Fajar Kurnianto
penulis buku


Ramadhan menurut bahasa artinya panas membakar. Ia disebut demikian karena bulan ini dosa-dosa dan kesalahan orang yang berpuasa di masa sebelum Ramadhan dibakar habis. Rasulullah mengatakan, 'Siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena keimanan serta mengharap rahmat dan pahala dari Allah, maka dosa-dosa yang dilakukan sebelumnya akan diampuni oleh Allah.' 
(HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Akan tetapi, lebih daripada sekadar membakar dosa, Ramadhan juga bisa dimaknai sebagai membakar spirit dan semangat juang dalam ketaatan kepada Allah. Bahkan, Ramadhan adalah api semangat itu sendiri. Dalam 'sirah' (biografi) Rasulullah, perang Badar, pada tahun kedua hijrah, terjadi pada bulan Ramadhan. Inilah perjuangan pertama mengangkat senjata yang dilakukan oleh kaum Muslimin melawan kaum Quraisy Makkah yang menindas mereka sehingga harus hengkang berhijrah ke Madinah, meninggalkan tanah airnya. Dan, pada perang ini, kaum Muslimin memperoleh kemenangan meyakinkan meskipun jumlah personelnya hanya tiga ratusan orang.

Perang Badar yang terjadi di bulan Ramadhan ini memberikan pesan perjuangan yang luar biasa. Baik itu perjuangan fisik maupun mental. Perjuangan fisiknya bahkan lebih berat, karena selain berperang juga harus berpuasa. Dan, kaum Muslimin ketika itu mampu melewatinya, bahkan meraih kemenangan gemilang. Maka itu, Ramadhan sesungguhnya adalah bulan perjuangan di jalan Allah. Berjuang menahan lapar dan haus karena menaati Allah dan Rasulullah, serta berjuang menahan keinginan hawa nafsu yang ingin bebas terumbar. Ramadhan sesungguhnya bukan bulan santai-santai, istirahat, dan tanpa aktivitas bermanfaat. Atau, bulan glamor dan hura-hura yang menghabis-habiskan dana.

Kaum Muslimin Indonesia masuk dalam bulan Ramadhan tidak dalam suasana perang seperti halnya Rasulullah dan kaum Muslimin. Maka itu, spirit perjuangannya lebih pada perjuangan mengekang hawa nafsu, selain menahan diri untuk tidak makan dan minum hingga sore hari. Perjuangan melawan hawa nafsu tidak kalah hebatnya dengan perjuangan secara fisik. Manusia mungkin bisa menahan lapar dan haus, tetapi tidak banyak yang berhasil menahan hawa nafsu. Itulah yang Rasulullah sitir dalam salah satu hadisnya, "Betapa banyak orang yang berpuasa, tapi yang ia dapat hanya lapar dan haus." (HR Ahmad dari Abu Hurairah)

Menuju kemerdekaan

Perjuangan melalui puasa di bulan Ramadhan memiliki tujuan atau target yang ingin dicapai. Allah menyebutkan bahwa tujuan itu adalah menjadikan orang-orang yang berpuasa itu menjadi orang-orang yang bertakwa, "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Albaqarah: 183).

Takwa berasal dari kata 'wiqayah' yang secara bahasa salah satu maknanya adalah menjaga atau memelihara diri. Dalam Alquran, misalnya, disebutkan, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu (quu anfusakum) dan keluargamu dari api neraka." (QS At-Tahrim: 6). Ini selaras dengan puasa yang disebut oleh Rasulullah sebagai tameng yang menjaga atau memelihara pelakunya agar tidak melakukan hal-hal buruk, "Puasa adalah tameng. Karena itu, janganlah berkata-kata kotor dan bertindak bodoh. Jika ada orang yang mengajaknya untuk bertarung atau bertengkar, katakanlah, 'Aku sedang berpuasa'." (HR Bukhari dari Abu Hurairah)

Jadi, puasa mengerem hawa nafsu yang mengarah pada hal-hal negatif, dan pada saat yang sama melepas sebanyak-banyaknya dorongan diri untuk melakukan kebaikan-kebaikan atau hal-hal yang bermanfaat. Ketika ada orang yang memprovokasi untuk melakukan tindak kekerasan atau memprovokasi untuk bertengkar, mengumpat, dan mencaci maki, Rasulullah mengimbau orang yang berpuasa untuk menahan diri dan mengatakan bahwa dirinya sedang berpuasa.

Puasa melindungi orang yang berpuasa sehingga tidak termakan hasutan. Justru, dengan jawaban bahwa ia sedang berpuasa secara implisit menunjukkan sikap bijaksana dan tidak reaktif secara berlebihan dalam menghadapi provokasi itu. Ketika segala keinginan hawa nafsu terkekang, saat itulah ia menjadi orang yang merdeka, lepas dari belenggu hawa nafsu. Menjadi manusia yang selalu meniti jalan Allah, jalan kebenaran, yang membuat dirinya hidup dalam kebahagiaan dan kegembiraan, setelah melalui perjuangan panjang melawan hawa nafsu. Rasulullah menyebut hal ini sebagai sebagai kegembiraan, "Orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan; gembira saat ia menjadi fitri, dan gembira saat ia bertemu dengan Tuhannya." (HR Muslim dari Abu Hurairah)

Idul Fitri menjadi puncak seleberasi kemerdekaan ini. Bukan merdeka karena sudah tidak lagi berpuasa, tapi merdeka karena lepas dari penjajahan dan kendali hawa nafsu. Kemerdekaan ini juga tidak berarti bahwa perjuangan telah usai. Justru, selepas Ramadhan, perjuangan itu terus berlanjut. Yakni, perjuangan menjaga dan mempertahankan kemerdekaan secara konsisten. Bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan kaum kolonial bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tetapi, setelah itu perjuangan baru dimulai, yakni konsisten mempertahankan dan membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Maka secara individual, Ramadhan menjadi ajang perjuangan manusia untuk menjadi manusia yang berkarakter merdeka dari segala penjajahan hawa nafsunya.

Dalam konteks bangsa Indonesia saat ini, puasa menjadi ajang perjuangan mengerem ambisi kotor atau kepentingan sesaat yang mengorbankan kepentingan umum, yakni kepentingan bangsa dan negara. Rasulullah pasca pembebasan Makkah (Fathu Makkah) mengatakan, "Setelah pembebasan ini, tidak ada lagi hijrah kecuali jihad dan niat." (HR Bukhari dari Ibnu Abbas). Hijrah adalah perjuangan berat meninggalkan kampung halaman demi kebenaran dan lepas dari penindasan dan penjajahan. Setelah Makkah dibebaskan, hijrah seperti itu tidak ada. Yang ada adalah jihad dan niat. Jihad menurut bahasa adalah sikap sungguh-sungguh, konsisten, dan penuh komitmen dalam berusaha. Sedangkan niat adalah keinginan, harapan, dan cita-cita ke depan (visi) perubahan ke arah yang lebih baik. 

Saat ini, bangsa terjajah oleh kemiskinan, kebodohan, komunalisme, eksklusivisme minus toleransi, serta pragmatisme dan ketidakpedulian sebagian elite penguasa dan elite politik, membuat bangsa ini berjalan pelan ala keong. Ramadhan kali ini yang bertepatan dengan bulan kemerdekaan bangsa Indonesia, menjadi momen reflektif memaknai lagi arti perjuangan menuju kemerdekaan sejati. Wallahu a'lam.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.