Al-Bazzaar rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، ثنا مُعَاذُ بْنُ فَضَالَةَ، حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ، عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ سُلَيْمٍ، قَالَ بَكْرٌ: أَحْسِبُهُ، عَنْ أَبِي سَلَمَةَ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِذَا دَخَلْتَ مَنْزِلَكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ تَمْنَعَانِكَ مَدْخَلَ السُّوءِ، فَإِذَا خَرَجْتَ مِنْ مَنْزِلِكَ فَصَلِّ رَكْعَتَيْنِ تَمْنَعَانِكَ مَخْرَجَ السُّوءِ "
Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Manshuur : Telah menceritakan kepada kami Mu’aadz bin Fadlaalah : Telah menceritakan kepadaku Yahyaa bin Ayyuub, dari Bakr bin ‘Amru, dari Shafwaan bin Sulaim – Bakr berkata : Aku mengira, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Apabila engkau masuk ke rumahmu, shalatlah dua raka’at dimana ia akan mencegahmu dari tempat masuk (rumah) yang buruk. Apabila engkau hendak keluar dari rumahmu, shalatlah dua raka’at dimana ia akan mencegahmu dari tempat keluar yang buruk” [Kasyful-Astaar, 1/357 no. 746].

Diriwayatkan juga oleh Al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan no. 2814, ‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy dalam Akhbaarush-Shalaah no. 16 dan 25 yang semuanya dari jalan Mu’aadz bin Fadlaalah, selanjutnya seperti hadits di atas.
Keterangan perawi :
a.    Mu’aadz bin Fadlaalah Az-Zahraaniy/Ath-Thafaawiy, Abu Zaid Al-Bashriy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 2010 H. Dipakai Al-Bukhaariy dalam Shahiih-nya [Taqriibut-Tahdziib, hal. 952 no. 6785].
b.    Yahyaa bin Ayyuub Al-Ghaafiqiy, Abul-‘Abbaas Al-Mishriy; seorang yang shaduuq, namun kadang keliru. Termasuk thabaqah ke-7, dan wafat tahun 168 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1049 no. 7561].
c.    Bakr bin ‘Amru Al-Ma’aafiriy Al-Mishriy; seorang yang shaduuq lagi ‘aabid. Termasukthabaqah ke-6, dan wafat setelah tahun 140 H pada masa pemerintahan Abu Ja’far.Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah dalam At-Tafsiir [Taqriibut-Tahdziib, hal. 176 no. 753].
d.    Shafwaan bin Sulaim Al-Madaniy, Abu ‘Abdillah/Abul-Haarits Al-Qurasyiy Az-Zuhriy; seorang yang tsiqah, mutqin, lagi ‘aabid. Termasuk thabaqah ke-4, lahir tahun 60 H, dan wafat tahun 132 H. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 453 no. 2949].
e.    Abu Salamah bin ‘Abdirrahmaan bin ‘Auf Al-Qurasyiy Az-Zuhriy Al-Madaniy; seorang yang tsiqah lagi banyak haditsnyaTermasuk thabaqah ke-3, da wafat tahun 94 H dalam usia 72 tahun). Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1155 no. 8203].
f.     Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang mulia.
Shafwaan bin Sulaim mempunyai mutaba’ah dari Yahyaa bin Abi Katsiir sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Kabiir 1/336 no. 1057, Ibnu ‘Adiy dalam Al-Kaamil1/406-407 no. 80 dan darinya Al-Baihaqiy dalam Syu’abul-Iimaan no. 2815, Al-‘Uqailiy 1/84-85, Ath-Thursuusiy dalam Musnad-nya no. 23 dan Al-Kharaaithiy dalam Makaarimul-Akhlaaq no. 879; semua dari jalan Sa’d bin ‘Abdil-Hamiid : Telah memberitakan Ibraahiim bin Yaziid Al-Qudaid, dari Al-Auzaa’iy, dari Yahyaa, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ بَيْتَهُ، فَلا يَجْلِسْ حَتَّى يَرْكَعَ رَكْعَتَيْنِ، فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ جَاعِلٌ لَهُ مِنْ رَكْعَتَيْهِ فِي بَيْتِهِ خَيْرًا "
Apabila salah seorang di antara kalian masuk rumahnya, janganlah ia duduk hingga shalat dua raka’at. Karena Allah ‘azza wa jalla akan menjadikan shalat dua raka’at yang ia lakukan di rumahnya tersebut kebaikan baginya”.
Sanad ini lemah, terutama dikarenakan Ibraahiim bin Yaziid Al-Qudaid – dan secara khusus haditsnya tersebut yang ia riwayatkan dari Al-Auzaa’iy. Mengomentari hadits Ibnul-Qudaid dari Al-Auzaa’iy di atas, Al-Bukhaariy berkata : “Tidak ada asalnya dari hadits Al-Auzaa’iy”. Hal yang sama dikatakan oleh Al-‘Uqailiy. Ibnu ‘Adiy berkata : “Hadits ini munkar dengan sanad ini” [selengkapnya dilakan lihat Lisaanul-Miizaan, 1/385-386 no. 346].
Walhasil hadits ini hasan dengan jalan sanad yang pertama. Al-Haitsamiy rahimahullahmengomentari hadits di atas : “Diriwayatkan oleh Al-Bazzaar dan para perawinya adalahtsiqaat” [Majma’uz-Zawaaid, 2/283]. Al-Albaaniy rahimahullah menshahihkan hadits iniAsh-Shahiihah 3/315 no. 1323.
Di antara salaf yang mengamalkan sunnah ini adalah ‘Abdullah bin Rawaahah radliyallaahu ‘anhu[1] dan Tsaabit Al-Bunaaniy rahimahullah.
أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ ثَابِتٍ الْبُنَانِيِّ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى، قَالَ: تَزَوَّجَ رَجُلٌ امْرَأَةَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَةَ، فَقَالَ لَهَا: تَدْرِينَ لِمَ تَزَوَّجْتُكِ؟ لِتُخْبِرِينِي عَنْ صَنِيعِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ رَوَاحَةَ، فِي بَيْتِهِ، فَذَكَرَتْ لَهُ شَيْئًا لا أَحْفَظُهُ، غَيْرَ أَنَّهَا قَالَتْ: كَانَ " إِذَا أَرَادَ أَنْ يَخْرُجَ مِنْ بَيْتِهِ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، فَإِذَا دَخَلَ دَارَهُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، وَإِذَا دَخَلَ بَيْتَهُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لا يَدَعُ ذَلِكَ أَبَدًا، وَكَانَ ثَابِتٌ لا يَدَعُ ذَلِكَ فِيمَا ذَكَرَ لَنَا بَعْضُ مَنْ يُخَالِطُ أَهْلَهُ، وَفِيمَا رَأَيْنَا مِنْهُ "
Telah mengkhabarkan kepada kami Ma’mar, dari Tsaabit Al-Bunaaniy, dari ‘Abdurrahmaan bin Abi Lailaa, ia berkata : Ada seorang laki-laki menikahi eks istri ‘Abdullah bin Rawaahah. Ia berkata kepadanya (si istri) : “Apakah engkau mengetahui mengapa aku menikahimu ?. Yaitu, agar engkau memberi tahu kepadaku tentang perbuatan ‘Abdullah bin Rawaahah di rumahnya. Lalu si istri menyebutkan sesuatu yang tidak aku hapal, kecuali satu hal dimana ia berkata : “Ia (‘Abdullah bin Rawaahah) dulu apabila ingin keluar dari rumahnya shalat dua raka’at. Apabila masuk ke negerinya (sehabis pulang dari safar), ia shalat dua raka’at. Dan apabila masuk ke rumahnya, ia pun shalat dua raka’at. Ia tidak meninggalkan hal itu selamanya”. Adalah Tsaabit (Al-Bunaniy) juga tidak meninggalkan amalan tersebut dari apa yang disebutkan oleh sebagian orang yang bergaul dengan keluarganya dan apa yang kami lihat sendiri darinya [Diriwayatkan oleh ‘Abdullah bin Al-Mubaarak dalam Az-Zuhd no. 1283].
Keterangan perawi :
a.    Ma’mar bin Raasyid Al-Azdiy, Abu ‘Urwah Al-Bashriy; seorang yang tsiqah, tsabat, lagi faadlil. Termasuk thabaqah ke-7, wafat tahun 154 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 961 no. 6857].
b.    Tsaabit bin Aslam Al-Bunaaniy, Abu Muhammad Al-Bashriy; seorang yang tsiqah lagi ‘aabid. Termasuk thabaqah ke-4, wafat tahun 123 H/127 H. Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 185 no. 818].
c.    ‘Abdurrahmaan bin Abi Lailaa Al-Anshaariy Al-Ausiy, Abu ‘Iisaa Al-Madaniy Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-2, dan wafat tahun 83 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 597 no. 4019].
Riwayat Ma’mar dari Tsaabit (Al-Bunaaniy) adalah lemah (dla’iif). ‘Ali bin Al-Madiniy berkata : “Dalam hadits Ma’mar dari Tsaabit adalah hadits-hadits gharib dan munkarah”. Al-‘Uqailiy berkata : “Mereka (para ulama) mengingkari hadits-hadits Ma’mar yang berasal dari Tsaabit”. Ibnu Abi Khaitsamah menyebutkan dari Yahyaa bin Ma’iin, bahwa ia berkata : “Hadits Ma’mar dari Tsaabit adalah goncang (mudltharib) dan banyak kelirunya” [Syarh ‘Ilal At-Tirmidziy oleh Ibnu Rajab, 2/691].
Akan tetapi Ma’mar mempunyai mutaba’ah dari Hammaad bin Zaid sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Ibnu Abid-Dun-yaa dalam At-Tahajjud no. 247 : Telah menceritakan kepada kami Khaalid bin Khidaasy, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Tsaabit, dari ‘Abdurrahmaan bin Abi Lailaa : Bahwas annya ada seorang laki-laki menikahi eks istri ‘Abdullah bin Rawaahah…….dst.
Keterangan perawi :
a.    Khaalid bin Khidaasy bin ‘Ajlaan Al-Azdiy Al-Muhallabiy, Abul-Haitsam Al-Bashriy; seorang yang dikatakan Ibnu Hajar berstatus : ‘shaduuq, namun sering keliru (yukhthi’)’. Termasuk thabaqah ke-10, dan wafat tahun 224 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Al-Adabul-Mufrad, Muslim, Abu Daawud dalam Musnad Maalik, dan An-Nasaa’iy [Taqriibut-Tahdziib, hal. 285 no. 1633].
Perincian perkataan ulama adalah sebagai berikut :
Yahyaa bin Ma’iin, Abu Haatim, dan Shaalih bin Muhammad Al-Baghdaadiy berkata : “Shaduuq”. Di lain riwayat Ibnu Ma’iin berkata : “Aku telah menulis haditsnya. Ia bersendirian dalam hadits-hadits yang ia riwayatkan dari Hammaad bin Zaid”. Muhammad bin Sa’d berkata : “Tsiqah”. Ya’quub bin Syaibah berkata : “Tsiqah lagishaduuq”. ‘Aliy bin Al-Madiiniy berkata : “Dla’iif”. As-Saajiy berkata : “Padanya ada kelemahan”. Sulaimaan bin Harb berkata : “Shaduuq, tidak mengapa dengannya”. Ibnu Hibbaan memasukkannya dalam Ats-Tsiqaat. Ibnu Qaani’ berkata : “Tsiqah”. Sebagian ulama mengingkari haditsnya, namun Al-Khathiib Al-Baghdaadiy memberikan pembelaan kepadanya [lihat selengkapnya : Tahdziibut-Tahdziib, 3/85 no. 162].
Walhasil, beberapa kritikan yang diarahkan kepadanya tidaklah membuat haditsnya turun dari derajat hasan. Wallaahu a’lam.
b.    Hammaad bin Zaid bin Dirham Al-Azdiy Al-Jahdlamiy Abu Ismaa’iil Al-Bashriy Al-Azraq; seorang yang tsiqah, tsabat, lagi faqiih. Termasuk thabaqah ke-8, lahir tahun 98 H, dan wafat tahun 179 H. Dipakai Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 268 no. 1506].
Oleh karena itu, kualitas atsar shahih lighairihi.
Ini saja yang dapat dituliskan, semoga dapat menambah perbendaharaan ilmu dan amal kita.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yogyakarta – 25042012].


[1]      Beliau radliyallaahu ‘anhu syahid dalam perang Mu’tah, yang informasi singkatnya bisa And abaca di artikel : Kepahlawanan dalam Perang Mu’tah.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.