Masjid 59
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Allah Ta’ala berfirman:

وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ
عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ (133)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali ‘Imran: 133).
Allah Ta’ala juga berfirman:

وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ
فَأُولَئِكَ يَدْخُلُوْنَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُوْنَ فِيْهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ (40)

“Dan barangsiapa mengerjakan amal yang sholih, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam Surga, mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab.” (QS. Al-Mu’min: 40)
Pembaca yang dirahmati Allah Ta’ala, ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa kenikmatan Surga bukan hanya untuk orang-orang beriman yang laki-laki saja. Akan tetapi, para wanita beriman pun akan dimasukkan ke dalam Surga dan diberikan kenikmatan di dalamnya.
Seringkali kita mendengarkan pertanyaan: “Jika laki-laki di Surga mendapatkan bidadari, lalu apakah yang didapatkan oleh wanita?” Benarkah seorang istri akan berjumpa lagi dengan suaminya di dunia? Bagaimana jika seorang wanita menikah lagi setelah suami pertamanya meninggal dunia, apakah wanita itu kelak di akhirat akan menjadi istri bagi suaminya yang terakhir?
Semoga tulisan singkat ini bisa memberikan manfaat bagi kita semua.
Istri Yang Sholih Akan Masuk Surga Bersama Suaminya
Apabila seorang mukmin memiliki istri yang sholihah, maka istrinya akan masuk ke Surga bersamanya. Dan wanita itu akan tetap menjadi istrinya di Surga. Allah Ta’ala berfirman:

جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ (23)

“(yaitu) Surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang sholih dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya…” (QS. Ar-Ra’d: 23).
Demikianlah orang-orang mukmin hidup di Surga bersama dengan pasangannya. Dan seluruh penduduk Surga akan hidup bersama suami atau istri mereka, dan tidak ada satu pun yang membujang (tidak menikah). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَمَا فِي الْجَنَّةِ أَعْزَبُ

“Dan di dalam Surga tidak ada orang yang membujang (tidak menikah).” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 5062).
Jika seorang wanita belum menikah di dunia dan dia adalah calon penghuni Surga, maka Allah Ta’ala akan menikahkannya dengan seorang mukmin di Surga yang bisa menyenangkannya. Demikian pula jika seorang wanita diceraikan oleh suaminya di dunia, dan wanita ini adalah calon penghuni Surga, maka AllahTa’ala akan menjodohkannya dengan laki-laki Surga yang dikendaki-Nya.
Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-‘Utsaimin rahimahullah berkata bahwa jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah Ta’ala akan menikahkannya dengan suami yang bisa menyenangkannya di Surga. Maka kenikmatan Surga tidak terbatas pada kaum laki-laki saja, namun untuk laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan Surga adalah pernikahan.
Allah Ta’ala berfirman:

وَفِيْهَا مَا تَشْتَهِيْهِ الأَنْفُسُ وَتَلَذُّ الأَعْيُنُ وَأَنْتُمْ فِيْهَا خَالِدُوْنَ (71)

“Dan di dalam Surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Zukhruf: 71)
Beliau rahimahullah mengatakan, “Kita ketahui bersama bahwa perkawinan merupakan puncak dari apa yang diinginkan hati, dan itu didapatkan di Surga dengan orang yang mendapatkan pasangaanya di dunia, seperti firman Allah Ta’ala:

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنَّاتِ عَدْنٍ الَّتِيْ وَعَدْتَهُمْ
وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آَبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ (8)

“Wahai Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam Surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholih di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua…” (QS. Al-Mu’min: 8). (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219)
Jika Suami Tidak Masuk Surga
Jika seorang wanita termasuk penduduk Surga dan suaminya tidak masuk Surga, maka ia akan dinikahkan dengan laki-laki di Surga yang belum menikah.
Bisa juga ia dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu’ (sebanding) dengannya, meskipun laki-laki itu sudah mempunyai istri lebih dari satu. Sebagaimana Asiyah (istri Fir’aun) dan Maryam binti ‘Imran, ibunya Nabi ‘Isa ‘alaihis salam, akan dinikahkan di Surga dengan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam karena memang tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Tafsiir Ibnu Katsir, 4/495 pada surat at-Tahrim, Tafsiir al-Qurthubi, 18/170, dan Fathul Qodir, 4/231)
Hisyam ibn Khalid rahimahullah mengatakan, “Suami masuk Neraka, namun istrinya masuk Surga, maka istrinya akan diwariskan kepada ahli Surga sebagaimana istri Fir’aun diwarisi oleh ahli Surga.” (At-Tadzkiroh, 461 dan Faidhul Qadir, no. 7989)
Jika Wanita Menikah Lebih Dari Satu Kali
Pembaca rahimakumullah, jika seorang wanita sholihah ditinggal mati suaminya, kemudian ia menikah lagi, maka dia untuk suaminya yang terakhir, sebagimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda:

اَلْمَرْأَةُ ِلآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Istri itu untuk suaminya yang terakhir.” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi, 7/70, dan dinilai shohih oleh Al-Albani dalam As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata kepada istrinya, “Jika engkau berkeinginan menjadi istriku di Surga, maka janganlah menikah lagi setelah kematianku. Karena seorang wanita di Surga itu untuk suaminya yang terakhir di dunia. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah lagi setelah beliau wafat, dikarenakan mereka adalah istri-istri beliau di Surga.” (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Ummu Darda’, Hujaimah binti Hayy Al-Aushabiyyah radhiyallahu ‘anha ketika dilamar oleh Mu’awiyahradhiyallahu ‘anhu, dia menolak dan berkata, “Saya mendengar Abu Darda’ mengatakan bahwa Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اَلْمَرْأَةُ فِي آخِرِ أَزْوَاجِهَا – أَوْ قَالَ : ِلآخِرِ أَزْوَاجِهَا

“Istri itu untuk suaminya yang terakhir”,  maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. (As-Silsilah Ash-Shohiihah, no. 1281).
Ada sebagian ulama kita yang berpendapat bahwa wanita itu untuk suaminya yang paling bagus akhlaknya, atau dia disuruh memilih salah satu diantara suaminya itu. Pendapat ini adalah pendapat yang bagus tapi tidak ada dasarnya. Sedangkan hadits (yang artinya): “Ia untuk suami yang paling bagus akhlaknya..” maka ini adalah hadits yang dho’if (lemah). (Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158, Al-Qurthubi dalam at-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir: 460).
Mengapa Wanita Tidak Diiming-imingi Dengan Suami Di Surga?
Di dalam Al-Qur’an, Allah Ta’ala mengiming-imingi kaum laki-laki dengan menyebutkan bidadari dengan segala kecantikan dan keindahannya. Kenapa untuk wanita, Allah tidak mengiming-imingi mereka dengan laki-laki di Surga? Pertanyaan ini bisa dijawab sebagai berikut:
Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لاَ يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُوْنَ (23)

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiyaa’: 23).
Akan tetapi, tidak ada masalah jika kita berusaha mencari hikmah dan mengambil faedahnya. Dan diantara hikmahnya adalah sebagai berikut:
Pertama, sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah sifat malu. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala tidak mengiming-imingi mereka dengan sesuatu yang mereka merasa malu terhadapnya.
Kedua, sesungguhnya kerinduan laki-laki terhadap wanita tidaklah sama dengan kerinduan wanita terhadap laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ.

“Tidaklah aku tinggalkan sebuah fitnah (cobaan) setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4706).
Kerinduan terbesar laki-laki adalah kepada wanita. Oleh karena itulah, Allah Ta’ala menyebutkan ada isteri-isteri di Surga dengan segala keindahannya agar mereka mau mencari di sana. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَهُمْ فِيْهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ (25)

“Dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci…” (QS. Al-Baqarah: 25)
Yakni suci dari segala macam aib dan kekurangan. Mereka disifati dengan suci akhlaqnya, suci tubuhnya (tidak ada lagi haidh, nifas, air ludah, atau bau yang tidak sedap), suci lisannya dan sangat sopan tutur katanya, suci pandangannya (menjaga pandangannya dan hanya melihat kepada suaminya saja), serta sempurna kecantikannya. (Diringkas dari Tafsiir al-Kariim ar-Rahmaan, surat al-Baqarah: 25).
Bahkan Allah juga menyediakan bidadari-bidadari yang cantik di sana, yang sama sekali belum pernah disentuh oleh jin dan manusia.
Adapun wanita, maka kerinduan mereka adalah kepada perhiasan yang berwujud pakaian dan perhiasan. Kerinduan mereka kepada perhiasan mengalahkan kerinduannya kepada laki-laki.
Ketiga, Syaikh Muhammad bin Sholih al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Sesungguhnya Allah Ta’alamenyebutkan para istri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari dan menginginkan hal itu, (bukan sebaliknya).” (Fatawa Al-Mar’ah, hal. 219).
Oleh karena itulah, dalam masalah melamar seorang gadis, apabila gadis itu ditanya kemudian diam saja, maka diamnya itu adalah jawaban setuju. Hal ini karena wanita itu memiliki tabiat berupa sifat malu.
Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarga, sahabat dan umat beliau sampai hari Kiamat.
Sumber : Buletin at-Taubah, edisi ke-40

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.