IBU itu kelihatan lesu. Wajahnya tidak memancarkan keceriaan. Rona kebahagiaan yang dulu menghiasi wajahnya kian memudar. Senyuman yang senantiasa tersungging di bibir saat menyambut suaminya pulang dari pekerjaan, tidak semerekah dulu.

Ada apa gerangan..? Ternyata ia sedang dilanda musibah yang berat. Entah bagaimana awalnya, anak semata wayangnya sudah lama ditimpa sakit. Beberapa dokter telah mengo­batinya, puluhan jenis obat telah dicoba untuk menyembuhkan atau meringankan penyakitnya, tetapi semua upaya itu seolah sia-sia.
Sang ayah sudah mengeluarkan banyak biaya, namun kesembuhan belum juga datang. Hampir saja ia pun ikut sakit karena memikirkan keadaan putrinya. Hari-hari berlalu, kesembuhan belum kunjung datang. Semua keluarga sibuk memikirkan keadaan si putri. Putus asa dari rahmat Allah mulai hinggap di hati mereka.

Hingga suatu ketika, sang bapak bertemu dengan seorang yang shalih. Orang shalih tadi menyampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah "Obatilah orang yang sakit di antara kalian dengan sedekah." (HR. Thabrani dan Baihaqi)

Harapan pun mulai muncul. Sang bapak menyiapkan barang-barang yang akan dise­dekahkan kepada fakir miskin. Namun terlintas dalam pikirannya bahwa ia sudah sering bersedekah. Ia pun menemui orang shalih tersebut. "Saya sudah sering bersedekah," katanya. Dengan lembut laki-laki shalih tadi rnenasehatinya, "Sedekahkan lagi hartamu 

dengan niat untuk kesembuhan putrimu." Bapak itu melaksanakan saran tersebut. Ia menyedekahkan hartanya kepada seorang fakir miskin.

Namun, anaknya tak kunjung sembuh. Ia pun menceritakan hal itu kepada sahabatnya yang shalih tadi. Sang sahabat kembali menasehati, "Engkau adalah orang kaya, hartamu banyak, bersedekahlah dengan harta yang sebanding dengan kekayaanmu."

Saat itu juga ia memenuhi mobilnya dengan berbagai macam kebutuhan rumah tangga; beras, daging dan lain-lain. Lalu ia membagikannya kepada setiap orang yang membutuhkan. Para fakir miskin bergembira atas rezeki yang melimpah ini. Dan keajaiban pun terjadi, sang putri sembuh total. Sungguh sebuah anugerah ilahi yang luar biasa.

Sedekah, Jalan Kesembuhan
Kisah di atas disampaikan oleh Syaikh Sulaiman al-Mufarraj, dalam kitab Min 'Ajaibis Shadaqah. Banyak kisah yang menunjukkan keajaiban sedekah sebagai obat yang sangat manjur. Ritual penyembuhan ini diridhai oleh Allah.

Bagi orang yang jauh dari Islam, kejadian seperti kisah di atas mungkin dianggap tidak masuk akal. Karena menurut mereka, tidak ada hubungan antara sedekah dengan kesembuhan penyakit. Apalagi di zaman tekhnologi kesehatan begitu maju seperti hari ini, peran Allah SWT kerap diabaikan.
Tetapi hal tadi tidak bagi seorang Muslim. Bagi Muslim segala sesuatu yang telah, sedang dan akan terjadi semuanya tunduk di bawah kekuasaan Allah SWT. Termasuk juga rezki

kesembuhan dari sakit.

"Katakanlah: "Sesungguhnya Rabbku mela­pangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)." Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya."(Q.S. Saba': 39)

Setiap Muslim harus yakin bahwa Dzat Yang Maha Menyembuhkan hanyalah Allah Bukan obat, bukan juga dokter maupun tabib. lnilah yang diyakini oleh Nabi Ibrahim AS.
"(Ibrahim Berkata), Dan Jika Aku Sakit, Dia-lah yang menyembuhkanku." (Q.S. Asy­Syu'ara': 80)
Berangkat dari kenyataan ini, para ulama berbeda pendapatdalam menghukumi berobat. Ada yang mengatakan wajib karena bagian dari ikhtiar, ada yang membolehkan tanpa mewajibkan, ada juga yang memakruhkan. Yang memakruhkan beralasan, dikhawatirkan berobat akan membuat orang bertawakkal kepada obat atau dokter.

Walau pendapat yang rajih (kuat) adalah mewajibkan untuk berobat, tetapi perselisihan yang terjadi antara ulama ini menunjukkan bahwa kesembuhan hanyalah wewenang Allah.

Kita sering melihat beberapa orang yang memiliki penyakit yang sama berobat kepada dokter yang sama. Mereka diberi resep dan mengkosumsi obat yang sama. Kenyataannya, hasil yang didapatkan oleh masing-masing pasien berbeda. Ada yang sembuh, banyak juga yang tidak. Inilah bukti bahwa kesembuhan hanyalah milik Allah semata. Di sinilah pentingnya berikhtiar melalui sedekah yang diridhai oleh Allah sebagai jalan kesembuhan.

Sembuh dari Sihir
Sedekah tak hanya menjadi jalan kesembuhan dari penyakit yang bersifat fisik. Ia juga bisa menyembuhkan pengaruh sihir. Syaikh Al-Mufarraj menceritakan tentang seorang wanita yang sudah sekian tahun terkena sihir. Banyak jalan yang telah is tempuh untuk melepaskan ikatan sihir yang telah lama membuhul dirinya. Tapi, semua usaha hanya menemui jalan buntu. Hingga suatu hari, is berkumpul bersama kawan-kawannya. Mereka mengobrolkan keutamaan sedekah. Termasuk keajaiban kesembuhan berkat sedekah.

Dengan spontan wanita itu melepas kalungnya yang mahal. Kalung itu kemudian ia berikan kepada salah seorang temannya agar dijual dan uangnya disedekahkan kepada para fakir miskin.
Di toko emas, kalung tadi ditimbang. Sebelumnya sang penjual melepaskan liontin yang terletak di tengah kalung tersebut. Sang penjual menemukan benda aneh pada liontinnya. Ternyata benda itu adalah buhul sihir yang diletakkan di sana. Sang penjual kemudian mengeluarkannya, dan Alhamdulillah, akhirnya sembuhlah perempuan pemilik kalung tersebut dari sihir yang selama ini menyiksanya.
Gagal Ginjal

Ada lagi sebuah kisah lain. Seseorang wanita divonis oleh dokter tidak akan sembuh dari penyakitnya. Ajalnya tinggal menunggu hari, kecuali jika ginjalnya diganti. Akhirnya dicarilah donor ginjal dengan tawaran uang sejumlah 20.000 riyal sebagai pengganti..

Tersebarlah berita tersebut, hingga ada seorang wanita miskin yang datang ke rumah sakit untuk mendonorkan ginjalnya. Ia menyetujui seluruh ketentuan yang diajukan sebelum menjalani operasi.
Di hari yang telah ditentukan, perempuan yang sakit tersebut menemui sang pendonor. Ternyatacalon donor ginjal itu sedang menangis. Karena heran, is pun bertanya, "Apakah Anda merasa terpaksa dan keberatan dengan operasi yang akan Anda jalani?" Wanita pendonor itu berkata, "Sebenarnya tidak ada yang mendorongku untuk mendonorkan ginjalku selain kemiskinan yang menimpa diriku dan karena aku sangat membutuhkan uang."

Wanita pendonor itu kembali menangis tersedu-sedu, maka wanita yang sedang sakit itu menenangkannya dengan mengatakan, "Silahkan engkau ambit uang ini, dan aku tidak menghendaki sesuatu pun darimu". Beberapa hari kemudian perempuan yang sakit tersebut kembali ke rumah sakit. Ketika tim dokter memeriksa penyakitnya, mereka terkejut karena ginjalnya telah sembuh. Alhamdulillah, Allah  telah menyembuhkannya.

Itulah sederetan kisah tentang sembuhnya penyakit karena sedekah. Ternyata betul­betul mujarab. Tentu masih banyak kisah lain tentang kesembuhan lewat sedekah. Sepertinya Iayak disebut bahwa sedekah adalah obat mujarab dari langit. Wallahu'alam bis shawab.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.