Setiap orang pastilah ia menginginkan kemuliaan atau menjadi orang yang mulia.  Hanya saja, kebanyakan manusia tidak mengetahui tentang hakekat kemuliaan tersebut dan cara untuk mendapatkannya.  Sebagian orang menganggap bahwa kemuliaan itu didapatkan dengan cara mengumpulkan harta yang banyak, sebagian lagi mencari kemuliaan dengan cara mencari jabatan dan kedudukan yang tinggi.  Sebagian lagi menganggap bahwa kemuliaan itu adalah dengan memperbanyak istri dan anak.  Namun, banyaknya harta, tingginya kedudukan dan banyaknya keturunan, bukanlah suatu ukuran suatu kemuliaan yang hakiki bagi seseorang.  Bahkan bisa jadi sebaliknya, harta, kedudukan dan keturunan bisa menjadikan kehinaan bagi seorang hamba.
Ketahuilah, bahwa kemuliaan itu adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberikan kemuliaan itu kepada siapa saja dari hamba-Nya yang dikehendaki-Nya dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencabut kemuliaan itu dari siapa saja dari para hamba-Nya yang Dia kehendaki.
Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah kemuliaan itu semuanya” (QS. Faathir :10)
Barang siapa yang menginginkan kemuliaan maka carilah kemuliaan itu dari zat yang kemuliaan itu berada di tangan-Nya.  Sungguh kemuliaan itu diperoleh dengan taat kepada-Nya (Taisirul karimu Rahman Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullahh. hal. 757 )
Sabaliknya jika kita akrab dengan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kemuliaan akan dicabut dari kita dan kehinaan akan ditimpakan kepada kita selamanya dan tidak akan tercabut kehinaan tersebut kecuali kita kembali kepada agama kita yakni dengan dengan membersihkan agama kita dari kotoran-kotoran yang bukan berasal dari agama kita baik dalam masalah aqidah, ibadah maupun akhlaq dan muamalah.  Kemudian kita mendidik/mentarbiyah diri kita kedalam ajaran islam yang murni yang sesuai dengan tuntunan Rasulullahshallallahu alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Sebagaimana dalam sebuah hadit shohih riwayat Abu Dawud, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إذا تبايعتم بالعينة وأخذتم أذناب البقر ورضيتم بالزرع وتركتم الجهاد سلط الله عليكم ذلا لاينزعه حتى ترجعوا إلى دينكم
“Jika kalian berjual beli dengan cara ‘iinah (salah satu jual beli dngan cara riba) dan kalian memegang ekor-ekor sapi (mengutamakan ternak) dan ridho dengan pertanian serta meningalkan jihad maka Allah akan menimpahkan kepada kalian kehinaan yang tidak akan tercabut kehinaan tersebut sampai kalian kembali kepada agama kalian” (Al hadits Shohih no 11, Al-Albani rahimahullah)
Demikian ini sejalan dengan apa yang dijanjikan Allah Subhanahu wa Ta’ala bahwasanya orang yang beriman dengan keimanan yang sebenarnya dan melakukan amalan-amalan yang sholeh, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.
Sebagaiman Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka……” (QS.An-Nuur : 55)
Jika kita mengharapkan datangnya kemuliaan, maka ada beberapa amalan yang secara langsung menjadi sebab datangnya kemuliaan tersebut, diantaranya :
1.  Beriman dan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Sebagaimana dalam Firman-Nya :
وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ
Padahal kemuliaan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (QS. Al-Munaafiqun :8)
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
 “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu” ( QS. Al-Hujarat:13)
2.  Menuntut ilmu syar’i dan mengamalkannya
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengangkat kedudukan dan derajat orang-orang yang berilmu di dunia dan akhirat.  Di dunia, Allah Subhanahu wa Ta’ala a meninggikan kedudukan mereka diantara para hamba-Nya sesuai dengan ilmu dan amalannya.  Di akhirat, Allah Subhanahu wa Ta’ala  akan mengangkat derajat mereka sesuai dengan ilmu, amalannya dan dakwahnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala Berfirman: 
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujaadilah: 11) (lihat Kitabul ‘Ilmi Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah hal. 22)
3.  Memberikan maaf dan bersikap tawadhu (rendah hati)
Kedudukan seorang hamba yang selalu memberi maaf kepada orang yang menzholiminya dan bersikap tawadhu (rendah hati) terhadap manusia, adalah sangat agumg di hati manusia karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengangkat kedudukannya di sisi manusia disebabkan karena sifatnya tersebut.
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
ما نقصت صدقة من مال وما زاد الله عبدا بعفو إلا عزا وما تواضع أحد لله إلا رفعه الله
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.  Tidaklah seorang hamba memberikan maaf kecuali Allah menambah kemuliaannya dan tidaklah seseorang merendah diri karena Allah kecuali Allah akan meninggikannya (derajatnya)”  (lihat At Tawadhu fi Dhuil Kitabi wa Sunnah, hal 24. Syaikh Salim bin Ied Al-Hilaly hafidhahullah)
4.  Sholat malam
Diantara sebab yang mendatangkan kemuliaan dan kehormatan adalah melaksanakan sholat malam sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Al-Hakim dalam Mustadrak yang dishahihkan oleh Adz-Dzahabiyrahimahullah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda bahwasanya Jibril ‘alaihis salam berkata kepadanya :
يا محمد شرف المؤمن قيام الليل و عزه استغناؤه عن الناس
“ Wahai Muhammad, kemuliaan seorang mu’min pada shalatnya di waktu malam dan kemuliaannya pula adalah merasa tidak butuh dari manusia”
5.  Berbakti kepada orang tua, sebagaimana hadits dalam shohih Muslim (2542)
tentang kisah Uwais Al-Qorni rahimahullah yang sangat berbakti kepada ibunya.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إن خير التابعين رجل يقال له أويس وله والدة وكان به بياض فمروه فليستغفر لكم
“Sesungguhnya sebaik-baik tabi’in adalah seorang yang bernama Uwais.  Dia sangat berbakti kepada ibunya.  Dulunya dia berpenyakit belang.  Mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun untuk kalian.”
Uwais adalah seorang tabiin yang terbaik sebagaimana yang dikatakan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, orang yang dikabulkan doanya dan rasulullah memerintahkan kepada para sahabatnya jika bertemu dengannya agar mereka memintanya memohonkan ampun untuk mereka.  Sehingga Umar bin Khothobradhiyallahu ‘anhu, seorang khalifah, orang yang terbaik setelah Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu ‘anhu  dan telah mendapat jaminan surga, ketika bertemu dengan Uwais, Beliau memintanya agar memohonkan ampun untuknya.  Maka Uwais memohonkan ampun untuk Umar bin Khothob radhiyallahu ‘anhu.  Kedudukan Uwais yang tinggi ini disebabkan karena setelah keimanannya dan berbaktinya dia kepada ibunya.
6.  Menyantuni anak yatim akan menjadi mulia di hari kemudian nantidisebabkan karena bertetangga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam di surga.  Dalam hadits Bukhari, Rasulullah shallallahu alaihi wasallambersabda :
أنا و كافل اليتيم كهاتين في الجنة هكذا و أشار بالسبابة و الوسطى
“Áku dan orang-orang yang mengasuh/menyantuni anak yatim di surga seperti ini,” Lalu Beliau shallallahu alaihi wasallam mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah.”
7.  Mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
Barang siapa mencintai  Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya maka dia nanti dikumpulkan bersama orang yang dicintainya. Sebagaimana dalam hadits
أنس رضي الله عنه عن
أن رجلا سأل النبي صلى الله عليه وسلم عن الساعة فقال متى الساعة ؟ قال ( وماذا أعددت لها ) . قال لا شيء إلا أني أحب الله ورسوله صلى الله عليه وسلم فقال ( أنت مع من أحببت ) . قال أنس فما فرحنا بشيء فرحنا بقول النبي صلى الله عليه وسلم ( أنت مع من أحببت ) . قال أنس فأنا أحب النبي صلى الله عليه وسلم وأبا بكر وعمر وأرجو أن أكون معهم بحبي إياهم وإن لم أعمل بمثل أعمالهم
”Dari Anas radhiallahu anhu berkata telah datang seorang bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wasallamtentang hari kiamat.  Dia berkata “ kapankah terjadi hari kiamat ?” maka Rasulullah menjawab “apa yang engkau persiapkan untuk hari kiamat?” dia menjawab “tidak ada sesuatu kecuali saya mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi wasallam “ maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata “ engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai”.
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata “tidaklah kami bergembira dengan sesuatu dari kegembiraan kami ketika mendengar perkataan Rasulullah (engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas radhiallahu anhu berkata : “maka saya mencintai Nabi shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar dan Umarradhiallahu anhuma.  Saya berharap agar aku bersama mereka dengan kecintaanku kepada mereka meskipun saya tidak bisa beramal seperti amalan mereka”   [Diriwayatkan oleh Imam Bukhari (3845) dan Imam Muslim (2639)]
Hanya kepada-Nya kita memohon, Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan tulisan ringkas ini bermanfaat untuk memotivasi kita agar selalu semangat dan bersungguh-sungguh menempuh jalan untuk meraih kemuliaan yang hakiki, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan doa.
Wallahu a’lam
Ustadz Abu Bakar Ramli bin Haya

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.