A. Latar Belakang Masalah
Penelitian hadis merupakan kegiatan ilmiah untuk membuktikan kebenaran suatu berita dan bagian dari upaya membenarkan yang benar dan membatalkan yang batil. Umat Islam sangat besar perhatiannya dalam segi ini, baik dipakai sebagai penetapan suatu pengetahuan atau pengambilan suatu dalil (dasar hukum). Apa lagi jika hal tersebut berkaitan dengan riwayat hidup Nabi Muhammad saw. baik itu ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang disandarkan kepada Beliau. Usaha ini hanya mempunyai satu tujuan, yaitu mengikuti jejak Nabi Muhammad Saw. dengan berjalan di atas sunnah beliau, dalam rangka mencapai keridhoan Allah dan mendapatkan kecintaannya.
Sudah sejak lama para pendahulu kita berusaha memelihara peninggalan Nabi ini, dan menjaganya dari persangkaan negatif dan pemalsuan yang ternyata banyak dilakukan oleh berbagai kalangan. Usaha pemeliharaan pusaka Nabi Muhammad tersebut dimulai dengan pembukuan secara umum tentang hadis dan secara terus menerus diadakan penelitian melalui proses yang sangat ketat berdasarkan metodologi dan standar yang diciptakan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing peneliti.
Untuk memahami hadis maka dua unsur sanad dan matan menjadi hal yang tidak bisa diabaikan. Keduanya merupakan dua unsur pokok hadis yang harus ada pada setiap hadis, dan antara keduanya memiliki kaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Suatu berita tentang Rasul (matan) tanpa ditemukan rangkaiannya atau susunan sanadnya yang jelas maka berita tersebut tidak dapat dikatakan sebagai sebuah hadis. Sebaliknya susunan sanad meskipun bersambung sampai kepada Rasulullah.
Untuk mengetahui bahwa sebuah hadis benar-benar bersumber dari Rasulullah, maka diperlukan usaha penelitian untuk membuktikan hal tersebut. Dengan demikian, tujuan utama penelitian hadis adalah untuk menilai apakah secara historis sesuatu yang disebut sebagai hadis Nabi itu benar-benar dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya berasal dari Nabi ataukah tidak. Hal ini sangat penting mengingat kedudukan kualitas hadis erat sekali kaitannya dengan dapat atau tidaknya dijadikan sebagai hujjah agama.
Penelitian kualitas hadis perlu dilakukan, bukan berarti meragukan hadis Nabi Muhammad saw. tetapi untuk melihat keterbatasan perawi hadis sebagai manusia, yang adakalanya melakukan kesalahan, baik karena lupa maupun karena didorong oleh kepentingan tertentu. Keberadaan perawi hadis sangat menentukan kualitas hadis, baik kualitas sanadmaupun kualitas matan hadis. Dalam hal inilah ada dua obyek terpenting dalam penelitian hadis yaitu: Pertama, materi/isi hadis itu sendiri (matn al-hadis) dan Kedua, rangkaian sejumlah periwayat yang menyampaikan hadis (sanad al-hadis).
Berdasarkan alasan di ataslah sehingga penulis melakukan peniltian hadis yang berkaitan tentang “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya” tetapi dsini penulis hanya menfokuskan diri pada pembahasan Kritik Sanad terhadap hadis yang diriwayatkan oleh Husain Bin ‘Ali , karena semata-mata guna memenuhi tanggungjawab tugas mata kuliah Takhrȋj al-hadȋs.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana mengetahui validitas sanad hadis “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya”
C. Langkah Penelitian
1. Takhrȋj al-Hadȋs
2. Membuat skema sanad
3. Menuliskan biografi para perawi
D. Pembahasan
1. Takhrȋj al-Hadȋs
Secara ringkas takhrȋj al-hadȋs diartikan penelusuran atau pencarian hadis di berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan, yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[1]
Setelah melakukan penelitian ternyata peneliti mendapatkan hadis tersebut hanya ada di dalam kitab Mu‘jam al-Kabȋr karangan at-Thabrȃnȋ[2]. Secara lengkap sanad hadis tersebut adalah sebagai berikut:
Setelah melakukan penelitian ternyata peneliti mendapatkan hadis tersebut hanya ada di dalam kitab Mu‘jam al-Kabȋr karangan at-Thabrȃnȋ[2]. Secara lengkap sanad hadis tersebut adalah sebagai berikut:
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بن عَلِيِّ بن نَصْرٍ الطُّوسِيُّ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن أَيُّوبَ الْمُخَرِّمِيُّ ،
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن كَثِيرِ بن جَعْفَرٍ ، عَنْ أَبِيهِ ، عَنْ جَدِّهِ ، عَنْ بِلالِ بن الْحَارِثِ
، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رَمَضَانُ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ
رَمَضَانَ فِيمَا سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ، وَجُمُعَةٌ بِالْمَدِينَةِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ جُمُعَةٍ فِيمَا
سِوَاهَا مِنَ الْبُلْدَانِ
Artinya: Rasulullah saw.bersabda: “Ramadhan di Madinah itu lebih baik dari 1000 Ramadhan di negeri selainnya. Satu jum’at di Madinah itu lebih baik dari 1000 Jum’at di negeri selainnya”.
2. Membuat Diagram sanad (diagram sanad terlampir)
3. Biografi perawi hadis jalur at-Thabrȃnȋ.
Al-Hasan bin ‘Ali
Nama lengkap beliau adalah Abȗ ‘Ali al-Hasan bin ‘Ali bin Nashr ath-Thawsȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Muhammad bin Rȃfi’, Muhammada bin Aslam, Ishȃk al-Kausaj, Abdullȃh bin Hȃsyim, Zaid bin Ahzam dan selain dari mereka. Diantara orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Abdullȃh bin Muhammad bin Muslim, Ahmad bin ‘Ali ar-Rȃzi, Abȗ Sahl ash-Shu‘lȗkȋ, Muhammad bin Ja‘far al-Bustȋ dan selain dari mereka. Abȗ Ya’la al-Khalȋlȋ berkata, “ Ia termasuk dari 10 sahabat”.[3]
‘Abdullȃh bin Ayȗb
Nama lengkap beliau adalah Abdullȃh bin Muhammmad bin Ayȗb al-Mukharrimȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Sufyan bin Uyainah, Yahya bin salim ath-Thȃifȋ, Abdullȃh bin Numair, ‘Ali bin Ȃsim, Hasan bin Sȃlih al-Abbȃdanȋ, Yahya bin abȗ Bukair, Wahab bin Jarir dan selain dari mereka. Di antara orang yang meriwayatkan dari beliau adalah Yahya Bin Said, Muhammad bin Makhlad, ibnu Abȗ Hȃtim, Ismail ash-Shaffȃr, dan selain dari mereka. Abȗ Hȃtim berkata, “saya mendengar dari bapakku bahwa dia seorang yang jujur.[4]
‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far
Nama lengkap beliau adalah ‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far bin abȗ Katsȋr al-Anshȃrȋ az-Zarkȋ. Dia meriwayatkan hadis dari bapaknya, ibnu abȗ Fudaik, Katsȋr bin ‘Abdullȃh bin Amr bin Auf dan selain mereka. Dan diantara yang meriwayatkan hadis dari ‘Abdullȃh bin Katsȋr ialah Abbȃs al-Anbarȋ, Ibrȃhȋm bin Said al-Jauharȋ, ‘Abdullȃh bin Muhammad bin Ayyub al-Mukharrimȋ, Yahya bin Ayyub al-Maqȃbirȋ, Harun bin Sufyan dan Zubair bin Bakkȃr. Ibnu majah berkata pada salah satu hadis yang diriwayatkanya ‘Abdullȃh bin Katsȋr adalah seorang yang wahm (sering salah).[5]
Katsȋr Bin Abdullȃh bin Amr
Nama lengkap beliau adalah Katsȋr Bin Abdullȃh bin Amr bin Auf bin Zaid bin Milhah al-Muzannȋ. Ia meriwayatkan hadis dari Bakr bin Abdurrahman al-Muzannȋ, Rubaih bin Abdurrahman bin abȗ said al-Khudrȋ, bapaknya yaitu Abdullȃh bin Amr bin Auf al-Muzannȋ, dan selain mereka. Diantara orang yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah Ibrȃhȋm bin ‘Ali ar-Rȃfi, Ishȃk bin Ibrȃhȋm al-Hunainȋ, Ismȃil bin abȗ Uyais. Dan selain mereka. Abu Thȃlib berkata, saya pernah bertanya tentang Katsȋr Bin Abdullȃh kepada Ahmad bin Hanbal, Ia menjawab ia termasuk munkar al-hadȋs. An-Nasȃȋ dan Dȃr al-Qutnȋ: matrȗk al-hadȋs. Abu Ubai al-Ȃjirȋ juga pernah menanyakan Katsȋr Bin Abdullȃh kepada Abȗ Daȗd lalu ia menjawab ahad al-kadzdzȃbȋn.[6]
Bilȃl bin Hȃrits
Nama lengkap beliau adalah Bilȃl bin Hȃrits al-Muzannȋ. Dia meriwayatkan hadis dari Nabi, Abdullȃh bin Mas‘ud dan Umar bin al-Khattȃb. Diantara orang yang meriwayatkan hadis darinya adalah anaknya yaitu al- Hȃrits bin Bilȃl bin Hȃrits al-Muzannȋ, Abdurrahman bin Athiyyah bin Dallȃf, Amr bin Auf al-Muzannȋ dan selain dari mereka. Al-Bukharȋ berkata: ia termasuk penduduk Madinah. Al-Wȃqidȋ: dia adalah orang yang pertama k’Ali datang kepada Nabi dari suku al-Muzannȋ pada tahun ke-5 Hijriyah.[7]
E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa derajat sanad hadis tersebut adalah dhaif karena ada dua perawi hadis yaitu ‘Abdullȃh bin Katsȋr bin Ja‘far dan Katsȋr Bin Abdullȃh yang dinilai dhaif oleh ulama hadis.
Sumber Tulisan
Asqolȃnȋ, Syihȃbuddȋn abȗ al-Fadhl Ahmad bin Ali ibnu Hajar al-, Tahdzibu tahdhzȋb, Beirut: Dȃr shȃdir, 1968.
Ismail, Prof. DR. M. Suhudi, Metodologi Penelitan Hadis Nabi, Jakarta: Bulan Bintang, 2007.
Mutayqqan, Jamaluddȋn abȗ al-Hujjȃj yȗsuf al-Mazzȋ Al-, Tahdzȋb al-Kamȃl fȋ Asmȃ’ ar-Rijȃl, Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1996.
Suyȗthȋ, Jalȃluddȋn as-, Asmȃ’ al-Mudallisȋn, Beirut: Dȃr al-Jayl, 1992.
‘Thabrȃnȋ, Al-Hȃfiz abȗ al-Qȃsim bin Ahmad at-, Mu’jam al-Kabȋr, Kairo: Maktabah ibnu Taymiyyah, Tth.
Zahabȋ, Syamsuddin abȗ Abdullȃh Muhmmad bin Ahmad az-, sayr a’lam an-nublȃi, Edisi Syuaib al-Arnȃȗt. Beirut: Muassah ar-Risȃlah, t.th.
1. Lampiran diagram sanad hadis
Berhubung diagramnya gak kebaca maka Diagram sanadnya bisa di buat sendiri. hehehhehehe
[1] Suhudi Ismail, Metodologi Penelitan Hadis Nabi, Cet ke-2 (Jakarta: Bulan Bintang, 2007) h. 41.
[2] Ahmad at-Thabrȃnȋ, Mu’jam al-Kabȋr, (Kairo: Maktabah ibnu Taymiyyah, Tth), I: 382, hadis no. 1144.
[3] Syamsuddin abȗ Abdullah Muhmmad bin Ahmad az-Zahabȋ, sayr a’lam an-nublȃi, Edisi Syuaib al-Arnȃȗt. (Beirut: Muassah ar-Risȃlah, t.th), XXIX: 2.
[4] Ibid, XXIII:350.
[5] Ibnu Hajar al-‘Asqalȃnȋ, Tahdzȋbu tahdzȋb, cet ke-1 (Beirut: Dȃr shȃdir, 1968) V: 366-367.
[6]Jamaluddȋn al-Mazzȋ, Tahdzȋb al-Kamȃl fȋ Asmȃ’ ar-Rijȃl, cet ke-1 (Beirut: Mu’assasah ar-Risalah, 1996), XX4: 137-139.
0 komentar:
Posting Komentar