dipanggil dengan sebutan: Wahai para kekasih Allah Swt, mendekatlah kemari, ke sisi Allah Swt. Hati mereka hampir saja copot saking gembiranya perasaan mereka.”

Harm bin Hayan berkata: “Jika seorang mukmin “mengerti” Tuhannya, maka ia akan mencintai-Nya, jika ia mencintai-Nya, Allah akan menghadapkannya, jika ia telah merasakan manisnya “menghadap Allah Swt”, ia tidak akan memandang dunia dengan pandangan yang tertarik, juga tidak akan memandang akhirat dengan pandangan yang menyenangkan. Manisnya menghadap Allah Swt membuatnya merasa rugi (tidak betah) di dunia dan merasa senang di akhirat.”

Yahya bin Mu’adz berkata: “Pengampunan Allah Swt bisa menenggelamkan dosa-dosa, bagaimana dengan keridlaan-Nya? Keridlaan-Nya bisa menenggelamkan semua keinginan, bagaimana dengan cinta-Nya? Cinta-Nya bisa mencengangkan akal, bagaimana dengan kasih sayang-Nya? Kasih sayangnya bisa melupakan semua selain Allah Swt.” Yahya bin Mu’adz juga berkata: “Cinta, walau hanya sebesar bijih gandum, lebih aku sukai daripada beribadah selama 70 tahun tanpa didasari rasa cinta.”

Dalam kesempatan yang lain, Yahya bin Mu’adz pernah mengadu: “Ya Allah, Ya Tuhanku! Aku berdiri terpana di hadapan-Mu, senantiasa memuji kebesaran-Mu. Hanya sedikit yang bisa aku berikan kepada-Mu, tetapi Engkau anugerahkan aku pakaian ma’rifat-Mu. Engkau tempatkan aku dalam rahasia kelembutan-Mu. Engkau pindahkan aku dari satu keadaan ke keadaan lainnya. Engkau bolak-balikan aku dari satu perbuatan ke perbuatan lainnya, dari taubat, zuhud, rindu, ridla dan cinta. Engkau sirami aku dengan air telaga-Mu. Engkau mudahkan aku menikmati taman keindahan-Mu. Aku ingin tetap memenuhi perintah-Mu. Aku mabuk cinta pada perkataan-Mu, maka bagaimana mungkin aku berpaling dari-Mu. …aku mencinta-Mu, dan setiap orang yang sedang jatuh cinta pasti tergila-gila dengan kekasihnya dan berpaling dari yang lainnya.”

Banyak hadits dan perkataan sahabat atau tabi’in tentang “mencintai” Allah Swt yang tidak mungkin di paparkan di sini, karena keterbatasan yang ada. Namun demikian, semua itu adalah persoalan dlahir saja, yang perlu dilakukan adalah masuk dan menyelam di balik makna dan hakikat cinta itu sendiri. @@


==> Kampus Wong Alus ( Juru Argon)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.