A. Latar Belakang Masalah
Penelitian hadis merupakan kegiatan ilmiah untuk membuktikan kebenaran suatu berita dan bagian dari upaya membenarkan yang benar dan membatalkan yang batil. Umat Islam sangat besar perhatiannya dalam segi ini, baik dipakai sebagai penetapan suatu pengetahuan atau pengambilan suatu dalil (dasar hukum). Apa lagi jika hal tersebut berkaitan dengan riwayat hidup Nabi Muhammad saw.  baik itu ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Beliau. Usaha ini hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw. dengan berjalan di atas sunnah beliau, dalam rangka mencapai keridhoan Allah dan mendapatkan kecintaannya.

Sudah sejak lama para pendahulu kita berusaha memelihara peninggalan Nabi ini, dan menjaganya dari persangkaan negatif dan pemalsuan yang ternyata banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Usaha pemeliharaan pusaka Nabi Muhammad tersebut dimulai dengan pembukuan secara umum tentang hadis dan secara terus menerus diadakan penelitian melalui proses yang sangat ketat berdasarkan metodologi dan standar yang diciptakan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing peneliti.

Untuk memahami hadis maka dua unsur sanad dan matan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Keduanya merupakan dua unsur pokok hadis yang harus ada pada setiap hadis, dan antara keduanya  memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Suatu berita tentang Rasul (matan) tanpa ditemukan rangkaiannya atau susunan sanadnya  yang jelas maka berita tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sebuah hadis. Sebaliknya susunan sanad meskipun bersambung sampai kepada Rasulullah.

Untuk mengetahui bahwa sebuah hadis benar-benar bersumber dari Rasulullah, maka diperlukan usaha penelitian untuk membuktikan hal tersebut. Dengan demikian,  tujuan utama  penelitian hadis adalah untuk menilai apakah  secara historis sesuatu yang disebut sebagai hadis Nabi itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya berasal dari Nabi ataukah tidak. Hal ini sangat penting mengingat kedudukan  kualitas  hadis  erat sekali  kaitannya dengan dapat atau tidaknya  dijadikan sebagai  hujjah agama.

Penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti meragukan  hadis Nabi Muhammad saw. tetapi  untuk melihat keterbatasan perawi hadis sebagai manusia, yang adakalanya  melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena didorong oleh kepentingan tertentu.  Keberadaan perawi hadis sangat menentukan  kualitas hadis, baik kualitas sanadmaupun kualitas matan hadis. Dalam hal inilah ada dua obyek terpenting dalam penelitian hadis yaitu: Pertama, materi/isi hadis itu sendiri (matn al-hadis) dan Kedua, rangkaian sejumlah periwayat yang menyampaikan hadis (sanad al-hadis).

Berdasarkan alasan di ataslah sehingga penulis melakukan peniltian hadis yang berkaitan tentang “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya”  tetapi dsini penulis hanya menfokuskan diri pada pembahasan Kritik Sanad terhadap hadis yang diriwayatkan oleh Husain Bin ‘Ali , karena semata-mata guna memenuhi tanggungjawab tugas mata kuliah Takhrȋj al-hadȋs.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana mengetahui validitas sanad hadis “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya”
 
C. Langkah Penelitian
1.     Takhrȋj al-Hadȋs
2.    Membuat skema sanad
3.    Menuliskan biografi para perawi

D. Pembahasan

1.     Takhrȋj al-Hadȋs
Secara ringkas takhrȋj al-hadȋs diartikan penelusuran atau pencarian hadis di berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[1]


Setelah melakukan penelitian ternyata peneliti mendapatkan hadis tersebut hanya ada di dalam kitab Mu‘jam al-Kabȋr karangan at-Thabrȃnȋ[2]. Secara lengkap sanad hadis tersebut adalah sebagai berikut:

حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بن عَلِيِّ بن نَصْرٍ الطُّوسِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن أَيُّوبَ الْمُخَرِّمِيُّ ،
 حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن كَثِيرِ بن جَعْفَرٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، عَنْ بِلالِ بن الْحَارِثِ
، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَمَضَانُ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
 رَمَضَانَ فِيمَا سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ، وَجُمُعَةٌ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ جُمُعَةٍ فِيمَا
سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ

Artinya: Rasulullah saw.bersabda: “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya”. 

2.    Membuat Diagram sanad (diagram sanad terlampir)

3.    Biografi perawi hadis jalur at-Thabrȃnȋ.
Al-Hasan bin ‘Ali  
Nama lengkap beliau adalah Abȗ ‘Ali  al-Hasan bin ‘Ali  bin Nashr ath-Thawsȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Rȃfi’, Muhammada bin Aslam, Ishȃk al-Kausaj, Abdullȃh bin Hȃsyim, Zaid bin Ahzam dan selain dari mereka. Diantara orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Abdullȃh bin Muhammad bin Muslim, Ahmad bin ‘Ali  ar-Rȃzi, Abȗ Sahl ash-Shu‘lȗkȋ, Muhammad bin Ja‘far al-Bustȋ dan selain dari mereka. Abȗ Ya’la al-Khalȋlȋ berkata, “ Ia termasuk dari 10 sahabat”.[3]

‘Abdullȃh bin Ayȗb
Nama lengkap beliau adalah Abdullȃh bin Muhammmad bin Ayȗb al-Mukharrimȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Yahya bin salim ath-Thȃifȋ, Abdullȃh bin Numair, ‘Ali  bin Ȃsim, Hasan bin Sȃlih al-Abbȃdanȋ, Yahya bin abȗ Bukair, Wahab bin Jarir dan selain dari mereka. Di antara orang yang meriwayatkan dari beliau adalah Yahya Bin Said, Muhammad bin Makhlad, ibnu Abȗ Hȃtim, Ismail ash-Shaffȃr, dan selain dari mereka. Abȗ Hȃtim berkata, “saya mendengar dari bapakku bahwa dia seorang yang jujur.[4]

‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far
Nama lengkap beliau adalah ‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far bin abȗ Katsȋr al-Anshȃrȋ  az-Zarkȋ. Dia meriwayatkan hadis dari bapaknya, ibnu abȗ Fudaik, Katsȋr bin ‘Abdullȃh bin Amr bin Auf dan selain mereka.  Dan diantara yang meriwayatkan hadis dari ‘Abdullȃh bin Katsȋr ialah Abbȃs al-Anbarȋ, Ibrȃhȋm bin Said al-Jauharȋ, ‘Abdullȃh bin Muhammad bin Ayyub al-Mukharrimȋ, Yahya bin Ayyub al-Maqȃbirȋ, Harun bin Sufyan dan Zubair bin Bakkȃr. Ibnu majah berkata pada salah satu hadis yang diriwayatkanya ‘Abdullȃh bin Katsȋr adalah seorang yang wahm (sering salah).[5]

Katsȋr Bin Abdullȃh bin Amr
Nama lengkap beliau adalah Katsȋr Bin Abdullȃh bin Amr bin Auf bin Zaid bin Milhah al-Muzannȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Bakr bin Abdurrahman al-Muzannȋ, Rubaih bin Abdurrahman bin abȗ said al-Khudrȋ, bapaknya yaitu Abdullȃh bin Amr bin Auf al-Muzannȋ, dan selain mereka. Diantara orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Ibrȃhȋm bin ‘Ali ar-Rȃfi, Ishȃk bin Ibrȃhȋm al-Hunainȋ, Ismȃil bin abȗ Uyais. Dan selain mereka. Abu Thȃlib berkata, saya pernah bertanya tentang Katsȋr Bin Abdullȃh kepada Ahmad bin Hanbal, Ia menjawab ia termasuk munkar al-hadȋs. An-Nasȃȋ dan Dȃr al-Qutnȋ: matrȗk al-hadȋs. Abu Ubai al-Ȃjirȋ juga pernah menanyakan Katsȋr Bin Abdullȃh kepada Abȗ Daȗd lalu ia menjawab ahad al-kadzdzȃbȋn.[6]

Bilȃl bin Hȃrits
            Nama lengkap beliau adalah Bilȃl bin Hȃrits al-Muzannȋ. Dia meriwayatkan hadis dari Nabi, Abdullȃh bin Mas‘ud dan Umar bin al-Khattȃb. Diantara orang yang meriwayatkan hadis darinya adalah anaknya yaitu al- Hȃrits bin Bilȃl bin Hȃrits al-Muzannȋ, Abdurrahman bin Athiyyah bin Dallȃf, Amr bin Auf al-Muzannȋ dan selain dari mereka. Al-Bukharȋ berkata: ia termasuk penduduk Madinah. Al-Wȃqidȋ: dia adalah orang yang pertama k’Ali  datang kepada Nabi dari suku al-Muzannȋ pada tahun ke-5 Hijriyah.[7]

E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa derajat sanad hadis tersebut adalah dhaif karena ada dua perawi hadis yaitu ‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far dan Katsȋr Bin Abdullȃh yang dinilai dhaif oleh ulama hadis.

Sumber Tulisan
Asqolȃnȋ, Syihȃbuddȋn abȗ al-Fadhl Ahmad bin Ali ibnu Hajar al-, Tahdzibu tahdhzȋb, Beirut: Dȃr shȃdir, 1968.

Ismail, Prof. DR. M. Suhudi, Metodologi Penelitan Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 2007.

Mutayqqan, Jamaluddȋn abȗ al-Hujjȃj yȗsuf al-Mazzȋ Al-, Tahdzȋb al-Kamȃl fȋ Asmȃ’ ar-Rijȃl, Beirut:  Mu’assasah ar-Risalah, 1996.

Suyȗthȋ, Jalȃluddȋn as-,  Asmȃ’ al-Mudallisȋn, Beirut: Dȃr al-Jayl, 1992.

‘Thabrȃnȋ, Al-Hȃfiz abȗ al-Qȃsim bin Ahmad at-, Mu’jam al-Kabȋr, Kairo: Maktabah ibnu Taymiyyah, Tth.
Zahabȋ, Syamsuddin abȗ Abdullȃh Muhmmad bin Ahmad az-, sayr a’lam an-nublȃi, Edisi Syuaib al-Arnȃȗt. Beirut: Muassah ar-Risȃlah, t.th.

1.    Lampiran diagram sanad hadis

Berhubung diagramnya  gak kebaca maka Diagram sanadnya bisa di buat sendiri. hehehhehehe



[1] Suhudi Ismail, Metodologi Penelitan Hadis Nabi, Cet ke-2 (Jakarta: Bulan Bintang, 2007) h. 41.
[2] Ahmad at-Thabrȃnȋ, Mu’jam al-Kabȋr, (Kairo: Maktabah ibnu Taymiyyah, Tth), I: 382, hadis no. 1144.
[3] Syamsuddin abȗ Abdullah Muhmmad bin Ahmad az-Zahabȋ, sayr a’lam an-nublȃi, Edisi Syuaib al-Arnȃȗt. (Beirut: Muassah ar-Risȃlah, t.th), XXIX: 2.
[4] Ibid, XXIII:350.
[5] Ibnu Hajar al-‘Asqalȃnȋ, Tahdzȋbu tahdzȋb, cet ke-1 (Beirut: Dȃr shȃdir, 1968) V: 366-367.
[6]Jamaluddȋn al-Mazzȋ, Tahdzȋb al-Kamȃl fȋ Asmȃ’ ar-Rijȃl, cet ke-1 (Beirut:  Mu’assasah ar-Risalah, 1996), XX4: 137-139.
[7] Ibid, IV: 283-284.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.