Diriwayatkan Haritsah, bahwa Nabi saw. bertanya kepadanya, "Bagaimana keadaanmu pagi ini,
wahai Haritsah?" "Pagi ini aku benar-benar menjadi mukmin," jawabnya. Rasulullah saw. melanjutkan,
"Setiap ucapan punya hakikat. Apa hakikat imanmu?" Dia menjawab, "Jiwaku bosan dengan dunia,
maka aku hidupkan malamku dengan shalat malam, aku puasa di siang hari, seakan-akan aku
menyaksikan 'arasy (singgasana) Tuhanku, seakan-akan aku melihat penghuni surga yang saling
berkunjung di dalamnya dan penghuni neraka yang merintih." Rasulullah saw. kemudian bersabda, "Ini
adalah hamba yang hatinya diberi cahaya oleh Allah SWT."
Orang-orang yang mengemban amanah Al-
lah SWT dan menjadi ahli waris Rasulullah saw,
dengan hati, dapat melihat apa-apa yang tak
dapat disingkap oleh mata kasat.
Hati tenteram dan berusaha mencapainya
karena adanya keyakinan yang kokoh di dalam
hati. Ilmu kebahagiaan disediakan, segera
menyingsingkan lengan baju untuk
menggapainya. Penyeru iman memperdengarkan
seruannya, cepat-cepat berlomba datang.
Jiwanya meyakini kebenaran janji Allah sehingga
memandang hina yang lainnya. Hanya pahala di
sisi Allah yang diharapkan.
Tahu bahwa dunia adalah tempat lewat,
bukan tempat tinggal. Dunia adalah sekedar
khayalan atau awan musim panas, tidak
menurunkan hujan. Manusia yang ada hanyalah
seperti musafir yang istirahat sesaat di bawah
pohon lalu meninggalkannya. Yakin bahwa dunia
seperti bayangan yang akan hilang. Orang yang
berilmu tidak akan tertipu.
"Kulihat orang-orang sengsara tidak jenuh
dengannya padahal di sana mereka telanjang dan
kelaparan walaupun ia disenangi namun kulihat
ia adalah awan musim panas yang segera
lenyap."
Dunia beranjak pergi menjauh dari hati,
sebagaimana ia pergi kepada pecinta dunia; dan
akhirat datang menyongsong ke dalam hati.
Berani meniti jalan kesukaran dan
meninggalkan nikmatnya tidur, karena orang
yang jatuh cinta tidak bisa tidur. Tahu jalan itu
panjang, sedang usia manusia di tempat mencari
bekal (dunia) ini pendek sehingga bersegera siap-
siap. Bersungguh-sungguh menempuh jalan
menuju tempat kediaman kekasihnya. Berhasil
menempuh jarak yang jauh dan menaklukkan
padang perjalanan yang gersang.
Hati yang menyakini kemurahan Allah SWT
dan apa yang Allah sediakan, seakan-akan
melihatnya dari balik tabir dunia dan tahu bahwa
seandainya tabir itu lenyap ia dapat melihatnya
dengan mata kepala, maka lenyaplah kesepian
yang dirasakan oleh orang-orang yang enggan
menempuh perjalanan itu. Ringan baginya apa
yang dipandang sukar oleh orang-orang yang
bergelimang dalam kemewahan.
0 komentar:
Posting Komentar