Sebagian Contoh Praktek Lemahnya Iman

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:

Kawan Pembaca…
Apa kabar? Semoga selalu dalam keimanan dan Istiqamah

Kali ini kita ingin mengoreksi diri kita…apakah kita termasuk orang yang lemah imannya atau tidak…

Sebagian ulama terdahulu berkata:

"من فقه العبد أن يتعاهد إيمانه ، وما ينقص منه ، ومن فقه العبد أن يعلم أيزداد إيمانه ؟ أو ينقص ؟ وإن من فقه الرجل أن يعلم نزغات الشيطان أنى تأتيه ؟" شرح نونية ابن القيم لابن عيسى 2/140 .

Artinya: “Termasuk pemahaman seorang hamba (terhadap agamanya) adalah selalu menjaga keimanannya dan apa yang dapat menguranginya, dan termasuk pemahaman seorang hamba (terhadap agamanya) adalah hendaknya dia mengenali apakah bertambah keimanannya atau berkurang? dan termasuk pemahaman seorang hamba (terhadap agamanya) adalah hendaknya seseorang mengenali dari mana datangnya godaan syetan kepadanya?.” Lihat kitab Syarah Nuniyat Ibnul Qayyim karya Ibnu Isa, 2/140.

 
Contoh praktek lemahnya keimanan seseorang.

a)    Banyak melakukan maksiat sampai akhinya meremehkan dan akhirnya kecanduan!

Syetan ketika mengganggu manusia tidak akan pernah langsung memerintahkannya untuk berbuat maksiat, tetapi syetan akan menggunakan trik yang sangat banyak, untuk akhirnya seorang manusia terperosok di dalam maksiat, setelah itu syetan tidak membiarkannya begitu saja tetapi terus digoda sehingga dia terus melakukan maksiat tersebut sampai akhirnya ada perasaan biasa dan meremehkan sampai akhirnya dia biasa melakukannya dan bahkan kecanduan!
Awal mula dari semua ini adalah hanya dari satu maksiat yang dikerjakan dan dianggap remeh!

 عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَقَوْمٍ نَزَلُوا فِى بَطْنِ وَادٍ فَجَاءَ ذَا بِعُودٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ حَتَّى أَنْضَجُوا خُبْزَتَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ ».
Artinya: “Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Janganlah kalian meremehkan dosa-dosa kecil, sebagaimana suattu kaum yang turun di sebuah lemah, lalu datanglah seorang dengan membawa kayu dan yang lain membawa kayu sampai mereka bisa membakar roti mereka, sesungguhnya dosa-dosa kecil kapan dikerjakan maka akan menghancuran pelakunya.” HR. Ahmad dan dishahihkan di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 389.

Seorang mukmin ketika melihat dosa tidak sama dengan orang fajir yang banyak dosa!
Berkata Abdullah bin mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

عَنِ الْحَارِثِ بْنِ سُوَيْدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدِيثَيْنِ أَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - وَالآخَرُ عَنْ نَفْسِهِ قَالَ « إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ » . فَقَالَ بِهِ هَكَذَا
Artinya: “Sesungguhnya seorang mukmin melihat dosa-dosanya seakan-akan dia duduk di bawah gunung dia khawatir gunug tersebut menimpanya dan seorang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di atas hidungnya,” lalu dia kibas dengan tangannya.” HR. Bukhari.

Sebagian dosa di zaman sekarang dianggap kecil oleh kita, tetapi sebenarnya dia termasuk dosa yang sangat membahayakan di dalam keyakinan para shahabatradhiyallahu ‘anhum.
                                                                                                                  
عَنْ أَبِى سَعِيدٍ قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعْرِ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مِنَ الْمُوبِقَاتِ.
Artinya: “Abu Said radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya kalian benar-benar melakkan perbuatan-perbuatan yang kalian anggap lebih tipis daripada rambbut, padahal kami dahulu pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengganggapnya termasuk dari dosa besar yang membinasakan.”HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadist Ash Shahihah, no. 3023.
                                                                                      
Kalau sudah sering, akhirnya kecanduan bahkan tidak malu melakukan dan memberitahukannya di depan khalayak ramai

 عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - يَقُولُ « كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ ، وَإِنَّ مِنَ الْمَجَانَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ ، فَيَقُولَ يَا فُلاَنُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا ، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَنْهُ » .
Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:  “Aku telah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Setiap umatku diselamatkan kecuali orang-orang yang bersifat mujahir, dan sesungguhnya termasuk sikap mujahir adalah seseorang melakukan sebuah perbuatan (dosa) di malam hari, kemudia dia memasuki waktu pagi dan dalam keadaan telah ditutupi dosanya oleh Allah Ta’ala, lalu dia mengatakan: “Wahai fulan, tadi malam aku melakukan seperti ini, seperti ini,” padahal Rabbnya telah menutupi (dosanya) tetapi di waktu pagi dia mengungkap penutup Allah tersebut dari dirinya.” HR. Bukhari.


b)   Tidak memperhatikan kwalitas ibadah

Termasuk lemahnya iman adalah;
-         beribadah yang penting selesai,
-         yang penting lepas kewajiban,
-         yang penting banyak
-         dan masih banyak lagi yang penting-yang penting lagi menurutnya,
tetapi sedikitpun tidak memperhatikan kwalitas amal ibadah, sehingga bagaimana amalan tersebut diterima bukan hanya sekedar amalan tersebut terlaksana.
Allah Ta’ala berfirman:
{ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ} [المائدة: 27]
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya akan menerima dari orang yang bertakwa.”QS. Al Maidah: 27.

Oleh sebab ayat inilah Abu Ad Darda radhiyallahu ‘anhu berkata:
لأن أستيقن أن الله قد تقبل مني صلاة واحدة أحب إليّ من الدنيا وما فيها، إن الله يقول: { إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ }
“Sungguh aku jika aku meyakini bahwa Allah Ta’ala telah benar-benar menerima dariku sebuah shalat lebih aku sukai daripada mendapatkan dunia dan seisinya, karena sesungguhnya Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya akan menerima dari orang yang bertakwa.” Lihat kitab tafsir Al Quran Al ‘Azhim.

Diriwayatkan Ali bin Abi Thalib (w:40H) radhiyallahu 'anhu berkata:
كونوا لقبول العمل أشد اهتماما منكم بالعمل ألم تسمعوا الله عز و جل يقول : { إنما يتقبل الله من المتقين }
"Bersikaplah untuk diterimanya amal lebih perhatian dibandingkan beramal, bukankah kalian mendengar Allah Azza wa Jalla berfirman (yang artinya):"Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". QS. Al Maidah: 27.

Fudhalah bin Ubaid (w:53H) radhiyallahu 'anhu berkata:
و عن فضالة بن عبيد قال : لأن أكون أعلم أن الله قد تقبل مني مثقال حبة من خردل أحب إلي من الدنيا و ما فيها لأن الله يقول : { إنما يتقبل الله من المتقين }
"Sungguh jika aku mengetahui bahwa Allah telah benar-benar menerima dariku seberat satu biji sawi lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah berfirman: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." QS. Al Maidah: 27.

Ibnu Dinar (w:127H) rahimahullah berkata:
الخوف على العمل أن لا يتقبل أشد من العمل
"Takut terhadap amalan yang tidak diterima lebih dahsyat daripada beramal."

Berkata Atha' As Sulami rahimahullah:
الحذر الاتقاء على العمل أن لا يكون لله
"Hati-hatilah! jauhi ibadah yang tidak untuk Allah".

Berkata Abdul Aziz bin Abi Rawwad (w: 157H) rahimahullah:
أدركتهم يجتهدون في العمل الصالح فإذا فعلوه وقع عليهم الهم أيقبل منهم أم لا؟!
"Aku mendapati mereka bersungguh-sungguh dalam beramal shalih dan jika mereka telah beramal, terdapat pada mereka kegelisahan, apakah diterima amalan mereka atau tidak?!.” Lihat kitab Lathaif Al Ma'arif, Karya Ibnu Rajab Al Hanbali, Hal. 232.

Kawan pembaca…
Ahli shalat malam banyak…
Ahli masjid banyak…
Ahli shaf pertama banyak…
Ahli ilmu banyak…
Ahli sedekah dan zakat banyak…
Mereka tidak tercela wal hamdulillah, tetapi yang tercela adalah yang tidak melaksanakan ibadah atau beribadah tidak memperhatikan kwalitasnya.

c)    Malas dalam beribadah dan ketaatan

Sifat malas terutama dalam beribadah adalah sifatnya orang munafik bukan sifatnya orang beriman.

Allah ta’ala berfirman:
{ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا} [النساء: 142]

Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” QS. An Nisa: 142.

Apakah anda malas;
-         Mendirikan shalat lima waktu tepat pada waktunya
-         Mendirikan shalat lima waktu berjamaah bagi lelaki
-         Mendirikan shalat berjamaah di shaf pertama
-         Mendirikan shalat Jum’at tepat waktu
-         Mengerjakan shalat qabliyyah dan ba’diyyah apa lagi shalat malam, shalat dhuha
-         Membayar zakat tepat waktunya
-         Berpuasa bulan Ramadhan
-         Membaca Al Quran
-         Menghadiri kajia-kajian Islam
-         Dan lainnya dari ibadah yang disyariatkan dalam Islam.

Maka malas dalam hal-hal di atas adalah termasuk praktek lemahnya iman seorang beriman.

d)   Tidak marah ketika hukum dan batasan Allah Ta’ala dilanggar apalagi sampai dilecehkan.

Ketika ada yang;
-         Berbuat kesyirikan; membuat sesajen untuk pohon, laut atas semisalnya, meminta barokah dari orang yang sudah meninggal, memakai jimat/benda pusaka/keris pusaka, pergi ke dukun menanyakan sesuatu, menyembelih ketika membangun rumah, mempercayai ramalan bintang dan primbon, merasa sial ketika melihat atau mendengar sesuatu, menggantung jimat dirumah/ di toko/ di dalam diri, memakai susuk, memakai rajah-rajah, meminta pertolongan kepada jin dan sebagainya.

-         Berbuat bidah; ibadah yang dikhususkan pada waktu tertentu, pada keadaan tertentu, pada jumlah bilangan tertentu, pada tempat tertentu, karena sebab tertentu yang tidak ada pengkhususan dan contoh atas semuanya ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam

-         Berbuat maksiat; berzina, mencuri, menganiya, menipu, membunuh, berdusta, wanita di luar rumahnya tidak menutup auratnya bahkan sampai memakai celana yang lebih pendek daripada celana amak SD, korupsi dan sebagianya.

Dan kita tidak mengingkari semuanya ini, walau hanya dengan hati…maka ini termasuk lemahnya iman.

عَنِ الْعُرْسِ بْنِ عَمِيرَةَ الْكِنْدِىِّ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « إِذَا عُمِلَتِ الْخَطِيئَةُ فِى الأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا فَكَرِهَهَا ». وَقَالَ مَرَّةً « أَنْكَرَهَا ». « كَمَنْ غَابَ عَنْهَا وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ كَمَنْ شَهِدَهَا ».
Artinya: “Al ‘Urs bin Umairah Al Kindy radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam“Jika sebuah dosa dilakukan di bumi, maka siapa yang telah menyaksikannya lalu dia membencinya”, dan beliau juga berkata: ‘lalu dia mengingkarinya, sebagaimana orang ynag tidak menghadirinya dan barangsiapa yang meridhainya maka dia seperti orang yang menghadirinya.”HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 689.

e)   Bakhil dan pelit serta kikir

Yang menjadi ukuran dalam harta bagi seorang muslim adalah bagaimana dia menjalankan harta tersebut di jalan Allah Ta’ala, bukan bagaimana mengumpulkan harta tersebut.
Dan tidak akan terkumpul keimanan dan sifat bakhil dan kikir dalam hati seorang mukmin.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (لَا يَجْتَمِعُ غُبَارٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَدُخَانُ جَهَنَّمَ فِي جَوْفِ عَبْدٍ وَلَا يَجْتَمِعُ الشُّحُّ وَالْإِيمَانُ فِي قَلْبِ عَبْدٍ أَبَدًا)

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidak akan terkumpul debu dalam berjihad di jalan Allah dengan asap neraka jahannam di dalam mulut seorang hamba, dan tidak akan terkumpul sifat bakhil dan keimanan dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” HR. An Nasai dan Ahmad serta dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Shahih Al jami’, no. 7616.

f)     Mengerjakan maksiat ketika sendirian atau dalam kesunyian dan semisalnya.

Kawan pembaca…
Jagalah keadaan anda ketika sendirian sebagaimana anda menjaganya ketika di hadapan orang banyak…
Jagalah diri Anda dari dosa ketika sendirian sebagaimana Anda menjaganya ketika di hadapan khalayak ramai…
Hati-hatilah dari dosa-dosa yang dikerjakan sembunyi-sembunyi… sangat hati-hati!!!

ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا ».
Artinya: “Tsauban radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh aku akan memberitahukan tentang orang-orang dari umatku yang akan datang dengan membawa pahala-pahala kebaikan laksana gunung-gunung Tihamah yang putih, tetapi Allah Azza wa Jalla menjadikannya sebagai debu yang berterbangan.” Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata: “Wahai Rasulullah, sebutkan sifat mereka kepada kami, jelaskan mereka untuk kami agar kami tidak menjadi mereka dalam keadaan kami tidak sadar,” beliau bersabda: “Ketauhilah, sesungguhnya mereka adalah kawan kalian, dari bangsa kalian dan beribadah pada malam hari sebagaimana kalian beribadah akan tetapi mereka orang-orang yang jika menyendiri dengan hal-hal yang diharamkan Allah maka mereka mengerjakannya.” HR. An Nasai dan dishahihkan oleh Al Albani di dalam kitab Silsilat Al Ahadits Ash Shahihah, no. 505.


Kawan pembaca…
semoga bermanfaaat…wallahu a’lam.


Ditulis oleh Ahmad Zainuddin
23 Shafar 1433H, Dammam KSA.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.