Syekh Rukn-ud-Din Abul Fath
’Kota para sufi atau kota orang-orang suci.’’ Begitulah kota Multan -- sebuah kota yang berada di wilayah bagian selatan Provinsi Punjab, Pakistan – kerap dijuluki. Julukan tersebut ditabalkan kepada kota itu karena banyaknya terdapat makam dan tempat orang-orang suci di wilayah tersebut.
Kota Multan juga dikenal sebagai pencetak ulama-ulama sufi terkemuka di dunia. Dalam sejarahnya, kota tertua di kawasan sub-kontinen Asia itu menjadi salah satu tempat di negeri Pakistan yang pertama kali dirambah Islam dalam sebuah ekspedisi penaklukan yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim, seorang jenderal Dinasti Umayyah.
Hingga kini, kota Multan tetap menjadi kota penting yang selalu didatangi ribuan peziarah datang dari seluruh penjuru negeri itu. Para peziarah itu datang untuk mengunjungi puluhan makam suci yang tersebar di seluruh kota Multan.
Salah satu tempat suci yang banyak didatangi oleh para peziarah adalah makam Syekh Rukn-ud-Din Abul Fath atau yang lebih dikenal dengan julukan Rukn-i-Alam (pilar dunia). Rukn-i-Alam adalah salah satu ulama sufi terkemuka dari Multan. Ia adalah putra dari Pir Sadar-Al-Din Arif dan cucu sekaligus penerus dari Syekh Baha-ud-Din Zakariya, seorang ulama sufi dari abad ke-13 M yang memperkenalkan ajaran Tarekat Suhrawardiyah di wilayah India.
Syekh Rukn-i-Alam terlahir di Multan pada 9 Ramadhan 649 H/26 November 1251. Beliau wafat pada tanggal 7 Jumadil Awwal tahun 735 H atau bertepatan dengan 3 Januari 1335. Jasadnya dimakamkan di dekat makam sang kakek, sesuai dengan pesan terakhirnya. Namun pada masa pemerintahan Dinasti Tughlaq, makamnya dipindahkan ke lokasi baru yang dibangun tak jauh dari makam Syekh Baha-ud-Din Zakariya.
Kubah raksasa
Yulianto Sumalyo dalam buku Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim, menulis, makam Syekh Rukn-i-Alam merupakan contoh paling awal bangunan makam bercorak arsitektur Tughlaq. Makamnya dibangun sekitar setengah abad setelah makam kakeknya selesai dibangun atas perintah Ghazi Malik Tughlaq, gubernur di wilayah Multan yang berkuasa pada masa itu.
Arsitektur makam Syekh Rukn-i-Alam mempunyai gaya yang sama dengan makam Syekh Baha-ud-Din Zakariya, yakni berupa bangunan berpola oktagonal dengan kubah raksasa yang konon adalah kubah terbesar kedua di dunia. Temboknya semua terbuat dari bata merah, tetapi tidak polos seperti pada makam Syekh Baha-ud-Din Zakariya. Ada ornamen dari pualam berwarna biru mengkilap dengan detail miniatur dan mozaik bergaya Persia.
‘’Denah lantai bawah bangunan makam berbentuk segi delapan dengan diameter 27,40 meter dan tinggi 15,50 meter,’’ ujar Yulianto. Bagian dinding dihias keramik warna abu-abu yang menjadi warna dasar, dan garis-garis horisontal dibentuk oleh hiasan floral berwarna biru.
Bagian atas bangunan sedikit mengecil, pada setiap sudut terdapat tonjolan silindris, makin ke atas makin mengecil, mirip dengan menara model Seljuk. Puncaknya dihias semacam menara yang ditutup konstruksi berbentuk kubah dan cunduk. Bagian bawah ini menjadi tumpuan dari konstruksi di atasnya yang juga berbentuk segi delapan dengan dinding tegak, namun diameternya lebih kecil.
Pada kedelapan dinding sisi keliling masing-masing terdapat jendela dengan ambang atasnya runcing, dikelilingi hiasan cork intricate dan arabesque. Demikian pula tonjolan vertikal dari pilasternya. Pada puncak pilar dihias dengan kubah berukuran tidak besar, dengan cunduk menusuk tiga buah bola di pucuk, berbentuk sama tetapi lebih kecil dibanding dengan yang di bawah. Tidak seperti bagian bawah, dinding bagian atas tegak lurus. Dinding ini menopang kubah berukuran besar setinggi 35,1 meter.
Wilayah Multan mempunyai hubungan kuat dengan Afghanisten dan Iran bagian timur, sehingga gaya arsitektur yang berkembang di wilayah ini memiliki kekhususan tersendiri. Konstruksi utama dari bangunan-bangunan di Multan terdiri dari susunan batu bata, keramik glazur dengan balok dan atap dari kayu.
Makam Syekh Rukn-i-Alam juga terbuat dari batu bata seperti bangunan sebelumnya di wilayah itu, antara lain makam Khalid bin Walid yang dibangun oleh Gubernur Ghurid Ali bin Karmakh di akhir perempat abad ke-12 M di dekat Kabirwala.
Pada bagian lantai bawah, juga digunakan balok kayu di antara dinding bata sekeliling dinding segi delapan. Sementara di bagian luar dan dalam dihias dengan bata molding dan pahat, dengan atau tanpa glazur berwarna biru muda, biru tua dan putih. Sedang bagian lantai dua sepenuhnya berarsitektur tradisional Multan, dipadukan dengan aspirasi baru (pola segi delapan). Pola ini berbeda dengan tiga makam yang dibangun sebelumnya yang berdenah segi empat. Di makam itu terdapat satu-satunya mihrab dari kayu (bangunan makam lainnya terbuat dari batu) yang hingga saat ini masih dalam kondisi utuh dan baik.
Sumber: Republika
Jumat, 17 Februari 2012
0 komentar:
Posting Komentar