Oleh: Ulis Tofa, Lc

Kirim Print
Kaum Nabi Hud a.s. dinamakan kaum Ad, sebutan ini diambil dari kabilah tertua dan terbesar di antara mereka. Mereka menempati di sebuah bukit-bukit pasir di antara Yaman dan Oman. Sepanjang waktu mereka hidup aman, damai, dan sejahtera. Allah swt. memberi nikmat yang melimpah, kebaikan yang banyak, dan sumber mata air memancar deras. Mereka bercocok tanam, menggarap kebun-kebun, dan membangun gedung-gedung yang kokoh sebagai tempat tinggal. Mereka dikaruniai fisik besar dan kuat. Mereka dikaruniai Allah sesuatu yang tidak diberikan kepada yang lainya di muka bumi ini.


Taklid Buta

Namun, mereka tidak memikirkan prinsip penciptaan ini. Mereka tidak berusaha mencari tahu sumber dari semua kenikmatan itu. Justru akal dan tabiat mereka menyimpang. Mereka menjadikan patung-patung sebagai tuhan, tempat sujud dan meminta. Ketika mereka mendapatkan kebaikan mereka berterimakasih kepada patung-patung tersebut, atau ketika mereka ditimpa keburukan mereka pun mengadu kepadanya.

Lebih dari itu, mereka berbuat kerusakan di muka bumi, yang kuat menghinakan yang lemah, yang tua memusuhi yang muda.

Akhirnya Allah swt. berkehendak –memberikan pelajaran kepada orang-orang kuat, meneguhkan orang-orang lemah, meluluhkan jiwa yang jahil, dan menghilangkan kebutaan mata hati mereka– dengan mengutus Rasul di tengah-tengah mereka, dari kalangan mereka, berbicara dengan bahasa mereka, berdialog dengan metoda mereka, mengarahkan kepada Dzat Pencipta, menjelaskan kesalahan ibadah mereka, sebagai ramat dan kemuliaan dari Allah swt. kepada mereka.

Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud. Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dan kalian hanyalah mengada-adakan saja.” (Huud: 50)

Hud berasal dari keturanan terbaik di antara mereka, berakhlak mulia, sangat santun, dan lapang dada, maka Allah swt memilihnya untuk menjadi pemegang amanah risalah-Nya dan penyeru dahwah-Nya, agar akal pikiran mereka terbuka dan terbebas dari kesesatan, serta jiwa yang kembali hanif.

Hud melaksanakan perintah dengan amanah, menjalankan risalah dengan penuh tanggung jawab. Hud bermujahadah dalam segala amal dakwahnya sebagaimana pelaku dakwah bermujahadah. Ia keluar berdakwah di tengah-tengah kaumnya, menjelaskan kemungkaran patung-patung dan tata cara peribadatan mereka.

Lupa Sejarah Pendahulu

Hud bertanya, “Wahai kaumku, apa itu batu-batu yang kalian ukir, kemudian kamu jadikan sebagai sesembahan? Apa madharat dan manfaatnya? Sekali-kali itu tidak membawa manfaat buat kalian, juga tidak dapat menolak bahaya dari kalian. Perbuatan itu hanya menistakan akal pikiran kalian dan menghinakan kehormatan kalian.

Wahai kaumku, ada Tuhan Esa yang berhak kalian sembah. Tuhan yang lebih layak kalian bersimpuh dihadapan-Nya. Dia-lah Dzat yang menciptakan kalian dan membagi jatah rezeki kalian. Dia-lah Dzat yang menghidupkan kalian, sekaligus mematikan kalian. Dia telah meneguhkan kehidupan kalian di muka bumi. Dia menumbuhkan tanaman untuk kalian. Dia mengaruniai kalian fisik yang kuat. Dia memberkahi binatang ternak kalian. Karena itu berimanlah kepada-Nya. Jangan sampai kalian menyimpang dari kebenaran, atau bersikap sombong terhadap-Nya, sehingga kalian akan ditimpa malapetaka sebagimana kaum Nabi Nuh a.s. sebelumnya. Padahal masa kalian dan masa kaum Nabi Nuh yang dihancurkan tidaklah terlalu jauh.”

”Hai kaumku, Aku tidak meminta upah kepadamu bagi seruanku ini. Upahku tidak lain hanyalah dari Allah yang telah menciptakanku. Maka tidakkah kamu memikirkan(nya)?” (Huud: 51)

Hud menerangkan demikian dengan harapan seruannya sampai di relung jiwa mereka sehingga mereka mau beriman, atau membuka pikiran mereka sehingga mereka mau berpikir dan mendapatkan petunjuk. Akan tetapi ia melihat wajah-wajah gusar, tidak sedikit mata memerah ketika mendengar perkataan yang sebelumnya tidak pernah mereka dengar.

Penolakan Karena Kebodohan

Mereka menjawab: Apa yang kamu bawa dan kamu ajarkan, wahai Hud? Bagaimana kamu menghendaki kami menyembah Allah saja tanpa ada sekutu? Sesungguhnya kami menyembah patung-patung itu, agar patung-patung itu mendekatkan kami kepada-Nya, dan agar patung-patung itu memberi syafaat atas izin-Nya.

Hud menerangkan: Wahai kaumku, sesungguhnya Allah swt. Ahad, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan penyembahan terhadap-Nya saja merupakan ibadah yang paling mulia, paling inti dan puncaknya. Dia sangat dekat, tidaklah jauh. Dia lebih dekat dari kalian dibandingkan urat nadi kalian sendiri.

Adapun patung-patung yang kalian sembah dalam rangka untuk mendekatkan kepada-Nya, atau untuk memperoleh syafaat dari sisi-Nya tidak lain justru menjauhkan kalian dari-Nya, meskipun kalian menyangka kalian dekat. Perbuatan ini juga menunjukkan kalian jahil, pada waktu yang bersamaan kalian menyangka berpengetahuan.

Mereka berpaling seraya berkata: Kamu tidak lain hanyalah orang dungu dan tidak bersahabat. Kamu menjelekkan cara ibadah kami, kamu menghina kami atas apa yang telah kami warisi dari nenek moyang kami. Kamu ini siapa? Apa kedudukan kamu diantara kami? Kamu seperti kami juga, kamu makan sebagimana kami makan, kamu minum sebagaiman kami minum, kamu hidup layaknya kami hidup, tidak ada bedanya. Mengapa Allah mengkhususkan kamu membawa risalah-Nya? Dan memilih kamu untuk mengemban dakwah-Nya? Kami menyangka kamu tiada lain adalah pembohong.

Hud menjawab: Wahai kaumku, aku tidaklah dungu, tidak juga bodoh. Aku hidup ditengah-tengah kalian bertahun lamanya dan kalian tidak mengingkari diriku sedikit pun. Kalian tidak pernah mendapati aku berbuat aneh. Sehingga tidaklah mengherankan jika Allah swt memilih salah seorang dari kaum-Nya untuk mengemban risalah-Nya dan menyeru dakwah-Nya? Justru yang aneh jika Allah swt meninggalkan manusia dalam kondisi sia-sia tanpa ada seorang Rasul, dibiarkan tidak ada penyeru kebaikan dan pelaku kebenaran. Karena itu gunakanlah akal kalian untuk berfikir, memandang hakekat alam raya dengan penglihatan kalian, pasti kalian akan menyimpulkan bahwa Allah Ahad dalam segalanya: dalam sistem yang sangat menakjubkan ini, dalam penciptaan yang hebat ini, dalam cakrawala yang berputar ini, dan bintang yang berkelip:

Dalam segala sesuatu menunjukkan tanda

Bahwa Dia Dzat yang Esa

Maka berimanlah kepada-Nya, minta ampunlah kepada-Nya pasti Dia akan menurunkan hujan dengan deras, harta yang melimpah, fisik yang bertambah kuat.

Dan (Dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Huud: 53)

Ketahuilah bahwa setelah kalian mati, kalian akan dibangkitkan kembali. Barangsiapa melakukan kebaikan, maka kebaikan itu untuknya. Sebaliknya siapa mengerjakan keburukan, ia menanggung akibatnya. Maka merenunglah untuk kebaikan diri kalian. Persiapkan dunia kalian untuk kehidupan yang kekal abadi di akhirat kelak. Dan sungguh aku telah menjalankan tugas yang diamanahkan kepadaku, aku telah memberi peringatan yang jelas kepada kalian.

Mereka menjawab: Tidak diragukan lagi, bahwa salah satu tuhan kami telah merasuki dirimu, sehingga pikiranmu kacau. Kamu berbicara yang tidak ada kenyataannya kecuali hanya di angan-angan kamu belaka. Apa gunanya istighfar, toh kami mendapatkan hidup yang serba kecukupan. Apa itu kebangkitan setalah kematian, tidak mungkin kami dihidupkan lagi setelah tulang-tulang kami lebur menjadi tanah! Sungguh aneh kamu! Kehidupan ini hanyalah di dunia saja, kami mati dan hidup dan tidak ada yang menghancurkan kami kecuali masa.

”Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami Telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” Huud menjawab: “Sesungguhnya Aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah olehmu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (Huud: 54)

Kemudian apa itu adzab yang kamu janjikan kepada kami? Kami tidak takut atas apa yang kamu ucapkan. Kami tidak meninggalkan peribadatan tuhan-tuhan kami. Datangkan apa yang kamu janjikan jika kamu orang yang benar.

Berdakwah Tanpa Kenal Lelah

Ketika sudah nyata penolakan dari mulut-mulut mereka, Hud bergumam: ”Saya bersaksi kepada Allah, bahwa saya telah menyampaikan risalah-Nya tanpa saya kurangi sedikit pun. Saya sudah bermujahadah dengan segenap kemampuanku dan aku sama sekali tidak mengabaikannya. Aku akan terus berdakwah dan terus berjihad, aku tidak peduli dengan tipu daya kalian. Aku tidak takut ancaman kalian. Aku bertawakal kepada Allah swt., Tuhan saya dan Tuhan kalian. Tidaklah setiap yang melata di muka bumi kecuali Dia yang menggenggamnya.

”Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu apa (amanat) yang aku diutus (untuk menyampaikan)nya kepadamu. dan Tuhanku akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain (dari) kamu; dan kamu tidak dapat membuat mudharat kepada-Nya sedikitpun. Sesungguhnya Tuhanku adalah Maha pemelihara segala sesuatu.” (Huud : 57)

Hud tetap menyeru, sedangkan kaumnya terus berpaling. Sampai suatu ketika langit hitam pekat tanda segera hujan. Mereka menemui Hud seraya berkata: Mendung datang pertanda hujan akan segera turun.

Tidak! Jawab Hud tegas, mendung ini bukanlah mendung rahmat, akan tetapi ia membawa angin kehancuran, inilah yang kalian tantang ketika itu: angin pembawa adzab yang pedih.

Benar apa yang dikatakan Hud. Mereka melihat kendaraan dan binatang yang mereka gembalakan di padang sahara diterbangkan dan dilemparkan ke tempat yang sangat jauh. Sontak mereka takut, kalang kabut, melarikan diri, bersembunyi di rumah mereka. Mereka tutup rapat-rapat pintu rumah dengan harapan bisa selamat. Akan tetapi bala’ telah meluas dan khitab berlaku umum: yaitu jika angin menerbangkan kerikil sahara, selama tujuh malam dan delapan hari berturut-turut, hingga kaum itu bergelimpangan, laiknya ranting kering yang berjatuhan. Sejarah mereka terabadikan. Cerita mereka menjadi pelajaran.

”Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. Ingatlah. Sesungguhnya kaum ‘Ad itu kafir kepada Tuhan mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum ‘Ad (yaitu) kaum Huud itu.” (Huud: 60)

Hud dan orang yang mengikutinya selamat di tempat-tempat mereka tinggal. Sekeliling mereka dihantam badai dan diterjang batu, namun mereka aman dan tenang di bawah lindungan Tuhannya, sampai angin kembali normal seperti semula.

”Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami. Dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.” (Huud: 58)

Semua tandus, seakan tiada kehidupan lagi. Nabi Hud a.s. pindah ke Hadramaut dan menghabiskan umurnya di sana.

Sungguh, banyak pelajaran berharga dari kisah Nabi Hud di atas bagi orang-orang yang berfikir. Allahu A’lam.

Sumber : http://www.dakwatuna.com/2007/nabi-hud-dan-kaumnya/



Share

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.