Konon menurut data statistik umumnya pria menikah pada usia 27 tahun dan wanita pada usia 25 tahun. Tentunya itu bukan patokan untuk menikah, karena siapa saja yang sudah mampu untuk menikah maka dianjurkan untuk segera menikah. Dan Alloh menjanjikan rizki bagi mereka yang menikah.
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (An-Nuur: 32)
Berapakah umur anda sekarang? Barangkali anda belum berminat untuk segera menikah? Silakan simak motivator-motivator berikut ini:
1. Mendapatkan ketenangan dan rasa kasih sayang
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang…” (Ar-Rum: 21)
2. Agar termasuk golongan Rasulullah
Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Anas, katanya : “Ada tiga orang mendatangi rumah isteri-isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya tentang ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan setelah diberitakan kepada mereka, sepertinya mereka merasa hal itu masih sedikit bagi mereka. Mereka berkata, ‘Ibadah kita tak ada apa-apanya dibanding Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, bukankah beliau sudah diampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan juga yang akan datang?’ Salah seorang dari mereka berkata, ‘Sungguh, aku akan shalat malam selama-lamanya.’ Kemudian yang lain berkata, ‘Kalau aku, maka sungguh, aku akan berpuasa Dahr (setahun penuh) dan aku tidak akan berbuka.’ Dan yang lain lagi berkata, ‘Aku akan menjauhi wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya.’ Kemudian datanglah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada mereka seraya bertanya: ‘Kaliankah yang berkata begini dan begitu. Ada pun aku, demi Allah, adalah orang yang paling takut kepada Allah di antara kalian, dan juga paling bertakwa. Namun aku berpuasa dan juga berbuka, aku shalat dan juga tidur, dan aku menikahi wanita. Barangsiapa yang benci sunnahku, maka bukanlah golonganku.’ (Muttafaq alaihi)
3. Agar bisa menjadi orang terbaik
خَيْرِكُمْ خَيْرِكُمْ لأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرِكُمْ لأَهْلِيْ
Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya, dan aku adalah sebaik-baik kalian terhadap keluargaku”. (HR. Ibnu Majah)
4. Bisa mendapatkan pahala sedekah dengan mudah dan berulang-ulang
Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda pula kepada Sa’ad bin Abi Waqas radhiyallahu ‘anhu, “Sungguh tidaklah kamu menginfakkan suatu infak semata untuk mencari wajah Allah melainkan kamu mendapatkan pahala padanya. Bahkan apa yang kamu letakkan pada mulut istrimu.” (Muttafaq ‘alaih).
“Dan nafkah yang diberikan seseorang kepada ahlinya, istrinya dan keluarganya adalah sedekah” (HR Muslim)
Seandainya punya isteri plus anak 2 saja, sehari 3 kali memberi mereka makan, pakaian dsb, setahun berapa banyak telah bersedekah…? Dan itu tidak terasa bahwa sang suami telah bersedekah walau hanya karena menunaikan kewajiban asal sejak awal sudah diniatkan lillahi Ta’ala.
5. Bahkan itu adalah sedekah yang paling utama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Satu dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dan satu dinar yang kamu infakkan untuk membebaskan budak, dan satu dinar yang kamu sedekahkan untuk orang miskin, dan satu dinar yang kamu infakkan untuk istrimu, maka yang paling utama adalah satu dinar yang kamu infakkan untuk istrimu.” (HR. Muslim).
6. Menunaikan syahwat sekaligus bersedekah dan berpahala
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Dan dalam persetubuhan kalian terdapat sedekah” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah! Salah seorang di antara kami menyalurkan syahwatnya (kepada istrinya). Apakah ia mendapatkan pahala padanya?! Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Bagaimana menurutmu, seandainya seseorang menyalurkan syahwatnya pada suatu yang haram, apakah ia berdosa? Maka demikian sebaliknya jika ia menyalurkannya pada suatu yang halal, ia mendapatkan pahala.” (HR. Muslim)
7. Berpotensi mendapatkan pahala yg mengalir terus-menerus walau telah wafat dengan memiliki anak shalih
“Jika mati anak Adam terputuslah amalannya melainkan tiga perkara: Ilmu yang boleh dimanfaatkan, sedekah jariah (yang manfaatnya terus-menerus) serta anak yang shalih yang mendoakannya (dengan kebaikan).” (HR Muslim)
Bayangkan kita mengajarkan kebaikan kepada anak-anak yang kemudian diamalkan oleh mereka dan lalu mereka mengajarkannya kepada keturunan-keturunan mereka dan seterusnya.
“Barangsiapa yang memulai sunnah yang baik dalam Islam, maka baginya pahala dan pahala orang-orang yang mengikuti amal itu setelahnya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun…” (HR Muslim)
8. Bisa mendapatkan pelindung dari api neraka
“… barangsiapa yang diuji dengan anak-anak perempuan, lalu dia mengasuhnya dengan baik, maka anak-anak perempuan itu akan menjadi tirai pemisah dari api Neraka.” (HR Bukhari dan Muslim)
9. Bisa mendapat kejutan di akhirat kelak karena anak
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Siapa yang membaca Al Qur’an mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikanlah mahkota dari cahaya pada hari kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari, kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya: “Mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab: “Karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari al-Qur’an” (Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim)
10. Memenuhi hak ibu dan ayah
Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah siapakah di antara manusia yg paling berhak utk aku berbuat baik kepadanya?” Rasulullah menjawab “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanya lagi. “Ibumu” jawab beliau. Kembali orang itu bertanya lagi “Kemudian siapa?” “Ibumu.” “Kemudian siapa?” tanya orang itu lagi. “Kemudian ayahmu” jawab Rasulullah. (HR. Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447)
Umumnya para ibu dan ayah menghendaki anaknya segera menikah. Mengapa tidak untuk menyenangkan dan memenuhi keinginan mereka kalau kita mampu memenuhinya…? Bahkan berbuat baik kepada ibu dan ayah lebih didahulukan daripada berbuat baik kepada orang lain.
Demikianlah 10 motivator atau alasan kuat untuk segera menikah yang bisa saya kumpulkan. Silakan bagi pembaca yang mempunyai motivator-motivator lain untuk menambahkannya pada bagian komentar. Jazaakumullohu khairan.
***
Dirangkum dari berbagai sumber.
0 komentar:
Posting Komentar