Jika Allah Maha Esa, Kenapa Menyebut Diri-Nya 'Nahnu' (Kami)?

Oleh: Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Seribu satu jalan diusahakan musuh-musuh Islam untuk melemahkan dien ini dan menjauhkan manusia darinya. Bahkan terhadap yang sudah masuk ke dalamnya, mereka terus berusaha untuk memurtadkannya. Terkadang dengan cara halus dan lembut, memaksa dan memperdaya, sampai memusuhi dan memerangi.
 وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ
"Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri." (QS. Al-Baqarah: 109)
وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka." (QS. Al-Baqarah: 120)
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup." (QS. Al-Baqarah: 217)
Dalam ayat di atas, QS. Al-Baqarah: 217, Syaikh Abdurrahman bin Nashir Al-Sa'di rahimahullah -sesudah menjelaskan sifat buruk kafir Qurays dan tujuan mereka dalam memerangi orang-orang beriman- menuturkan, "Sifat ini berlaku umum bagi setiap orang kafir, mereka tidak henti-hentinya memerangi golongan di luar mereka sehingga memurtadkan dari agama mereka. Khususnya, Ahli kitab  dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang telah mendirikan organisasi-organisasi, menyebar misionaris, menempatkan para dokter, mendirikan sekolahan-sekolahan untuk menarik umat kepada agama mereka, membuat berbagai propaganda untuk menanamkan keraguan dalam diri mereka (kaum muslimin) akan kebenaran agama mereka (Islam)."
Salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan menebar syubuhat, kerancuan dalam memahami Islam, di antaranya membenturkan sebagain ayat dengan ayat lainnya ataupun menyimpangkan pemahaman ayat agar sesuai dan mendukung isi ajaran mereka. Tujuannya, agar umat Islam mengakui kebenaran keyakinan kufur non muslim dan berpindah kepada agama mereka.
Satu contoh, saat seorang kawan mengupdate status Facebooknya dengan mengutip firman Allah Ta'ala:
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
"Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami." (QS. Al-Mukminun: 115)
Lalu seorang temannya yang non-muslim meminta penjelasan tentang maksud "kami" dalam ayat tersebut yang seolah ia ingin menyampaikan bahwa Tuhan yang diakui umat Islam bukan tunggal/esa, tapi berbilang. Seolah ia ingin menunjukkan kesesuaian Al-Qur'an dengan konsep ketuhanan trinitas dalam Kristen. Berikut ini kami buat jawaban atas pertanyaan tersebut:   
1. Setiap bahasa memiliki karaktristik tersendiri yang bisa dipahami dengan baik oleh mereka yang menggunakannya. Maka jika ada musykilah (problem pehamanan terhadap satu bahasa) tanyakan atau kembalikan kepada mereka yang menggunakannya atau ahlinya. Jangan dikembalikan kepada interpretasi mereka yang tidak berbahasa dengan bahasa tersebut, pasti akan rancu dan salah kaprah.
2. Al-Qur'an yang diturunkan kepada Nabi MuhammadShallallahu 'Alaihi Wasallam dengan bahasa kaumnya, yakni Bahasa Arab. Bahkan bahasa Al-Qur'an adalah bahasa terindah dan terfasih dari bahasa Arab. Semua ahli bahasa dan sastrawan Arab saat diturunkan Al-Qur'an mengakui akan sisi keindahan bahasanya. Allah menyifati bahasa Al-Qur'an,
بِلِسَانٍ عَرَبِيٍّ مُبِينٍ
"(Al-Qur'an itu diturunkan) Dengan bahasa Arab yang jelas." (QS. Asy Syuara’ : 195)
Tentang bagaimana reaksi orang-orang Arab ketika turunnya Al-Quran, M. Quraish Shihab dalam Mukjizat al-Quran (2006) menulis: “Sesungguhnya orang-orang yang hidup pada masa turunnya al-Quran adalah masyarakat yang paling mengetahui tentang keunikan dan keistimewaan al-Quran serta ketidakmampuan manusia untuk menyusun semacamnya. Tetapi, sebagian mereka tidak dapat menerima al-Quran karena pesan-pesan yang dikandungnya merupakan sesuatu yang baru. Hal itu masih ditambah lagi dengan ketidaksejalanan al-Quran dengan adat dan kebiasaan serta bertentangan dengan kepercayaan mereka. Inilah yang tidak dapat mereka terima. Tetapi Bukankah mereka pun menyadari akan keunikan dan keindahan kata-katanya? Benar. Tetapi bagaimana dengan kepercayaan dan adat leluhur? Kepercayaan harus dipertahankan, al-Quran harus ditolak. Begitulah kesimpulan tokoh-tokoh masyarakat waktu itu.” (Dinukil dari Menikmati Keindahan Bahasa al- Quran, Asep M. Tamam, dalam asmat-arabiyyatuna.blogspot.com)
3. Dalam kaidah dan uslub Arab dikenal sebutan NAHNU (kita/kami) itu digunakan oleh satu orang yang bersama yang lain, sehingga menunjukkan makna jama' atau berbilang. Terkadang juga digunakan oleh satu orang yang memiliki sifat-sifat yang banyak lagi mulia. Maka pengunaan NAHNU pada bagian kedua bukan menunjukkan banyaknya orang yang berbicara, tapi untuk menunjukkan satu orang tapi memiliki keagungan dan kemuliaan.
    Penulis al-Mu'jam al-Wasith (Kamus bahasa Arab), hal. 945 berkata: "Nahnu (kami) adalah kata ganti yang digunakan untuk menyebut dua orang atau jama' (banyak) yang mengabarkan tentang diri mereka, dan terkadang digunakan untuk menyebut satu orang saat ia hendak mengagungkan/memuliakan (dirinya)."
    Karenanya, orang besar yang memiliki pemahaman bahsa Arab yang baik dan dalam, saat berbicara kepada yang lain untuk menunjukkan kemuliaannya, pasti akan mengganti kalimat Anaa Fa'alku kadza (aku melakukan ini) menjadi Nahnu Fa'alnaa Kadza (Kami melakukan ini) untuk menunjukkan kemuliaannya.
    Oleh karenanya, siapa yang memahami bahasa Arab dengan baik pasti tidak akan mempermasalahkan penggunaan bentuk plural (nahnu: kami) oleh Allah yang Maha Esa untuk menyebut diri-Nya. Orang yang memahami bahasa Arab dengan baik juga tidak akan menganggap Allah itu berbilang hanya karena menyebut diri-Nya yang Maha Esa dengan karena menggunakan bentuk jama' (plural).
    4. Satu yang tak diragukan, Allah Ta'ala (Maha Tinggi) menyandang sifat yang agung, maka jika Dia mengabarkan tentang diri-Nya dengan sifat-sifat ini maka itu sangat tepat bagi yang disifati. Jika Dia berfirman:
       إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
      "Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9) dan ayat-ayat lain yang menunjukkan makna serupa. Oleh karenanya, orang yang paham pahasa Arab saat membaca ayat-ayat seperti di atas tidak akan mempertentangkannya dengan keesaan (ke Maha Tunggalan) Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sekali lagi, tidak ada upaya mempertentangkannya bagi orang yang paham bahasa Arab. Karena hal itu termasuk bagianta'dzim (pengagungan) yang biasa digunakan orang Arab dalam percakapan/perbincangan mereka. Sehingga tidak didapatkan, Ahli Bahasa dan sastra Arab Jahiliyah yang musyrik mempertentangkan hal ini, padahal mereka adalah manusia-manusia yang meyakini banyak tuhan sehingga Al-Qur'an menyebutkan,
      وَإِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ
      "Dan apabila hanya nama Allah saja yang disebut, kesallah hati orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat; dan apabila nama sembahan-sembahan selain Allah yang disebut, tiba-tiba mereka bergirang hati." (QS. Al-Zumar: 45)
      5. Terkadang  Allah menyebut diri-Nya dalam Al-Qur'an dengan bentuk mufrad (tunggal) untuk menunjukkan Ke-Esaan-Nya. Ini terdapat dalam beberapa ayat, contohnya:
        وَأَنَا اخْتَرْتُكَ فَاسْتَمِعْ لِمَا يُوحَى إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
        "Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah salat untuk mengingat Aku." (QS. Thaahaa: 13-14)
        وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
        "Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang." (QS. Al-Baqarah: 163)
        قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
        "Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa." (QS. Al-Ikhlash: 1)
        Dan terkadang pula menyebut diri-Nya dengan bentuk plural, NAHNU (kami) yang menunjukkan makna banyak, seperti  pada ayat yang diperbincangkan di atas,
        أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
        "Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami." (QS. Al-Mukminun: 115)
        إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
        "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (QS. Al-Fath: 1)
        إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
        "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak." (QS. Al-Kautsar: 1) dan ayat-ayat serupa. Susunan/bentuk ungkapan seperti ini tidak lantas menunjukkan berbilangnya Tuhan, tapi untuk menunjukkan bahwa Allah yang Esa memiliki nama-nama yang banyak lagi Husna (Maha Indah) dan Sifat-sifat yang banyak lagi sempurna. Dia-lah Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dzat maha Tinggi, Agung, dan luas Rahmat-Nya. Semoga Allah menunjuki saya dan Anda semua kepada jalan-Nya yang lurus, yang mengesakan Dia dan tidak menyembah selain-Nya!!! [PurWD/voa-islam.com]

        0 komentar:

        Agenda Harian

        Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

        1. Agenda pada sepertiga malam akhir

        a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

        b. Menunaikan shalat witir

        c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

        Rasulullah saw bersabda:

        يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

        “Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


        2. Agenda Setelah Terbit Fajar

        a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

        ” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

        “Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

        b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

        Rasulullah saw bersabda:

        رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

        “Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

        وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

        “Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

        c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

        Rasulullah saw bersabda:

        وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

        “Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

        بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

        “Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

        d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

        Rasulullah saw bersabda:

        الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

        “Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

        e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

        Dalam hadits nabi disebutkan:

        كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

        ” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

        Agenda prioritas

        Membaca Al-Quran.

        Allah SWT berfirman:

        “Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

        - Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

        - Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

        - Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

        3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

        Rasulullah saw bersabda:

        يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

        “Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

        4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

        Rasulullah saw bersabda:

        مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

        “Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

        Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

        مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

        “Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

        d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

        Allah berfirman :

        أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

        “Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

        Rasulullah saw bersabda:

        أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

        “Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

        5. Agenda saat shalat Zhuhur

        a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

        b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

        Rasulullah saw bersabda:

        مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

        “Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

        6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

        a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

        b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

        Rasulullah saw bersabda:

        مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

        “Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

        c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

        Rasulullah saw bersabda:

        وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

        “Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

        Agenda prioritas:

        Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

        - Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

        - Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

        - Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

        7. Agenda sebelum Maghrib

        a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

        b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

        c. Menyibukkan diri dengan doa

        Rasulullah saw bersabda:

        الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

        “Doa adalah ibadah”

        8. Agenda setelah terbenam matahari

        a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

        b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

        c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

        d. Membaca dzikir sore

        e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

        Rasulullah saw bersabda:

        مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

        “Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

        9. Agenda pada waktu shalat Isya

        a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

        b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

        c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

        d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

        e. Dakwah melalui media atau lainnya

        f. Melakukan mudzakarah

        g. Menghafal Al-Quran

        Agenda prioritas

        Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

        - Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

        - Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

        - Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


        Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

        Jazaakillah

        Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

        Isi Blog

        Popular Posts

        Diberdayakan oleh Blogger.