يقول الله تعالى : يابنَ آدمَ ! كَمْ مِن سِرَاجٍ قَدْ أَطْفَأَتْهُ رِيْحُ الهَوَى وَكَمْ مِنْ عابدٍ قَدْ أَفْسَدَهُ العُجْبُ وكم من غنيٍّ أَفْسَدَهُ الغِنَاءُ وكم من فقيرٍ أَفْسَدَهُ الفَقْرُ وكم من صَحِيْحٍ أَفْسَدَتْهُ العَافِيَةُ وكم من عالِمٍ أَفْسَدَهُ العِلْمُ وكم من جاهلٍ أَفْسَدَهُ الجهلُ, فَلَولاَ مَشَايِخُ رُكَّعٌ وشَبَابٌ خُشَّعٌ وأطفالٌ رُضَّعٌ وبَهَائِمُ رُتَّعٌ لَجَعَلْتُ السَّمَاءَ مِن فوقكم حَدِيداً والأرضَ صَفْصَفًا والتُّرَابَ رَمَاداً ولَمَا أَنْزَلْتُ عليكم من السّماء قَطْرَةً وَلَمَا أَنْبَتْتُ فى الأرض من حبَّةٍ ولَصَبَبْتُ عليكم العذابَ صبًّا (المواعظ في الأحاديث القدسية للإمام الغزالى)


Allah Ta’ala berfirman : Wahai manusia ! Betapa banyak lampu yang padam oleh hembusan angin. Betapa banyak orang yang ahli ibadah celaka karena kesombongannya. Betapa banyak orang yang kaya celaka karena kekayaannya. Betapa banyak orang yang miskin celaka karena kefakirannya. Betapa banyak orang yang sehat celaka karena kesehatannya. Betapa banyak orang yang berilmu celaka karena keilmuannya. Betapa banyak orang yang bodoh celaka karena kebodohannya. Andaikata tidak ada orang-orang tua yang selalu ruku’, pemuda-pemuda yang khusyu’, anak-anak kecil yang menetek, dan binatang-binatang ternak yang berkeliaran mencari rerumputan, niscaya Aku akan mengubah langit menjadi besi, bumi menjadi batu licin yang kering kerontang dan debu menjadi kerikil. Setetes pun tidak akan pernah Aku turunkan air hujan dari langit, dan tak sebutir biji pun akan Kutumbuhkan di bumi. Dan sungguh akan Kucurahkan siksa kepadamu. (Hadits Qudsi diambilkan dari kitab “al-Mawā’id fi al-Ahādīts al-Qudsiyyah, karya Imam Ghazali)

Kandungan Hadits Qudsi di atas sangat jelas. Meskipun dalam beberapa literatur dari kitab-kitab kumpulan hadits-hadits jarang dicantumkan, kecuali oleh Imam Ghazali sendiri. Hadits Qudsi di atas sesungguhnya ingin menggambarkan betapa porak-porandanya kehidupan dunia ini akibat ulah manusia. Ada isyarat yang jelas bahwa amat banyak hal yang telah dikaruniakan Allah S.w.t kepada manusia dalam kehidupan ini tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, bahkan cenderung diekspoitir dan disalahgunakan. Maka, celakalah orang-orang yang tidak menyadari akan ni’mat Allah dalam dirinya!

Memang betul, bahwa Allah S.w.t senantiasa memerintahkan kita untuk selalu beribadah kepada-Nya, dimana dan kapanpun kita berada. Tetapi, ibadah yang dikehendaki oleh-Nya adalah bentuk ibadah yang didasari oleh ketulusan dan sikap ikhlas: tidak mengharap apa-apa kecuali hanya ridha-Nya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku”. (Lihat: Q, s. ad-Dzāriyāt/51:56)

Padahal mereka tidak diperintah kecuali untuk menyembah hanyak kepada Allah, dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam beragama, dan mendirikan shalat, melaksanakan pembayaran zakat. Itulah agama yang lurus. (Q, s. al-Bayyinah/98:5)

Ibadah adalah untuk kepentingan kita secara individu-individu, bukan untuk kepentingan Tuhan. Tuhan Allah adalah Maha segalanya, tidak membutuhkan apa-apa, termasuk tidak pula membutuhkan ketaatan kita. “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya” (Q, s. Yūnus/10:99) Ini menegaskan bahwa masalah iman bukan urusan Tuhan: beriman atau tidak sepenuhnya diserahkan kepada pilihan dan tanggungjawab manusia. “Dan katakanlah: ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir’. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka”. (Lihat: Q, s. al-Kahfi/19:29)

Banyak diantara kita yang tidak kuat untuk tetap tawadhu’ dalam ibadahnya. Banyak yang merasa bahwa dirinya telah “berbuat banyak untuk Tuhan” dan menganggap bahwa dirinyalah yang paling rajin “menyambangi”-Nya di malam hari di malam gelap gulita dimana orang-orang sedang terlelap dalam tidurnya. Perasaan seperti itu boleh-boleh saja, yang tidak boleh adalah menyombongkan diri, apalagi kalau ternyata siang harinya tidak ada tindakan apa-apa untuk kepentingan orang lain. Beribadahlah yang tekun, khusyu’ dan penuh harap kepada Allah, dan cukuplah baginya Dia Yang Maha Tahu dan Maha Mendengar. Orang yang pamrih dalam ibadah adalah ungkapan bahwa ia sebetulnya tidak terlalu percaya bahwa Allah akan memperhitungkan amal ibadahnya. Maka, “betapa banyak orang yang ahli ibadah celaka karena kesombongannya” !

Betapa banyak pula orang kaya yang celaka karena kekayaannya. Karena banyak orang kaya yang ternyata tidak tahu bagaimana menggunakan kekayaannya itu. Yang tidak penting menjadi dipenting-pentingkan, yang tidak perlu mendadak diperlu-perlukan, yang tidak ada diada-adakan, bahkan yang wajib menjadi sunnah, yang sunnah menjadi mubah, yang mubah malah menjadi wajib. Ketahuilah bahwa ketika seseorang menjadi kaya, maka hal itu hanya untuk mengukur sejauh mana kepekaannya kepada penderitaan orang lain.

Menjadi kaya itu tidak dilarang, malah Al-Qur’an justru menganjurkan kaum muslimin agar tidak jatuh miskin. Tidak ada batasan seberapa besar kekayaan yang boleh ditimbun oleh seorang muslim. Silahkan, himpun kekayaan sebanyak-banyaknya, asal ketika telah terhimpun sebagiannya harus segera didistribusikan, digunakan untuk mensejahterakan lingkungannya masing-masing, agar kekayaan itu tidak hanya beredar di lingkungan orang-orang kaya saja. Al-Qur’an pernah menyinggung masalah ini dalam sebuah ayatnya:

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu… (Q, s. al-Hasyr/59:7)

Dalam pandangan Islam, orang disebut kaya adalah ketika ia mampu mensejahterakan lingkungannya. Orang kaya yang tidak peduli dengan lingkungannya, pada hakekatnya adalah orang miskin.

Banyak orang kaya yang membuat jarak dengan masyarakat sekitarnya, bahkan membangun sekat tebal agar dirinya tidak tersentuh oleh tangan orang-orang miskin. Orang kaya tanpa orang miskin, sesungguhnya tidak ada apa-apanya. Sukses berbisnis dengan pabrik besar yang menyerap ribuan tenaga kerja, harus disadari bahwa itu merupakan sumbangan orang-orang miskin. Tanpa mereka, maka pabrik besar seperti apapun tidak akan mampu memproduksi barang. Kita menilai seseorang sebagai orang yang kaya, hal itu karena kita membandingkannya dengan orang lain yang berada di bawahnya.

Ciri orang miskin umumnya adalah tamak, punya satu ingin dua, dikasih dua minta tiga, sudah dapat tiga masih saja berpikir bagaimana caranya mendapatkan yang keempat, ketika sudah dapat empat digenggamnya erat-erat. Miskin dan kaya, dalam banyak literatur Islam, selain ditentukan oleh nilai nominal harta yang dimiliki, juga diukur dari tingkat kepuasaan batin seseorang terhadap sesuatu hal yang dimilikinya. Maka, orang kaya yang tamak, pada hakekatnya adalah masih miskin.

Tidak saja orang kaya, orang miskin yang celaka karena kefakirannya juga banyak. Bahkan, di negeri ini ternyata banyak orang yang justru ingin dianggap miskin. Sebuah penelitian untuk tesis magister di salah satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, mengungkapkan bahwa para peminta di jalan-jalan raya yang umumnya terdiri dari anak-anak dan perempuan, setelah diselidiki ternyata adalah orang-orang yang mampu secara ekonomi. Di rumahnya mereka memiliki barang-barang yang umumnya dimiliki orang kaya, dari televisi berwarna, sepeda motor, kulkas, mesin cuci, dan perabot-perabot lain, bahkan rumah mereka juga berlantaikan keramik. Mereka bukan pegawai negeri atau pengusaha, melainkan mereka adalah para pengemis jalanan.

Bagi mereka, menjadi pengemis sama sekali bukan karena takdir, tapi lebih sebagai profesi. Mereka betul-betul profesional! Ketika diminta untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pengemis dan akan diberi bekal ketrampilan untuk meniti usaha secara mandiri, mereka menolak karena dengan profesinya itu rata-rata per hari mereka dapat membawa pulang sekitar Rp. 50.000 – Rp. 70.000: nominal yang setaraf dengan pegawai negeri golongan III C.

Umat Islam sering dibuat bingung, antara memberi atau tidak memberi. Mereka miskin tapi kaya, atau kaya tapi miskin. Dalam Islam, orang miskin harus ditolong, dibantu dan diringankan bebannya. Tapi terhadap orang yang pura-pura miskin, tentu saja tidak ada kewajiban untuk menolongnya.

Bahwa kemiskinan harus disyukuri adalah anjuran Islam, tetapi mensyukurinya bukan dengan cara lari dari ajaran agama. Justru dengan kemiskinannya itu orang dianjurkan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan malah menjauhkan diri. Kemiskinan yang melekat pada dirinya malah diekspoitir dan digunakan sebagai dalih yang membenarkan seluruh tindakannya. Bagaimana pun miskinnya, orang tetap tidak diperkenankan mencuri atau menipu.

Banyak pula orang bodoh yang celaka karena kebodohannya, begitu pula orang yang berilmu yang celaka karena keilmuannya, dan orang sehat yang celaka karena kesehatannya. Ketika sehat, tidak ingat apa-apa, semua larangan diterjang dan semua perintah diabaikan, giliran jatuh sakit baru berpikir untuk bertobat. Maka selagi masih sehat, gunakanlah kesehatan itu untuk hal-hal yang baik. Demikian pula dengan ilmu, manfaatkanlah untuk kepentingan dan kemaslahatan manusia. Allah menganugerahkan ilmu pengetahuan kepada kita dengan tujuan untuk ikut memakmurkan bumi, bukan malah merusaknya. 

Itulah fenomena yang ada di hadapan kita saat ini. Ternyata di Republik ini banyak orang yang sakit jiwa, karena tidak lagi dapat menempatkan dirinya dengan benar. Negeri ini rasanya penuh dengan orang-orang yang berdusta. Itu pula yang digambarkan oleh Al-Qur’an dalam surat al-Baqarah:

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakit itu semakin parah; dan mereka pasti mendapat siksa yang menyakitkan karena kedustaan mereka itu. (Q, s. al-Baqarah/2:10)

Tuhan nampaknya marah besar kepada para hamba-Nya yang tidak tahu diri, dan tidak mau bersyukur atas apa yang telah dilimpahkan oleh-Nya di dunia ini. Bencana dan musibah yang menimpa negeri ini secara bertubi-tubi, mungkin saja disebabkan oleh kealpaan kita semua untuk bersyukur dan kembali ke jalan-Nya. Ketahuilah bahwa andai saja kita mau bersyukur, niscaya Allah tidak akan menurunkan adzab-Nya. “Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q, s. Ibrāhim/14:7)


Allah sama sekali tidak akan menyiksamu kalau sekiranya kamu bersyukur dan beriman. Allah Maha Berterimakasih lagi Maha Tahu. (Q, s. an-Nisā’/4:147)

Maka, memperhatikan fenomena seperti tergambar di atas, bangsa ini rasanya patut berterimakasih kepada orang-orang tua yang saleh dan tekun beribadah, pemuda-pemuda yang khusyu’, anak-anak yang menetek ibunya, dan binatang-binatang yang mencari makan, sebab andaikata tanpa kehadiran mereka niscaya perahu negeri ini sudah tenggelam dan hancur. Mulai sekarang, belajarlah untuk menghormati orang-orang tua yang istiqamah, anak-anak muda yang saleh, termasuk dengan cara menyayangi para balita dan binatang-binatang.

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku. (Q, s. al-An’ām/6:15)

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.