Orang-orang Badui Bersaing Membangun Gedung Tinggi

Dalam sebuah hadis yang terkenal tentang Jibril, ‘Umar ibn al-Khaththâb meriwayatkan bahwa Malaikat Jibril mendatangi Nabi saw. dan bertanya kepadanya mengenai makna Islam, Iman, dan Ihsan. Nabi saw. menjawab:
Islam adalah bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan salat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, dan berhaji bagi yang mampu melaksanakan perjalanannya … Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, Hari Akhir, serta takdir yang baik maupun yang buruk. … Ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak melihatnya maka sesungguhnya Dia melihatmu.

Lebih lanjut Jibril bertanya, “Kapan akan datang Hari Kiamat?” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya.” Jibril berkata, “Beri tahu aku tanda-tandanya!”
Seribu empat ratus tahun yang lalu, Nabi saw. memberikan gambaran yang sangat jelas dan meyakinkan tentang apa yang beliau lihat terjadi pada masa sekarang.
… dan kalian akan menyaksikan para penggembala badui yang tak beralas kaki, telanjang, dan melarat saling berlomba membangun gedung yang menjulang.

Tidak beralas kaki dan telanjang (hanya menutupi bagian tubuh yang paling pribadi) menunjukkan bahwa para penggembala itu tidak berasal dari negeri yang beriklim dingin, tetapi dari negeri beriklim panas. Menurut para ulama, Nabi saw. tengah menggambarkan masyarakat Arab badui yang berasal dari kawasan-gurun Najd, sebelah timur Hijaz.
Wilayah Hijaz (alias Arab bagian barat, di mana Mekah, Madinah, dan Jedah berada) memiliki kota-kota besar dan dulu menjadi pusat kebudayaan Islam (tidak bernuansa badui). Sementara wilayah Najd meliputi kota-kota seperti Riyad, Dahran, Damam, Khobar, dan kawasan Teluk. Sebelum ditemukan minyak bumi, orang-orang Najd tinggal di tenda-tenda. Hingga saat ini, budaya badui di kawasan itu masih kuat, seperti terlihat dari kesenangan penduduknya melakukan rekreasi gurun dan menginap di tenda-tenda. Dan Nabi saw. mengatakan bahwa pada akhir zaman, orang-orang badui Najd yang bertelanjang kaki dan badan akan berkompetisi mendirikan gedung-gedung tinggi.Al-Nawâwî menjelaskan, “Orang-orang badui gurun dan yang serumpun hidup dalam kemiskinan. Suatu ketika mereka akan menjadi kaya raya dan mendirikan bangunan-bangunan tinggi untuk mempertontonkan kekayaan mereka.”


Al-Thabrânî meriwayatkan dari Abû Hamzah dari Ibn ‘Abbâs dari Nabi, “Salah satu tanda berubahnya agama adalah munculnya orang miskin yang pandai bicara dan masuk ke istana-istana megah di kota besar.”



Al-Qurthûbî mengatakan, “Yang dimaksudkan di sini adalah prediksi tentang kondisi suatu masyarakat yang sudah terbalik, di mana orang-orang dari kawasan gurun akan mengambil alih kendali kepemimpinan dan menguasai seluruh wilayah dengan kekerasan. Mereka menjadi sangat kaya dan perhatian utama mereka adalah menegakkan gedung-gedung nan menjulang dan membangga-banggakannya.”
Ketika menerangkan hadis tersebut, Ibn Hajar berkata, “Setiap orang berusaha membangun gedung yang lebih tinggi dari gedung yang sudah ada.” Ahmad meriwayatkan dari Abû ‘Âmir bahwa orang-orang yang membangun gedung-gedung tinggi itu terus menambah ketinggian gedung mereka (Musnad, 4:129). Maksudnya, jika ada orang yang membangun gedung tiga lantai, orang berikutnya akan membangun gedung empat lantai, dan orang berikutnya akan membangun gedung lima lantai, dan seterusnya. Dan kini, gedung-gedung pencakar langit sudah mencapai lebih dari 100 lantai.

Dalam hadis lain, Nabi mengatakan, “Barang siapa membangun gedung lebih dari sepuluh meter, ia akan mendengar seruan dari langit, ‘Hai musuh Allah! Mau ke mana engkau dengan gedungmu itu?’” Diriwayatkan dari Anas oleh al-Thabrânî, sebagaimana terdapat dalam al-Suyûthî, al-Jâmi‘ al-Shaghîr (hadis ke-8569), dan al-Munawî, Faydh al-Qadîr.

Seorang ulama kontemporer dari Arab Saudi, al-Tuwayjirî, mengatakan bahwa makna dari ungkapan “yatathâwalûna fî al-bunyân” adalah bahwa jumlah lantai rumah makin bertambah dan dibangun secara bertingkat. “Itu sudah terjadi pada masa kita karena orang-orang badui meraup uang dari minyak di Teluk. Dan Allah tahu yang terbaik.” Ithâf al-Jamâ‘ah, 1:471. Kini, orang-orang di wilayah gurun sudah membangun gedung-gedung tinggi, dan itu merupakan jaminan janji Allah.


Selama 1400 tahun setelah hadis ini dikemukakan, belum ada gedung pencakar langit di negeri-negeri gurun. Lalu, pada 24 April 2000, gedung tertinggi di kawasan gurun didirikan, yaitu Faisaliah Building di Riyad dengan tinggi 269 meter (882 kaki). Namun, itu belum memenuhi prediksi Nabi saw. dalam hadis di muka, karena gedung Faisaliah kala itu adalah satu-satunya gedung pencakar langit di kawasan itu, dan belum ada persaingan. Pada tahun 2003, sebuah gedung pencakar langit dibangun di Riyad, yaitu Kingdom Centre yang direncanakan setinggi 300 meter (984 kaki), lebih tinggi dari gedung apa pun di Najd.

Pembangunan itu mempertegas hadis Nabi di muka, karena kini sudah ada persaingan membangun gedung tinggi di antara penduduk Najd. Apa yang disebutkan Nabi saw. 1400 tahun silam sebagai tanda akhir zaman, kini tampak di depan mata.

Keajaiban prediksi tersebut terlihat dari tipisnya kemungkinan terwujudnya prediksi itu. Secara logika, kita mungkin bisa meramalkan bahwa, di masa depan, para penguasa akan membangun gedung-gedung tinggi. Namun, Nabi saw. menjelaskan bahwa masyarakat miskin lagi primitif, penggembala badui yang bertelanjang kaki, tidak hanya akan membangun gedung-gedung tinggi, tetapi juga akan berlomba membangunnya. Orang-orang miskin yang sangat terbelakang itu suatu saat akan menjadi sedemikian kaya sehingga mereka mampu bersaing membangun gedung tinggi. Penglihatan ajaib Nabi saw. menjangkau nasib di masa depan bahwa kekayaan melimpah berkat minyak di wilayah Arab akan memungkinkan orang-orang badui Najd, yang telanjang dan miskin, untuk membuat gedung tinggi.

Tak seorang pun nabi yang pernah menyebutkan apa yang diramalkan Nabi Muhammad saw. 1400 tahun yang lalu. Beliau bahkan memberikan penjelasan akurat dengan rincian spesifik yang tidak sepenuhnya dipahami hingga terwujud pada masa sekarang. Nabi saw. telah menjelaskan apa yang akan terjadi pada akhir zaman sehingga mereka yang menyaksikan peristiwa tersebut bisa menyadari posisinya dalam alur masa. Nabi saw. memperingatkan bahwa ketika orang-orang Arab badui berlomba membangun gedung tinggi di gurun, Hari Pembalasan semakin dekat. Orang-orang Islam tidak bisa lagi menunda-nunda berjuang menuju kesalehan, tetapi mereka harus meningkatkan ibadah dan menjadi teladan moral dengan mengikuti perilaku yang dicontohkan Nabi Suci saw.




0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.