Masjid 66
Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari Kiamat.
Nama-nama Malaikat telah banyak disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Secara umum, nama-nama Malaikat ini dibagi menjadi dua kelompok, yakni
  1. Nama-nama umum atau nama julukan yang Allah Ta’alaberikan kepada para Malaikat-Nya yang mulia
  2. Nama-nama khusus, seperti Jibril, Mikail, Malaikat Maut, dan yang lainnya.
Berikut ini adalah nama-nama umum untuk para Malaikat yang disebutkan dalam al-Qur’an. Semoga bermanfaat.
Pertama:  الرُّسُلُ Ar-Rusul (utusan)
Allah Ta’ala menamai para Malaikat-Nya dengan ar-rusul (utusan) dalam banyak ayat. Diantaranya adalah firman-Nya:

اَللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ بَصِيْرٌ (75)

“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. al-Hajj: 75)

الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ جَاعِلِ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً … (1)

“Segala puji bagi Allah, Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan Malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan).” (QS. Al-Fathir: 1)

قَالَ فَمَا خَطْبُكُمْ أَيُّهَا الْمُرْسَلُوْنَ (31)
قَالُوْا إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَى قَوْمٍ مُجْرِمِيْنَ (32)
لِنُرْسِلَ عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ طِيْنٍ (33)

Ibrahim bertanya, “Apakah urusanmu, wahai para utusan?” Mereka menjawab, “Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth). Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah.” (QS. Adz-Dzaariyaat: 31-33)
Dan masih ada lagi ayat-ayat lainnya yang semakna dengan ayat di atas.
Kedua: السَّفَرَةُ As-Safaroh (duta)
Allah Ta’ala juga menamai Malaikat-Nya dengan as-safaroh (duta), sebagaimana dalam firman-Nya:

بِأَيْدِي سَفَرَةٍ (15) كِرَامٍ بَرَرَةٍ (16)

“Di tangan para utusan (Malaikat). Yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa: 15-16)
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ حَافِظٌ لَهُ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ،
وَمَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ وَهُوَ يَتَعَاهَدُهُ وَهُوَ عَلَيْهِ شَدِيْدٌ فَلَهُ أَجْرَانِ

“Perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dan menghafalnya adalah dia sedang bersama para duta (Malaikat) yang mulia. Sedangkan perumpamaan orang yang membaca al-Qur’an dengan sungguh-sangguh dan mengalami kesulitan (dalam membacanya) adalah dia mendapatkan dua pahala.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhori, IV/1882 dan Muslim, I/55)
Dalam redaksi yang lain disebutkan:

أَلْمَاهِرُ بِالْقُرْآنِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ الْبَرَرَةِ،
وَالَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ

“Orang yang mahir dalam membaca Al-Qur’an akan bersama bersama para duta (Malaikat) yang mulia lagi terpuji. Adapun orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan sulit membacanya, maka baginya dua pahala.” (Hadits shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4937 dan Muslim, no. 798).
Ibnu Jarir ath-Thobari rahimahullah mengatakan, “Yang benar, maksud as-safaroh adalah para Malaikat. As-safaroh sendiri berarti duta antara Allah Ta’ala dan makhluk-Nya. Dikatakan -dalam bahasa Arab- bahwa as-Safiir adalah orang yang berusaha mendamaikan dan melakukan kebaikan di antara manusia.” (Tafsiir Ibnu Jarir, XXX/54. Lihat pula Ma’aanil Qur’an, karya al-Farraa’, III/236).
Ketiga: الْجُنُوْدُ Al-Junuud (pasukan)
Di antara nama Malaikat yang shohih adalah al-junuud (pasukan), sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

ثُمَّ أَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ عَلَى رَسُوْلِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ
وَأَنْزَلَ جُنُوْدًا لَمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا
وَذَلِكَ جَزَاءُ الْكَافِرِيْنَ (26)

“Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” (QS. At-Taubah: 26)

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُوا اذْكُرُوْا نِعْمَةَ اللهِ عَلَيْكُمْ إِذْ جَاءَتْكُمْ جُنُوْدٌ
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيْحًا وَجُنُوْدًا لَمْ تَرَوْهَا
وَكَانَ اللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرًا (9)

“Hai orang-orang yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah (yang telah dikurniakan) kepadamu ketika datang kepadamu tentara-tentara, lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan tentara yang tidak dapat kamu melihatnya. Dan adalah Allah Maha Melihat akan apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ahzaab: 9)
Para ahli tafsir menjelaskan bahwa al-junuud (pasukan) yang Allah Ta’ala turunkan untuk orang-orang Mukmin dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para Malaikat. (Tafsir Ibni Katsir, II/346)
Banyak hadits yang menunjukkan bahwa bala tentara yang tidak mereka lihat itu tidak lain adalah Malaikat, sebagaimana dijelaskan dalam hadits Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

فَذَهَبْتُ فَدَخَلْتُ فِي الْقَوْمِ وَالرِّيْحُ وَجُنُوْدُ اللهِ تَفْعَلُ مَا تَفْعَلُ

“Aku pun pergi dan menyusup ke kelompok musuh, sedang ketika itu angin dan pasukan Allah sedang melakukan sesuatu.” (Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya, V/392, dengan sanad yang shohih).
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia mengatakan,

فَلَمَّا رَجَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنَ الْخَنْدَقِ
وَضَعَ السِّلاَحَ فَاغْتَسَلَ
فَأَتَاهُ جِبْرِيْلُ وَهُوَ يَنْفُضُ رَأْسَهُ مِنَ الْغُبَارِ،
فَقَالَ: وَضَعْتَ السِّلاَحَ؟ وَاللهِ مَا وَضَعْنَاهُ.

“Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kembali dari perang Khondaq, beliau meletakkan senjatanya lalu mandi. Kemudian datanglah Jibril dan ketika itu sedang membersihkan kepalanya dari debu. Jibril mengatakan, “Engkau meletakkan senjata? Demi Allah, kami (para Malaikat) belum meletakkannya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, IV/1510 dan Muslim, III/1389).
Keempat: الْمَلَأُ اْلأَعْلاَ Al-Mala-ul A’laa (kelompok yang mulia lagi tinggi)
Al-Mala-ul A’laa termasuk di antara nama yang Allah Ta’ala berikan kepada Malaikat, sebagimana firman-Nya:

لاَ يَسَّمَّعُوْنَ إِلَى الْمَلَإِ الأَعْلَى وَيُقْذَفُوْنَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ (8)

“Syaithon syaithon itu tidak dapat memperdengarkan (pembicaraan) para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru.” (QS. Ash-Shaaffaat: 8)

مَا كَانَ لِيَ مِنْ عِلْمٍ بِالْمَلَإِ الأَعْلَى إِذْ يَخْتَصِمُوْنَ (69)

“Aku tiada mempunyai pengetahuan sedikitpun tentang al-Mala-ul A’la (Malaikat) itu ketika mereka berbantah-bantahan.” (QS. Shaad: 69).
Al-Mala’ artinya adalah kelompok. Allah Ta’ala menisbatkan sifat a’la (tinggi) kepada para Malaikat karena mereka termasuk penghuni langit. Jadi, maksud al-Mala-ul A’la adalah para Malaikat. Kata al-Mala’ sendiri sebenarnya ditujukan kepada setiap kelompok yang telah bersepakat atas suatu hal. Akan tetapi, kata al-Mala-ul A’la khusus digunakan untuk Malaikat dan tidak dipergunakan untuk selainnya.
Kelima: الأَشْهَادُ Al-Asyhaad (para saksi)
Di antara julukan yang Allah Ta’ala berikan kepada para Malaikat adalah Al-Asyhaad, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللهِ كَذِبًا أُولَئِكَ يُعْرَضُوْنَ عَلَى رَبِّهِمْ
وَيَقُوْلُ اْلأَشْهَادُ هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ كَذَبُوْا عَلَى رَبِّهِمْ
أَلاَ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الظَّالِمِيْنَ (18)

“Dan siapakah yang lebih zholim daripada orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah? Mereka itu akan dihadapkan kepada Rabb mereka, dan para saksi akan berkata: “Orang-orang inilah yang telah berdusta terhadap Rabb mereka.” Ingatlah, laknat Allah (ditimpakan) atas orang-orang yang zholim.” (QS. Huud: 18)
Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan, “Al-Asyhaad (para saksi) adalah para Malaikat.” (Tafsiir al-Qurthubi,IX/18)
Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan, “Al-Ashaad adalah jamak dari syaahid, sebagaimana halnya al-Ashhaab merupakan bentuk jamak dari shaahib. Ia meriwayatkan dengan sanadnya dari Mujahid, Qatadah, dan al-A’masy bahwa yang dimaksud dengan al-Asyhaad adalah Malaikat.” (Tafsiir Ibni Jarir, XII/20)
Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِيْنَ آَمَنُوْا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُوْمُ الأَشْهَادُ (51)

“Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (pada hari Kiamat).” (QS. Al-Mu’min: 51)
Ibnu Katsir mengatakan, “Al-Asyhaad adalah Malaikat.” (Tafsiir Ibni Katsir, IV/84)
Demikianlah penjelasan nama-nama umum atau julukan yang Allah Ta’ala berikan kepada para Malaikat-Nya. Apabila kita mengkaji al-Qur’an lebih dalam, mungkin saja kita akan mendapatkan nama-nama yang bersifat umum lainnya.
Nas alullaaha wal 'aafiyah.
attaubah.com

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.