Kirim Al-Fatihah untuk Rosululloh.
Dalam acara tahlilan dan yang semacamnya, kita seringkali mendengarkan orang yang mengirimkan pahala Al-Fatihah untuk Nabi dengan kalimat sebagai berikut:

Ilaa Hadhratin Nabiyil mushthafaa shallallaahu ‘alaihi wasallam wa aalihii wa ash-haabihi ajma’iina syai`un lillaahi lahum, Al-Faatihah”.

Artinya, " Kepada Nabi Mushtofa, Shollallohu ‘alaihi wasalam, keluarganya dan para sahabatnya semuanya karena Alloh, bagi mereka Al-Faatihah.."

Saya dulu sering memimpin tahlilan dan saya gunakan kalimat tersebut ketika ingin mengirimkan pahala fatihah untuk Nabi dan para sahabatnya. Saya dulu diajari begini, “Sekalipun kita tidak punya pahala banyak dan banyak orang diantara kita yang masih sering ikut main togel (salah satu nama judi) plus banyak dosanya, tetap merasa perlu untuk menghadiahkan pahalanya kepada Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wasalam.”
  • Komentar penulis: Rosululloh, kalau boleh diibaratkan, layaknya seorang milyarder, yang punya harta banyak. Layakkah orang-orang miskin lagi fakir memberikan harta kepada beliau? Anehnya, kita yang krisis pahala dan banyak dosa ini malah mengirimkan pahala kepada Nabi Shollallohu ‘alaihi wasalam. Apakah kita merasa benar dengan mengamalkan hal tersebut? Tidak ada alasan untuk membenarkan amalan tersebut. Dari sisi syari’at tidak ada secuilpun dalil yang membenarkannya. Secara rasionalpun menghadiahkan pahala tidaklah pas.
Ada yang berkilah bahwa Rosululloh itu diibaratkan sebagai gelas yang penuh, bila dipenuhi terus akan mengalirkan airnya atau menumpahkannya kepada kita.
  • Saya katakan, gelas yang sudah penuh tidak perlu dipenuhi lagi karena nantinya akan tumpah dan meluber kemana-mana sehingga hal ini merupakan perbuatan israf (sia-sia dan pemborosan). Mestinya kita cari bejana kosong lainnya yang butuh untuk diisi. Sungguhpun demikian, amalan kirim pahala fatihah tidak diperbolehkan. Tidak ada satupun riwayat, baik yang dha`if apalagi yang shahih yang menerangkan kepada kita bahwa para sahabat rodhiyallohu ‘anhum mengamalkan amalan ini. Para sahabat tidak pernah mengirimkan pahala bacaan fatihah ataupun bacaan surat yang lainnya.
Lalu apa dalil yang mereka pergunakan untuk mendukung amalan ini selain hanya anggapan baik saja? “Ah, itu kan baik. Membaca Al-Qur’an kok dilarang?” 

Sekiranya amalan ini baik, tentu para sahabat akan mengamalkannya. Anggapan baik semata tidak bisa melegalkan atau menjadikan benar sebuah amalan. Inilah prinsip Ahlussunnah, sebagaimana Rosululloh bersabda, “Orang yang terbaik diantara kalian adalah pada masaku (para sahabat Nabi), kemudian generasi yang setelahnya, kemudian generasi yang setelahnya.” (HR. Bukhori dan Muslim).
  • Jika para sahabat saja tidak mengamalkannya, lantas kenapa kita mengamalkannya? Apakah kita merasa lebih baik dan lebih mendapat petunjuk melebihi kebaikan dan hidayah yang diberikan kepada para sahabat?
Oleh karena itu kita tidak mengamalkan amalan kirim pahala bacaan Al-Qur’an disebabkan amalan ini merupakan amalan yang tidak dituntunkan dalam Islam, tidak dituntunkan oleh Rosululloh, para sahabat nabi, para tabi’in dan atba’ at-tabi’in dan generasi Islam yang utama. Jika demikian, orang-orang yang mengamalkan amalan ini mencontoh tuntunan siapa? 

Maka, orang-orang yang mengamalkan amalan mengirimkan pahala bacaan Al-Qur’an telah melanggar tuntunan Nabi. Bagaimana melanggarnya? 
Nabi dan para sahabatnya tidak pernah mengamalkan amalan ini, lalu dating generasi belakangan yang mengamalkan amalan ini. Maka, orang-orang ini telah mengamalkan suatu amalan yang tidak pernah dituntunkan oleh Rosululloh dan para sahabatnya. 
Bukankah perbuatan semacam ini adalah bentuk pembangkangan kepada Rosululloh dan menyelisihi beliau? Jawabnya adalah YA.
Rosululloh bersabda, “Apa yang telah aku larang, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan, kerjakanlah semampu kalian. Sesungguhnya umat terdahulu telah binasa karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka.” (HR. Muslim).
Alloh juga berfirman, “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur: 63).
Amalan yang dituntunkan Islam kepada Nabi adalah membaca shalawat kepada beliau, bukan mengirimkan pahala bacaan fatihah. Sebagaimana Alloh berfirman, “Sesungguhnya Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56).

Kirim Al-Fatihah kepada Malaikat adalah sebuah lelucon dan perbuatan bodoh
Dalam rangkaian amalan kirim bacaan fatihah pada acara tahlilan, kita akan menjumpai adanya amalan kirim fatihah untuk malaikat. Diantara kalimat yang diucapkan oleh orang-orang yang gemar yasinan, tahlilan dan kirim fatihah adalah “Wa ilaa jamii’i malaaikatillaahil muqorrobiin,” (Dan kepada seluruh malaikat Alloh yang dekat dengan-Nya).

Manusia yang mengirimkan pahala bacaan Al-Fatihah kepada malaikat itu mestinya mau mengaca terlebih dahulu, siapakah yang lebih membutuhkan pahala bacaan itu? Dirinya atau para malaikat? Demikian juga, sebelum mereka mengamalkan amalan kirim pahala bacaan Al-Fatihah ini hendaknya mereka bertanya terlebih dahulu, adakah amalan ini dituntunkan oleh Rosululloh.
  • Malaikat adalah makhluk Alloh yang mulia yang tidak pernah berbuat maksiat kepada-Nya. Alloh berfirman mengenai malaikat, “Penjaganya (yakni neraka) adalah para malaikat yang kasar lagi keras yang tidak bermaksiat terhadap apa-apa yang diperintahkan kepada mereka. Dan mereka senantiasa mengerjakan apa-apa yang diperintahkan (oleh Alloh)”(QS. At-Tahrim: 6)
Jika demikian keadaan malaikat sebagaimana yang diceritakan oleh Alloh, lantas masih pantaskah kita mengirimkan pahala bacaan fatihah kepada mereka? 
  • Para malaikat itu tidak membutuhkan kiriman pahala dari kita karena  mereka adalah makhluk yang disucikan oleh Alloh dari maksiat. Oleh karena itu, mengirimkan pahala fatihah kepada malaikat merupakan lelucon dan tindakan bodoh sebagaimana juga tindakan kirim pahala fatihah untuk Rosululloh juga merupakan lelucon dan tindakan bodoh.
Lalu, amalan apa yang boleh kita lakukan? 
  • Diantara amalan yang disyari’atkan kepada malaikat adalah kita mengucapkan salam kepada mereka sebagaimana salam yang kita baca ketika duduk tasyahud yang berbunyi, “Assalaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish sholihiin” (Semoga keselamatan menyertai kita dan para hamba Alloh yang sholih).
Ketahuilah, para malaikat adalah hamba Alloh yang sholih. Maka, para malaikat juga tercakup dalam salam yang kita baca pada doa tasyahud. Disadari atau tidak, ketika kita membaca doa tasyahud ini, kita telah mendoakan keselamatan kepada diri kita sendiri dan para hamba Alloh yang sholih,yakni seluruh hamba Alloh yang memiliki kesholihan yang meliputi Nabi dan Rasul, para malaikat, dan orang-orang sholih, baik yang telah wafat maupun yang masih hidup. Seluruhnya mendapatkan keutamaan doa ini.

Oleh karena itu, hendaknya kita dalam beramal tidak taklid buta sehingga kita mengamalkan amalan-amalan yang salah, bahkan terhitung amalan konyol dan bodoh semacam amalan kirim pahala bacaan fatihah ini. Sudah sepantasnya kita mengoreksi setiap amalan kita, sudahkah amalan yang kita amalkan selama ini telah benar dan sesuai dengan tuntunan Rosululloh? Jika sesuai, maka Alhamdulillaah, teruskan dan tingkatkan. Adapun jika tidak sesuai, maka sudah semestinya kita berlapang dada untuk meninggalkannya, meski banyak orang yang mengerjakannya. Ketahuilah, banyaknya orang yang mengamalkan bukanlah patokan benarnya suatu amalan. Benarnya amalan hanya diukur dari amalan Rosululloh dan para sahabatnya, kita mengikuti apa yang beliau dan para sahabatnya amalkan dan tidak mengamalkan apa yang tidak beliau dan para sahabatnya amalkan.

Amalan kirim pahala hanyalah sebuah amalan yang kita dapatkan turun temurun dari orangtua kita, dari kakek nenek kita, tanpa kita ketahui sudah benarkah amalan ini. Demikian juga, jika ada seseorang yang memperingatkan kita tentang salahnya amalan kita yang mana orang itu mengoreksi amalan kita yang salah dengan membawakan keterangan yang shohih dan argumentasi yang kuat, maka tidak selayaknya kita menuduhnya dengan tuduhan-tuduhan yang buruk. Mestinya kita berterima kasih kepadanya karena telah menasehati kita dan berusaha untuk meluruskan kesalahan kita.

Diantara ucapan-ucapan buruk yang sering kita lontarkan kepada orang-orang yang mengingatkan tentang salahnya amalan kita adalah, “Ah, kamu jangan sok benar sendiri. Masak membaca Al-Qur’an kok dilarang?” atau, “Lha klo begitu, para kyai yang mengamalkannya salah donk, lalu kamu yang benar?” atau ucapan-ucapan lainnya yang semisal dengan ini. Sungguh, ucapan seperti ini tidak layak keluar dari lisan seorang muslim ketika mendapatkan nasehat dari saudaranya. Allohua’lam.


Referensi:
  • Al-Qur’an dan terjemahannya.
  • KH. Makhrus Ali dalam buku Mantan Kyai NU Menggugat Tahlilan, Istighosahan dan Ziarah Para Wali halaman 71-83.
Ditulis oleh Aqil Azizi –hafizhohullohu wa waalidaih-

http://catatanaqilazizi.wordpress.com/2011/04/14/kirim-al-fatihah-untuk-rosululloh-dan-para-malaikat/

2 komentar:

  1. Bagaimana bisa anda mengambil acuan buku, yangmana saat ini pengarangnya sudah mengaku akan kesalahan bukunya. (Liat berita digoogle)

    BalasHapus
  2. 1.Alquran terjemahan bukan acuan baku, bahwa penerjemahan alquran ada ilmunya sendiri dalam islam, kalo kurang faham ilmu penerjemahan alquran tanya saya ya.
    2. Bukunya kh. makhrus sudah dinyatakan salah oleh pengarangnya langsung, dan mengakui bahwa buku tersebut untuk keunkeuntungan semata penerbit. (Liat berita di google)

    Kesimpulan :
    Blog ini perlu diragukan mengenai kebenaran nya. (NU siap bertanggung jawab dunia akhirat akan hukum yg sdh diterapkan nya) silahkan pemilik blog datang ke kantor pbnu terkait kesesatan kami jika berniat ingin benar meluruskan yang benar. Terima kasih from NU

    BalasHapus

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.