miskin_tapi_kaya_1.jpg
Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata, "Jika engkau memiliki hati yang selalu qana'ah maka sesungguhnya engkau sama seperti raja dunia."
Sekitar tujuh tahun yang lalu, saya berkunjung ke kamar seorang teman saya di Universitas Madinah, yang berasal dari negara Libia, dan kamar tersebut dihuni oleh tiga mahasiswa yang saling dibatasi dengan sitar (kain), sehingga membagi kamar tersebut menjadi tiga petak ruangan kecil berukuran sekitar dua kali tiga meter. Ternyata ... ia sekamar dengan seorang mahasiswa yang berasal dari negeri Cina, yang bernama Ahmad. Beberapa kali, aku dapati ternyata Ahmad sering dikunjungi teman-temannya para mahasiswa yang lain yang juga berasal dari Cina. Rupanya, mereka sering makan bersama di kamar Ahmad, sementara Ahmad tetap setia memasakkan makanan buat mereka. Aku pun tertarik melihat sikap Ahmad yang penuh kerendahan hati dalam melayani teman-temannya dengan wajah yang penuh senyum semerbak.
Ahmad adalah seorang mahasiswa yang telah berkeluarga dan telah dianugerahi seorang anak. Akan tetapi, jauhnya ia dari istri dan anaknya tidaklah menjadikan ia selalu dipenuhi kesedihan. Hal ini berbeda dengan kondisi sebagian mahasiswa yang selalu bersedih hati karena memikirkan anak dan istrinya yang jauh ia tinggalkan.
Suatu saat, aku pun menginap di kamar temanku tersebut. Aku dapati, ternyata Ahmad bangun sebelum shalat subuh dan melaksanakan shalat witir. Entah berapa rakaat ia shalat. Tatkala ia hendak berangkat ke masjid, aku pun menghampirinya dan bertanya kepadanya, “Wahai Akhi Ahmad, aku lihat engkau senantiasa ceria dan tersenyum. Ada apakah gerangan?” Maka, Ahmad pun dengan serta-merta berkata dengan polos, “Wahai Akhi, sesungguhnya, Imam Asy-Syafi’i pernah berkata, bahwa jika hatimu penuh dengan rasa qana'ah maka sesungguhnya engkau dan seorang raja di dunia ini sama saja.”
Aku pun tercengang .... Sungguh perkataan yang indah dari Imam Asy-Syafi. Rupanya, inilah rahasia sehingga Ahmad senantiasa tersenyum.
Para pembaca yang budiman, qana'ah--dalam bahasa kita--adalah “nerimo” dengan apa yang ada. Yaitu, sifat menerima semua keputusan Allah. Jika kita senantiasa merasa nerimo dengan apa yang Allah tentukan buat kita, bahkan kita senantiasa merasa cukup, maka sesungguhnya apa bedanya kita dengan raja dunia? Kepuasan yang diperoleh sang raja dengan banyaknya harta juga kita peroleh dengan harta yang sedikit tetapi dengan hati yangqana'ah.
Bahkan, bagitu banyak raja yang kaya raya ternyata tidak menemukan kepuasan dengan harta yang berlimpah ruah. Oleh karenanya, sebenarnya, kita katakan, “Jika Anda memiliki hati yang senantiasa qana'ah maka sesungguhnya Anda lebih baik dari seorang raja di dunia.”
Kata "qana'ah" merupakan perkataan yang ringan di lisan akan tetapi mengandung makna yang begitu dalam. Sungguh, tatkala Imam Asy-Syafi’i mengucapkan bait syair di atas, itu sungguh-sungguh dibangun di atas ilmu yang kokoh dan dalam.
Seseorang yang qanaah dan senantiasa menerima dengan semua keputusan Allah menunjukkan bahwa ia benar-benar mengimani takdir Allah, yang merupakan salah satu dari enam rukun iman.
Ibnu Baththal berkata, “Dan kaya-jiwa (qana’ah) merupakan pintu keridhaan atas keputusan Allah dan menerima (pasrah) terhadap ketetapan-Nya. Ia mengetahui bahwasanya sesuatu yang ada di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang baik, dan ketetapan Allah lebih baik bagi wali-wali Allah yang baik.” (Syarh Shahih Al-Bukhari)
Orang yang qana'ah benar-benar telah mengumpulkan banyak amalan-amalan hati yang sangat tinggi nilainya. Ia senantiasa berhusnuzhzhan kepada Allah, bahwasanya apa yang Allah tetapkan baginya, itulah yang terbaik baginya. Ia bertawakal kepada Allah dengan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Sedikitnya harta di tangannya tetap menjadikannya bertawakal kepada Allah. Ia lebih percaya dengan janji Allah daripada kemolekan dunia yang menyala di hadapan matanya.
Al-Hasan Al-Bashri pernah berkata, “Sesungguhnya, di antara kelemahan imanmu, engkau lebih percaya kepada harta yang ada di tanganmu daripada perbendaharaan yang ada di sisi Allah.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2:147)
Orang yang qana'ah tidak terperdaya dengan harta dunia yang mengilau dan ia tidak hasad kepada orang-orang yang telah diberikan harta yang berlimpah oleh Allah. Ia qana'ah ... ia menerima semua keputusan dan ketetapan Allah. Bagaimana orang yang sifatnya seperti ini tidak akan bahagia?
Allah berfirman (yang artinya), "Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari amalan yang telah mereka kerjakan." (Q.S. An-Nahl:97)
Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu dan Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, "'Kehidupan yang baik' adalah 'qana'ah'." (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam Tafsir-nya, 17:290)
Renungkanlah bagaimana kehidupan orang yang paling bahagia, yaitu Nabi kita shallallahu ‘alahi wa sallam, sebagaimana dituturkan oleh Aisyah radhiallahu ‘anha, "Aisyah berkata kepada ‘Urwah, 'Wahai putra saudariku, sungguh kita dahulu melihat hilal, kemudian kita melihat hilal (berikutnya) hingga tiga hilal selama dua bulan. Akan tetapi, api tidak dinyalakan sama sekali di rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.' Kemudian, aku (Urwah) berkata, 'Wahai bibiku, apakah makanan kalian?' Aisyah berkata, 'Kurma dan air. Hanya saja, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam memiliki tetangga dari kalangan kaum Anshar. Mereka memiliki unta-unta (atau kambing-kambing) betina yang mereka pinjamkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk diperah susunya, maka Rasulullah pun memberi susu kepada kami dari unta-unta tersebut.'" (H.R. Al-Bukhari, no. 2567 dan Muslim no. 2972)
Dua bulan berlalu di rumah Rasulullah akan tetapi tidak ada yang bisa dimasak sama sekali di rumah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Makanan beliau hanyalah kurma dan air.
Rumah beliau sangatlah sempit, sekitar 3,5 kali 5 meter, dan sangat sederhana. Atha’ Al-Khurasani rahimahullahberkata, "Aku melihat rumah-rumah istri-istri Nabi terbuat dari pelepah kurma dan di pintu-pintunya terdapat tenunan serabut-serabut hitam. Aku menghadiri tulisan (keputusan) Al-Walid bin Abdil Malik (khalifah tatkala itu) dibaca, yang memerintahkan agar rumah istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dimasukan dalam areal Masjid Rasululullah. Maka, aku tidak pernah melihat orang-orang menangis sebagaimana tangisan mereka tatkala itu (karena rumah-rumah tersebut akan dipugar dan dimasukan dalam areal masjid, pen.). Aku mendengar Sa’id bin Al-Musayyib berkata pada hari itu, 'Sungguh, demi Allah, aku sangat berharap mereka membiarkan rumah-rumah Rasulullah sebagaimana kondisinya, agar jika muncul generasi baru dari penduduk Madinah dan jika datang orang-orang dari jauh ke kota Madinah, mereka akan melihat kehidupan Rasulullah. Hal ini akan menjadikan orang-orang mengurangi sikap saling berlomba-lomba dalam mengumpulkan harta dan sikap saling berbangga-banggaan.'" (Ath-Thabaqat Al-Kubra li Ibni Sa’ad, 1:499)
Orang-orang mungkin mencibirkan mulut tatkala memandang seorang yang qana'ah yang berpenampilan seperti orang miskin, karena memang ia adalah seorang yang "miskin harta". Akan tetapi, sungguh, kebahagiaan telah memenuhi hatinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukanlah kekayaan dengan banyaknya harta benda, namun kekayaan yang hakiki adalah kaya jiwa (hati).” (H.R. Al-Bukhari, no. 6446 dan Muslim, no. 1050)
Ibnu Baththal rahimahullah berkata, “Karena banyak orang yang dilapangkan hartanya oleh Allah, ternyata jiwanya miskin. Ia tidak nerimo dengan karunia yang Allah berikan kepadanya, sehingga ia senantiasa berusaha untuk mencari tambahan harta. Ia tidak peduli asal harta tersebut. Dengan demikian, seakan-akan, ia adalah orang yang kekurangan harta karena semangatnya dan tamaknya untuk mengumpulkan harta. Sesungguhnya, hakikat kekayaan adalah kayanya jiwa, yaitu jiwa seseorang yang merasa cukup (nerimo) dengan harta yang sedikit dan tidak bersemangat untuk menambah-nambah hartanya serta tidak membangkitkan nafsu dalam mencari harta. Karenanya, seakan-akan, ia adalah seorang yang kaya dan selalu mendapatkan harta.” (Syarh Ibnu Baththal terhadap Shahih Al-Bukhari)
Abu Dzar radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berkata kepadanya, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang banyaknya harta merupakan kekayaan?” Aku (Abu Dzar) berkata, “Iya, Rasulullah.” Rasulullah berkata, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta merupakan kemiskinan?” Aku (Abu Dzar) berkata, “Benar, Rasulullah.” Rasulullah pun berkata, “Sesungguhnya, kekayaan (yang hakiki, pen.) adalah kayanya hati, dan kemisikinan (yang hakiki, pen.) adalah miskinnya hati.” (H.R. Ibnu Hibban; dinilai sahih oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, no. 827)
Dengan demikian, meskipun orang yang qana'ah itu miskin, namun pada hakikatnya, sesungguhnya dialah orang yang kaya.
Madinah, 10-04-1432 H/15-03-2011 M,
Ustadz Firanda Andirja, Lc, M.A.
Dipublikasikan ulang--disertai penyuntingan bahasa--oleh redaksi www.PengusahaMuslim.com.

0 komentar:

Agenda Harian

Semoga kita senantiasa terpacu untuk mengukir prestasi amal yang akan memperberat timbangan kebaikan di yaumil akhir, berikut rangkaian yang bisa dilakukan

1. Agenda pada sepertiga malam akhir

a. Menunaikan shalat tahajjud dengan memanjangkan waktu pada saat ruku’ dan sujud di dalamnya,

b. Menunaikan shalat witir

c. Duduk untuk berdoa dan memohon ampun kepada Allah hingga azan subuh

Rasulullah saw bersabda:

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ

“Sesungguhnya Allah SWT selalu turun pada setiap malam menuju langit dunia saat 1/3 malam terakhir, dan Dia berkata: “Barangsiapa yang berdoa kepada-Ku maka akan Aku kabulkan, dan barangsiapa yang meminta kepada-Ku maka akan Aku berikan, dan barangsiapa yang memohon ampun kepada-Ku maka akan Aku ampuni”. (HR. Bukhari Muslim)


2. Agenda Setelah Terbit Fajar

a. Menjawab seruan azan untuk shalat subuh

” الَّلهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الْوَسِيْلَةَ وَالْفَضِيْلَةَ وَابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا الَّذِي وَعَدْتَهُ “

“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, shalat yang telah dikumandangkan, berikanlah kepada Nabi Muhammad wasilah dan karunia, dan bangkitkanlah dia pada tempat yang terpuji seperti yang telah Engkau janjikan. (Ditashih oleh Al-Albani)

b. Menunaikan shalat sunnah fajar di rumah dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا

“Dua rakaat sunnah fajar lebih baik dari dunia dan segala isinya”. (Muslim)

وَ قَدْ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فِي رَكْعَتَي الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدَ

“Nabi saw pada dua rakaat sunnah fajar membaca surat “Qul ya ayyuhal kafirun” dan “Qul huwallahu ahad”.

c. Menunaikan shalat subuh berjamaah di masjid –khususnya- bagi laki-laki.

Rasulullah saw bersabda:

وَلَوْ يَعْلَمُوْنَ مَا فِي الْعَتْمَةِ وَالصُّبْحِ لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْوًا

“Sekiranya manusia tahu apa yang ada dalam kegelapan dan subuh maka mereka akan mendatanginya walau dalam keadaan tergopoh-gopoh” (Muttafaqun alaih)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظّلَمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Berikanlah kabar gembira kepada para pejalan di kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sempurna pada hari kiamat”. (Tirmidzi dan ibnu Majah)

d. Menyibukkan diri dengan doa, dzikir atau tilawah Al-Quran hingga waktu iqamat shalat

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ

“Doa antara adzan dan iqamat tidak akan ditolak” (Ahmad dan Tirmidzi dan Abu Daud)

e. Duduk di masjid bagi laki-laki /mushalla bagi wanita untuk berdzikir dan membaca dzikir waktu pagi

Dalam hadits nabi disebutkan:

كَانَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ” إَذَا صَلَّى الْفَجْرَ تَرَبَّعَ فِي مَجْلِسِهِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ الْحَسَنَاءُ

” Nabi saw jika selesai shalat fajar duduk di tempat duduknya hingga terbit matahari yang ke kuning-kuningan”. (Muslim)

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran.

Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya waktu fajar itu disaksikan (malaikat). (Al-Isra : 78) Dan memiliki komitmen sesuai kemampuannya untuk selalu:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah lebih banyak dari itu semua, maka akan menuai kebaikan berlimpah insya Allah.

3. Menunaikan shalat Dhuha walau hanya dua rakaat

Rasulullah saw bersabda:

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى

“Setiap ruas tulang tubuh manusia wajib dikeluarkan sedekahnya, setiap hari ketika matahari terbit. Mendamaikan antara dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong orang dengan membantunya menaiki kendaraan atau mengangkat kan barang ke atas kendaraannya adalah sedekah, kata-kata yang baik adalah sedekah, tiap-tiap langkahmu untuk mengerjakan shalat adalah sedekah, dan membersihkan rintangan dari jalan adalah sedekah”. (Bukhari dan Muslim)

4. Berangkat kerja atau belajar dengan berharap karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

مَا أَكَلَ أَحَدٌ طَعَامًا خَيْرًا مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمِلِ يَدِهِ، وَكَانَ دَاوُدُ لا يَأْكُلُ إِلا مِنْ عَمِلِ يَدِهِ

“Tidaklah seseorang memakan makanan, lebih baik dari yang didapat oleh tangannya sendiri, dan bahwa nabi Daud makan dari hasil tangannya sendiri”. (Bukhari)

Dalam hadits lainnya nabi juga bersabda:

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang berjalan dalam rangka mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga”. (Muslim)

d. Menyibukkan diri dengan dzikir sepanjang hari

Allah berfirman :

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah dengan berdzikir kepada Allah maka hati akan menjadi tenang” (Ra’ad : 28)

Rasulullah saw bersabda:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهَ أَنْ تَمُوْتَ ولسانُك رَطْبٌ من ذِكْرِ الله

“Sebaik-baik perbuatan kepada Allah adalah saat engkau mati sementara lidahmu basah dari berdzikir kepada Allah” (Thabrani dan Ibnu Hibban) .

5. Agenda saat shalat Zhuhur

a. Menjawab azan untuk shalat Zhuhur, lalu menunaikan shalat Zhuhur berjamaah di Masjid khususnya bagi laki-laki

b. Menunaikan sunnah rawatib sebelum Zhuhur 4 rakaat dan 2 rakaat setelah Zhuhur

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي الْجَنَّةِ

“Barangsiapa yang shalat 12 rakaat pada siang dan malam hari maka Allah akan membangunkan baginya dengannya rumah di surga”. (Muslim).

6. Agenda saat dan setelah shalat Ashar

a. Menjawab azan untuk shalat Ashar, kemudian dilanjutkan dengan menunaikan shalat Ashar secara berjamaah di masjid

b. Mendengarkan nasihat di masjid (jika ada)

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يَعْلَمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ تَامًّا حِجَّتُهُ

“Barangsiapa yang pergi ke masjid tidak menginginkan yang lain kecuali belajar kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya ganjaran haji secara sempurna”. (Thabrani – hasan shahih)

c. Istirahat sejenak dengan niat yang karena Allah

Rasulullah saw bersabda:

وَإِنَّ لِبَدَنِكَ عَلَيْكَ حَقٌّ

“Sesungguhnya bagi setiap tubuh atasmu ada haknya”.

Agenda prioritas:

Membaca Al-Quran dan berkomitmen semampunya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan, maka akan menuai kebaikan yang berlimpah insya Allah.

7. Agenda sebelum Maghrib

a. Memperhatikan urusan rumah tangga – melakukan mudzakarah – Menghafal Al-Quran

b. Mendengarkan ceramah, nasihat, khutbah, untaian hikmah atau dakwah melalui media

c. Menyibukkan diri dengan doa

Rasulullah saw bersabda:

الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ

“Doa adalah ibadah”

8. Agenda setelah terbenam matahari

a. Menjawab azan untuk shalat Maghrib

b. Menunaikan shalat Maghrib secara berjamaah di masjid (khususnya bagi laki-laki)

c. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Maghrib – 2 rakaat

d. Membaca dzikir sore

e. Mempersiapkan diri untuk shalat Isya lalu melangkahkan kaki menuju masjid

Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَشَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ لِيَقْضِيَ فَرِيضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللَّهِ كَانَتْ خَطْوَتَاهُ إِحْدَاهُمَا تَحُطُّ خَطِيئَةً وَالْأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةً

“Barangsiapa yang bersuci/berwudhu kemudian berjalan menuju salah satu dari rumah-rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari kewajiban Allah, maka langkah-langkahnya akan menggugurkan kesalahan dan yang lainnya mengangkat derajatnya”. (Muslim)

9. Agenda pada waktu shalat Isya

a. Menjawab azan untuk shalat Isya kemudian menunaikan shalat Isya secara jamaah di masjid

b. Menunaikan shalat sunnah rawatib setelah Isya – 2 rakaat

c. Duduk bersama keluarga/melakukan silaturahim

d. Mendengarkan ceramah, nasihat dan untaian hikmah di Masjid

e. Dakwah melalui media atau lainnya

f. Melakukan mudzakarah

g. Menghafal Al-Quran

Agenda prioritas

Membaca Al-Quran dengan berkomitmen sesuai dengan kemampuannya untuk:

- Membaca ½ hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 1 kali

- Membaca 1 hizb dari Al-Quran untuk mendapatkan khatam Al-Quran sebanyak 2 kali

- Bagi yang mampu menambah sesuai kemampuan bacaan maka telah menuai kebaikan berlimpah insya Allah.


Apa yang kita jelaskan di sini merupakan contoh, sehingga tidak harus sama persis dengan yang kami sampaikan, kondisional tergantung masing-masing individu. Semoga ikhtiar ini bisa memandu kita untuk optimalisasi ibadah insya Allah. Allahu a’lam

Jazaakillah

Sedikit revisi dari : http://www.al-ikhwan.net/agenda-harian-ramadhan-menuju-bahagia-di-bulan-ramadhan-2989/

Isi Blog

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.